Kenapa Ada Angpau Pada Imlek

Kenapa Ada Angpau Pada Imlek

Kenapa Ada Angpau Pada Imlek- Angpau bisa jadi hal yang paling ditunggu oleh anak-anak saat perayaan Imlek. Tradisi memberi uang di Tahun Baru China memang telah lama dilakukan dan bahkan menyebar ke tradisi perayaan lain.

“Cerita mengenai angpau banyak yang paling umum adalah bungkusan merah guna mengusir setan,” kata Hermina Sutami, Ketua Program Studi China Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Arti Ampau

Angpau sendiri memiliki arti bungkusan merah. Pada buku 5000 Tahun Ensiklopedia Tionghoa 1 karya Christine dan kawan-kawan, terbitan St Dominic Publishing tahun 2015 disebutkan bahwa warna merah di China juga identik dengan api. Melambangkan kemeriahan dan kehangatan. Maka tak heran warna merah mendominasi ornamen Imlek.

Selain arti dari warna merah, angpau juga memiliki makna filosofi transfer kesejahteraan atau energi. “Transfer kesejahteraan dari orang mampu ke tidak mampu, dari orangtua ke anak-anak, dari anak-anak yang sudah menikah ke orangtua,” ujar Budayawan Budi Santosa Tanuwibawa.

Tradisi Tionghoa juga mengenal pemberian angpau yang diberikan tujuh hari menjelang Imlek. Budi menyebut hal ini sebagai Hari Persaudaraan. Ini mewajibkan orang yang merayakan Tahun Baru Imlek untuk membantu sesama yang tak mampu merayakannya,” kata Budi.

Menariknya dalam tradisi memberi angpau ada peraturan tidak tertulis. Sebelum menerima angpau, anak-anak mengucapkan selamat tahun baru dengan membungkus kepalan tangan kanan dengan tangan kiri. Sebab tangan kanan berkesan agresif.

Pemberi angpau biasanya adalah orang yang telah menikah. Jadi selain anak-anak, orang yang belum menikah masih berhak mendapatkan angpau. Bukan hanya berbagi rezeki tetapi juga doa agar cepat mendapat jodoh.

Jika orang yang belum menikah ingin memberikan uang, dapat memberi uang tanpa dibungkus amplop merah tersebut. Tidak ada aturan untuk besaran jumlah uang di angpau. Semua disesuaikan dengan kemampuan yang memberi.

Tradisi memberi angpau ini juga ada di momen perayaan lain, seperti Lebaran. Budaya Betawi mengadopsi kebiasaan keturunan Tionghoa ini untuk memberikan angpau kepada anak-anak kecil. Amplopnya sudah tidak berwarna merah lagi, tetapi hijau,” kata Hermina.

 

Arti Kue Keranjang Pada Saat Imlek

Arti Kue Keranjang Pada Saat Imlek

Selain identik dengan warna merah, imlek juga sangat dekat dengan kue keranjang. Kue keranjang mulai ramai dicari dan dijual pada hari-hari mendekati tahun baru imlek. Namun kira-kira apa yang membuat kue keranjang ini harus ada serta sangat dekat dengan perayaan imlek?

Kue keranjang adalah kue khas yang selalu disajikan pada saat perayaan imlek. Kue ini terbuat dari tepung ketan dan gula yang menjadikan kue keranjang ini memiliki tekstur yang kenyal dan lengket.

Kue keranjang mulai digunakan sebagai sesaji dalam upacara persembahan kepada leluhur saat tujuh hari menjelang tahun baru imlek, dan pada malam menjelang tahun baru imlek. Kue ini biasanya juga tidak dimakan makan hingga hari Cap Go meh atau malam ke-15 setelah tahun baru imlek.

Legenda raksasa Nian

Ada sebuah mitos dalam sejarah terciptanya kue keranjang atau Nian Gao. Pada zaman China kuno, ada seekor raksasa yang bernama ‘Nian’ tinggal di sebuah gua yang berada di gunung, dan akan keluar dari gua untuk berburu hewan ketika merasa lapar.

Pada musim dingin, hewan-hewan banyak yang berhibernasi dan membuat Nian ini turun ke desa-desa dan mencari korban untuk disantap ketika ia lapar Banyak masyarakat desa hidup dengan ketakutan dengan Nian selama beberapa dekade.

Sampai akhirnya ada seorang warga desa yang bernama ‘Gao’ memiliki akal yang cerdik dengan membuat beberapa kue sederhana yang terbuat dari campuran tepung ketan dan gula  ini kemudian diletakkan di depan pintu untuk diberikan kepada Nian.

Ketika Nian turun untuk mencari mangsa, Nian tidak lagi mencari manusia untuk dijadikan sebagai santapan namun menemukan kue-kue keranjang ini di depan pintu dan menyantapnya hingga kenyang dan kemudian pergi meninggalkan desa.

Setelah Nian pergi kembali ke gunung, warga desa senang karena akhirnya mereka tidak menjadi santapan Nian. Sejak saat itu, penduduk desa membuat kue keranjang pada setiap musim dingin untuk mencegah Nian memburu dan memakan manusia.

Makna kebersamaan

Secara filosofis, kue keranjang yang terbuat dari tepung ketan dan memiliki sifat yang lengket memiliki arti persaudaran yang sangat erat dan menyatu. Rasa kue keranjang yang manis juga menggambarkan rasa suka cita, menikmati kerberkatan,kegembiraan, dan selalu memberikan yang terbaik dalam hidup.

Sesuai dengan tekstur serta daya tahan kue keranjang yang disantap pada saat imlek juga memiliki arti filosofi. Tekstur yang kenyal merupakan simbol dari sebuah kegigihan, keuletan, daya juang dan pantang menyerah dalam meraih tujuan hidup. Sedangkan untuk daya tahan kue keranjang yang begitu lama mempunyai arti hubungan yang abadi biarpun zaman telah berubah.

Kesetiaan dan sikap saling tolong menolong pun sangat penting untuk dapat mewujudkan pesan ini, sehingga walaupun waktu terus berjalan, rasa kekeluarga akan selalu terjalin dengan baik.

Sabar dan pantang menyerah

Proses pembuatan kue keranjang yang cukup lama, yakni 11-12 jam juga memiliki arti. Proses pembuatan yang begitu lama tersebut mewakili rasa kesabaran, keteguhan hati serta cita-cita untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Usaha yang begitu keras juga harus dilakukan dengan pikiran yang bersih dan jernih, penuh kesopanan dan konsentrasi yang tinggi dengan membersihkan hati dari prasangka buruk sehingga kue keranjang yang sedang dibuat tersebut akan memiliki bentuk, rasa dan tekstur yang sempurna.

Jika semua nilai-nilai tersebut dilanggar, kemungkinan kue yang dihasilkan akan terlihat lembek dan pucat. Oleh karena itulah, dalam pembuatan kue keranjang dibutuhkan kehati-hatian ekstra dan tidak semua orang dapat membuat kue ini.

Walaupun memiliki bentuk yang sederhana, kue keranjang memiliki filosofi yang sangat luar biasa. Selamat tahun baru imlek!