KEUNTUNGAN BELANJA ONLINE DI MUSIM PANDEMI COVID-19

KEUNTUNGAN BELANJA ONLINE DI MUSIM PANDEMI COVID-19

Pandemi virus Covid-19 jelas memberikan dampak pada berbagai sektor kehidupan, termasuk cara konsumen mendapatkan barang. Berbelanja secara online memang bukan hal yang baru di masyarakat. Akan tetapi, sejak Covid-19 masif tersebar di berbagai daerah di Indonesia serta mengharuskan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan dan dianjurkan untuk tetap di rumah jika tidak ada kepentingan mendesak, trend belanja online melejit dan mampu menarik minat lebih banyak kalangan. Berbagai keuntungan belanja online mampu meyakinkan masyarakat untuk setia duduk di rumah dan memesan berbagai kebutuhan barang mulai dari pakaian, makanan pokok, hingga sayur-mayur dari posisi nyaman di rumah.

Lalu, apa saja keuntungan belanja online di musim pandemik Covid-19 ini?

1. Mengurangi risiko terpapar virus dari kontak langsung

Pada masa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), Pemerintah menganjurkan masyarakat untuk tegas dalam mengatur jarak antarindividu, terlebih dengan orang yang asing. PSBB berimbas pada kehati-hatian jika berada dalam keramaian dan kerumunan orang, termasuk pada saat berbelanja.

BACA: KASUS POSITIF DAN KEMATIAN AKIBAT COVID-19 MELONJAK, JAKARTA PSBB TOTAL

Belanja konvensional mengharuskan konsumen untuk kontak langsung dengan banyak orang asing yang ditemui, baik itu petugas supermarket ataupun dengan konsumen lain. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko penularan virus Covid-19 sehingga pilihan untuk belanja secara online jelas lebih cerdas dan disarankan.

2. Mengurangi risiko terpapar virus dari permukaan barang

Saat Anda ke berbelanja ke supermarket, pasti Anda akan lebih banyak menyentuh berbagai macam permukaan benda, mulai dari membuka pintu supermarket (jika tidak terbuka otomatis), keranjang belanja, hingga produk-produk yang dijual di supermarket tersebut. Salah satu alasan orang berbelanja langsung ke supermarket adalah lebih dapat memastikan kualitas produk dan juga memberikan kepuasan dengan menyentuh barang yang dipajang pada rak-rak supermarket. Hal ini tentu tidak lagi dapat dilakukan pada masa pandemi Covid-19.

Virus baru ini dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui percikan atau droplets misalnya cairan batuk, bersin, atau air liur. Saat seorang konsumen memegang barang, bukan tidak mungkin bahwa droplets tersebut akan menempel di permukaan barang dan dapat menjadi perantara penularan virus Covid-19. Ditambah lagi, barang-barang tersebut pun tidak dibersihkan dan dijaga higienitas permukaannya secara rutin. Sedangkan jika berbelanja online, Anda tidak perlu khawatir akan hal tersebut karena Anda cukup membuka aplikasi atau situs penyedia barang dari barang elektronik yang dipunya. Kebersihan barang elektronik tersebut pun dapat Moms kontrol sendiri.

3. Lebih mudah dan nyaman dalam berbelanja

Kerumunan dan keramaian saat berbelanja langsung di supermarket atau toko membuat tidak nyaman beberapa orang sehingga berbelanja secara online menjadi alternatif pengganti. Berbelanja secara online mampu memberikan pengalaman berbelanja yang praktis, mudah, dan menyenangkan. Bagaimana tidak? Hanya dengan duduk leyeh-leyeh di rumah, meng-klik beberapa langkah, lalu barang sudah dapat Anda terima dari depan rumah.

4. Hemat waktu dan tenaga

Sebagian konsumen tidak memiliki waktu terbatas untuk membeli barang kebutuhan. Berbelanja merupakan kegiatan yang cukup menyita waktu dan tenaga, apalagi jika Moms adalah tipe konsumen yang sangat selektif dan juga tidak mudah puas. Berbelanja online jelas lebih menghemat waktu dan energi karena sudah mengeliminasi waktu dan tenaga yang diperlukan untuk transportasi serta memilih berbagai macam barang.

5. Berbagai diskon belanja hanya tersedia online

Beberapa aplikasi dan situs produk online seringkali hanya menyediakan diskon atau potongan harga dengan metode belanja online. Namun, perlu diwaspadai agar Anda tidak kalap belanja online hanya karena diskon ada dimana-mana. Moms, perhatikan kondisi keuangan dan prioritas kebutuhan secara tegas ya, agar tak menyesal nantinya.

