PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKSI TANAMAN PADI

PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKSI TANAMAN PADI

Iklim menurut tempat dan waktu terdiri dari beberapa unsur di antaranya curah hujan, radiasi, suhu, kelembaban, tekanan dan angin. Posisi geografis Indonesia yang berada  di wilayah tropis mempunyai karakteristik iklim yang spesifik. Curah hujan merupakan unsur iklim yang paling tinggi keragaman dan fluktuasinya di Indonesia, sehingga merupakan unsur iklim yang paling dominan mencirikan Indonesia.

Sejak zaman dahulu, Indonesia selalu menjadi rebutan daerah kekuasaan dari para penjajah. Hal ini dikarenakan hasil bumi kita yang melimpah ruah, khususnya pada hasil rempah-rempah dan hortikultura. Hampir 60 % wilayah Indonesia mempunyai curah hujan tahunan antara 2500 mm-3000mm. Provinsi Indonesia yang mempunyai jeluk curah hujan tinggi adalah Bengkulu, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Irian Jaya (Baharsjah,et al 1985). Periode tanam dalam setiap tahunnya minimal 8 bulan dan keragaman suhu dalam satu tahun berkisar 30-50C. Dengan curah hujan yang begitu melimpah, kita dapat membudidayakan tanaman serealia semisal padi sampai 3 kali dalam tiap musim.

Secara geografis Negara Indonesia juga sangat diuntungkan karena letak Negara Indonesia terletak di garis katulistiwa dengan garis koordinat LU – BT- BT dan secara teoritis Negara Indonesia sangat baik untuk pertanian dikarnakan seluruh wilayah yang ada di Negara Indonesia bisa terkena sinar matahari secara merata dan sinar matahari dalam ilmu biologi adalah bahan yang digunakan oleh tumbuhan untuk melakukan proses fotosintesis. Dengan fotosintesis yang sempurna maka perkembangbiakan tumbuhan tersebut akan menjadi lebih baik, karena dengan proses fotosintesis yang sempurna maka tumbuhan dapat menyuplai kebutuhan yang bisa digunkan oleh tumbuhan tersebut untuk proses pertumbuhanya.

Mengingat keragaman produksi padi yang signifikan antar periode musim, maka diperlukan analisis untuk mengetahui seberapa besar dampak keragaman curah hujan terhadap produksi padi sawah agar dapat disusun alternatif strategi teknologi budidaya yang dapat mengurangi bahkan mengatasi risiko tersebut. Penentuan waktu tanam yang tepat, aplikasi pemupukan, sistem pengairan serta pemilihan varietas yang tepat merupakan pilihan yang dapat dilakukan dalam mengatasi risiko iklim. Dengan pendekatan model simulasi tanaman hal tersebut dapat diketahui, sehingga alternatif strategi budidaya dapat dilakukan.

A. Pola Umum Curah Hujan di Indonesia

Menurut Pamungkas (2006), pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak geografis. Secara rinci pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada pantai sebelah timur.
  2. Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat.
  3. Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan terbanyak umumnya berada pada ketinggian antara 600 – 900 m di atas permukaan laut.
  4. Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba. Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar.
  5. Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT.
  6. Saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti:
  • Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan  terbanyak pada bulan November.
  • Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan Desember.
  • Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari – Februari.
  1. Di Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah, musim hujannya berbeda, yaitu bulan Mei-Juni. Pada saat itu, daerah lain sedang mengalami musim kering. Batas daerah hujan Indonesia barat dan timur terletak pada kira-kira 1200 Bujur Timur.Menurut Aser Rouw (2008) terdapat 3 sentra pengembangan padi sawah di Merauke, yaitu distrik Merauke, Semangga-Tanah Miring dan Kurik. Curah hujan pada wilayah ini menunjukkan pola monsun, yaitu suatu pola curah hujan dimana terdapat periode kering dan periode hujan. Periode hujan terjadi sekitar Okrober-Maret, sementara April-November dijumpai periode kering. Kondisi ini dikendalikan oleh perubahan medan angin monsun Asia-Australia.

B. Curah Hujan di Berbagai Provinsi di Indonesia

Menurut Pamungkas (2006) rata-rata curah hujan di Indonesia untuk setiap tahunnya tidak sama. Namun masih tergolong cukup banyak, yaitu rata-rata 2000 – 3000 mm/tahun. Begitu pula antara tempat yang satu dengan tempat yang lain rata-rata curah hujannya tidak sama.

Ada beberapa daerah yang mendapat curah hujan sangat rendah dan ada pula daerah yang mendapat curah hujan tinggi:

  1. Daerah yang mendapat curah hujan rata-rata per tahun kurang dari 1000 mm, meliputi 0,6% dari luas wilayah Indonesia, di antaranya Nusa Tenggara, dan 2 daerah di Sulawesi (lembah Palu dan Luwuk).
  2. Daerah yang mendapat curah hujan antara 1000 – 2000 mm per tahun di antaranya sebagian Nusa Tenggara, daerah sempit di Merauke, Kepulauan Aru, dan Tanibar.
  3. Daerah yang mendapat curah hujan antara 2000 – 3000 mm per tahun, meliputi Sumatera Timur, Kalimantan Selatan, dan Timur sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Tengah, sebagian Irian Jaya, Kepulauan Maluku dan sebagaian besar Sulawesi.
  4. Daerah yang mendapat curah hujan tertinggi lebih dari 3000 mm per tahun meliputi dataran tinggi di Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dataran tinggi Irian bagian tengah, dan beberapa daerah di Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba.

Menurut Aser Rouw (2004), Papua memiliki 3 pola curah hujan, yaitu pola lokal, monsun, dan pola ekuatorial. Pola lokal ditandai oleh suatu puncak hujan yang terjadi sekitar bulan Desember, tanpa diselingi periode kering. Sedangkan pola ekuatorial dijumpai 2 puncak hujan yang biasanya terjadi pada periode Oktober-Desember dan Januari Maret. Sementara pola munson hanya memilki satu puncak hujan pada periode Oktober-Maret. Pola ini dijumpai perbedaan yang jelas antara periode kering dan periode hujan. Periode kering terjadi sekitar April-November. Keragaman curah hujan pada masing-masing pola hujan di perlihatkan pada gambar berikut ini.

Referensi : Aziz (2013), Pengaruh Curah Hujan Terhadap Produksi Tanaman Padi