6. Sistem pembayaran online

Sistem pembayaran online pada saat berbelanja online dapat membantu mengurangi penularan virus melalui uang. Permukaan uang yang tidak bisa dibersihkan menjadi media tumbuh kembang virus dan kemudian dapat menjadi perantara penularan virus Covid-19.

Mendukung pernyataan ini, Jennifer Horney, epidemiolog dari University of Delaware, menyebutkan bahwa kartu kredit atau kartu debit adalah alat pembayaran yang paling rendah risikonya untuk menularkan virus Covid-19. Hal tersebut dikarenakan permukaan kartu dapat dibersihkan dengan desinfektan secara berkala untuk membunuh patogen yang menempel.

7. Pilihan barang lebih banyak

Pada situs-situs belanja online, Anda akan memiliki pilihan yang lebih banyak dengan jangkauan harga yang dapat ditentukan.

8. Lebih mudah menemukan barang yang diinginkan

Anda hanya perlu mengetikkan barang yang dibutuhkan atau ingin dibeli pada bagian search,  lalu bermacam-macam pilihan produk dari berbagai wilayah akan langsung muncul dalam hasil pencarian. Langkah selanjutnya yaitu menempatkan pesanan dalam keranjang belanja, mengisi data yang dibutuhkan seperti nama, alamat, nomor telepon, dan mengkonfirmasi pembayaran. Anda pun dapat melacak sejauh mana barang pesanan sudah diantar. Moms cukup menunggu di rumah dan kurir akan mengantarkan barang hingga ke depan rumah. Perlu diperhatikan, usahakan untuk menghindari kontak langsung dengan kurir.

Apakah Moms juga termasuk dalam tim belanja online di masa pandemi ini? Kalau belum, tidak ada salahnya untuk dicoba untuk mengurangi risiko penularan virus Covid-19.

STOP MENURUNKAN MASKER KE DAGU

STOP MENURUNKAN MASKER KE DAGU

Pemakaian masker saat beraktivitas keluar rumah merupakan salah satu protokol yang harus dipatuhi oleh masyarakat dunia saat masa Covid-19. Masa PSBB Covid-19 yang belum juga menunjukkan tanda akan berakhir perlu mendapatkan perhatian penting dan khusus bagi setiap individu. Patuh terhadap protokol yang telah dianjurkan oleh Pemerintah merupakan salah satu upaya minimal untuk menjaga diri dari transmisi virus dan juga sebagai bentuk dukungan terhadap para front liner yang menangani Covid-19.

Akan tetapi, Moms, seringkali secara tidak sadar, kita tidak memakai masker dengan sebagaimana mestinya sehingga fungsi masker tidak terpenuhi. Alih-alih menjaga dan mengurangi risiko transmisi virus Covid-19, justru karena kecerobohan, kelalaian, atau ketidaktahuan ini kesehatan kita dapat menurun. Salah satu hal yang kini menjadi perhatian yaitu pemakaian masker yang tepat dan sesuai tata cara pemakaian masker. Kerap kali, saat memakai masker, kita menurunkan masker ke dagu dengan banyak alasan, misal karena merasa sumpek dan ingin bernapas lebih lega. Atau, seharusnya masker tersebut dilepas, tetapi justru kelupaan dan malah dibiarkan menggantung begitu saja di dagu. Ternyata, Moms, hal ini bisa menimbulkan berbagai macam masalah baru.

Ini yang terjadi jika Anda menurunkan masker ke dagu

Saat Anda mengenakan masker, kain masker menyentuh area hidung dan mulut, dua area yang rentan menjadi jalan masuk virus. Kemudian, saat Anda menurunkan masker ke area dagu saat hendak makan, minum, mengobrol, atau karena meras pengap, maka masker yang seharusnya hanya menyentuh area hidung dan mulut menjadi kontak dengan area dagu dan leher.

Dagu dan leher Anda tidak dilindungi oleh masker, maka dari itu, bukan hal yang tidak mungkin jika masker terkontaminasi oleh bakteri dan virus yang menempel di kedua area tersebut. Lantas, setelah Anda menurunkan masker ke area dagu ataupun leher, kemudian Anda akan memakainya lagi di area yang seharusnya, yaitu mulut dan hidung. Akan tetapi, masker ini sekarang telah terkontaminasi oleh bakteri dan virus. Coba sejenak kita pikirkan. Tujuan utama pemakaian masker adalah untuk mencegah penularan atau transmisi virus Covid-19 maupun virus penyakit lain yang berasal dari tetesan/ percikan cairan (droplet) antarmanusia. Virus Covid-19 pun diketahui menyerang sistem pernapasan yang tentunya berhubungan langsung dengan hidung dan mulut kita.  Di area mulut dan hidung terdapat membran mukus yang membuat Anda lebih rentan untuk terinfeksi virus atau bakteri. Jadi, Moms, ketika kita menurunkan masker ke dagu atau leher kemudian kembali memakainya di are hidung dan mulut, fungsi masker tidak lagi optimal, bahkan dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan tubuh.

Tips memperlakukan masker saat makan/ minum

Lalu, bagaimana cara memperlakukan masker yang tepat saat Anda hendak makan atau minum? Mengutip dari ayobandung.com, berikut beberapa tips yang dapat Anda praktikkan.

1. Letakkan masker di atas tisu bersih di atas meja

Saat melepas masker, pastikan untuk menghindari menyentuh bagian depan masker karena bagian tersebut dipenuhi oleh bakteri atau virus dan kuman. Usahakan melepas masker dari bagian tali pengait masker. Selain itu, bersihkan tangan terlebih dahulu sebelum melepaskan masker atau memakai hand sanitizer. Kemudian, Anda bisa meletakkan masker di atas tisu bersih di atas meja dengan memastikan bagian dalam masker ditelungkupkan ke arah bawah. Pastikan juga Anda mebersihkan tangan sesudah menggunakan msker.

2. Simpan masker di dalam plastik atau kantong kertas yang bersih

Saat Anda akan beraktivitas di luar rumah, coba bawa plastik atau kantong kertas. Gunakan plastik/ kantong kertas untuk wadah masker saat Anda akan makan atau minum. Kantong kertas merupakan tempat penyimpanan sementara msker yang efektif untuk membantu mengeringkannya.

3. Gunakan wadah khusus penyimpan masker

Saat ini di pasaran sudah tersedia wadah khusus untuk menaruh masker Anda dengan harga yang terjangkau. Wadah ini re-usable atau dapat dipakai berulang kali dengan syarat harus selalu dibersihkan setiap habis digunakan.

Langkah yang paling penting untuk diingat yaitu untuk membersihkan telapak tangan (baik dicuci ataupun dengan menggunakan hand sanitizer) sebelum dan sesudah melepas masker. So, jangan sampai kita menambah masalah baru, padahal sudah memiliki niat baik untuk mematuhi protokol kesehatan. Bukan hanya mematuhi, tetapi juga dalam praktiknya, perlu dicermati dan diperhatikan dengan saksama tentang bagaimana pemenuhan protokol kesehatan yang benar dan tepat.

MASIH SERING BIKIN KESAHALAN PAKAI MASKER INI?

MASIH SERING BIKIN KESAHALAN PAKAI MASKER INI?

Masker adalah salah satu alat pelindung hidung dan mulut dari transmisi virus dan bakteri, terasuk virus Covid-19. Namun, tentunya keefektifan masker sebagai alat perlindungan diri dari virus Covid-19 ditentukan oleh berbagai faktor, seperti jenis bahan masker, cara penggunaan masker dan perawatan masker. Tidak sedikit dijumpai kesalahan pakai masker di masyarakat. Berikut adalah contoh beberapa kesalahan yang akan membuat masker tak efektif untuk melindungi Anda dan keluarga dari penularan virus Covid-19. SImak baik- baik ya, Moms.

1. Memilih jenis masker yang salah

Pilihlah jenis masker medis ataupun masker kain yang cukup tebal sebagai alat perlindungan diri Anda. Hindari untuk menggunakan masker jenis scuba ataupun buff. Dilansir dari kompas.com, Anne Purba, VP Corporate Communications PT KCI (Kereta Commuter Indonesia) menganjurkan masyarakat untuk menghindari penggunaan masker jenis scuba atau buff. Kedua penutup hidung dan mulut tersebut dinilai tidak efektif untuk mencegah penularan virus Covid-19. Beliau menyarankan untuk menggunakan masker yang setidaknya memiliki minimal 2 lapisan kain.

Sebuah hasil riset yang dipublikasikan dalam jurnal Science Advances edisi 7 Agustus menyebutkan bahwa buff adalah jenis masker yang paling tidak efektif untuk mencegah transmisi virus. Buff justru akan membuat percikan (droplet) semakin berkembangbiak di udara.

Masker scuba terbuat dari bahan lentur yang dapat merenggang dan kendor saat dipakai terus menerus. Kondisi tersebut dapat meningkatkan daya tembus partikel virus ke dalam masker sehingga membuatnya tak efektif sebagai alat pelindung transmisi virus.

2. Pemakaian masker yang terlalu longgar

Saat Anda memakai masker, pastikan masker tersebut memang sudah menutupi bagian mulut dan hidung serta terpasang kencang. Masker yang longgar dapat memberikan kemungkinan lebih besar bagi airborne virus untuk menular antarindividu.

3. Pemakaian masker di bawah dagu atau di bawah hidung

Kerap kali, saat memakai masker, kita menurunkan masker ke dagu dengan banyak alasan, misal karena merasa sumpek dan ingin bernapas lebih lega. Atau, seharusnya masker tersebut dilepas, tetapi justru kelupaan dan malah dibiarkan menggantung begitu saja di dagu. Ternyata, Moms, hal ini bisa menimbulkan berbagai macam masalah baru.  Mengapa?

Saat Anda mengenakan masker, kain masker menyentuh area hidung dan mulut, dua area yang rentan menjadi jalan masuk virus. Kemudian, saat Anda menurunkan masker ke area dagu saat hendak makan, minum, mengobrol, atau karena meras pengap, maka masker yang seharusnya hanya menyentuh area hidung dan mulut menjadi kontak dengan area dagu dan leher.

Dagu dan leher Anda tidak dilindungi oleh masker, maka dari itu, bukan hal yang tidak mungkin jika masker terkontaminasi oleh bakteri dan virus yang menempel di kedua area tersebut. Lantas, setelah Anda menurunkan masker ke area dagu ataupun leher, kemudian Anda akan memakainya lagi di area yang seharusnya, yaitu mulut dan hidung. Akan tetapi, masker ini sekarang telah terkontaminasi oleh bakteri dan virus.

Coba sejenak kita pikirkan. Tujuan utama pemakaian masker adalah untuk mencegah penularan atau transmisi virus Covid-19 maupun virus penyakit lain yang berasal dari tetesan/ percikan cairan (droplet) antarmanusia. Virus Covid-19 pun diketahui menyerang sistem pernapasan yang tentunya berhubungan langsung dengan hidung dan mulut kita.  Di area mulut dan hidung terdapat membran mukus yang membuat Anda lebih rentan untuk terinfeksi virus atau bakteri. Jadi, Moms, ketika kita menurunkan masker ke dagu atau leher kemudian kembali memakainya di area hidung dan mulut, fungsi masker tidak lagi optimal, bahkan dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan tubuh.

Melansir dari Detik Health, sebuah penelitian oleh University of North Carolina (UNC) mengungkapkan bahwa virus Corona pertama kali masuk dan menginfeksi rongga hidung, kemudian masuk ke organ paru- paru. Virus yang berkembang biak di hidung kemudian akan menyebar ke indera penciuman di bagian atap hidung, kemudian akan masuk ke mulut. Saat masuk ke mulut, virus akan menginfeksi kelenjar ludah dan menyebabkan mulut terasa kering.

4. Pemakaian masker dengan sisi yang salah atau terbalik

Saat Anda mengenakan masker, pastika bagian kawat masker menyentuh lekukan hidung. Kawat tersebut berfungsi untuk merapatkan penggunaan masker dan menyesuaikannya dengan lekukan hidung Anda. Selain itu, perhatikan juga sisi masker. Pastikan Anda tidak menggunakan masker yang terbalik.

5. Kebiasaan menyentuh masker

Saat Anda sering menyentuh bagian luar masker, maka kemungkinan besar tangan Anda akan dipenuhi bakteri dan virus. Bagian luar masker menjadi tempat menempel virus dan bakteri sehingga usahakan untuk tidak menyentuh bagian luar masker ini. Saat Anda akan melepaskan masker, lepas dengan menyentuh bagian tali masker dan hindari menyentuh bagian luar masker.

6. Menggunakan masker yang kotor atau basah

Jika Anda menggunakan masker medis, pastikan untuk menggantinya setiap hari atau setiap beberapa jam jika merasa perlu, sedangkan untuk masker kain, pastikan untuk mencucinya setiap hari dan jemur hingga benar- benar kering. Kebersihan masker akan menentukan keefektifan masker tersebut serta mempengaruhi kenyamanan Anda saat mengenakan masker.

Gimana, Moms, pernah melakukan satu atau lebih kesalahan pakai masker di atas? Segera perbaiki, ya. Ingat, keberhasilan untuk menghentikan penyebaran virus Covid-19 terletak dalam kerjasama semua elemen masyarakat dan Pemerintahan.

BACA JUGA:

BAGAIMANA KABAR VAKSIN COVID-19?

KASUS POSITIF DAN KEMATIAN AKIBAT COVID-19 MELONJAK, JAKARTA PSBB TOTAL

HADAPI COVID-19 SEOLAH ANDA ORANG TANPA GEJALA (OTG)

HADAPI COVID-19 SEOLAH ANDA ORANG TANPA GEJALA (OTG)

Moms, jika Anda mengikuti perkembangan berita tentang Covid-19 di Indonesia, maka tentu Anda tahu bahwa kasus baru positif Covid-19 di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Mengapa demikian? Jika kita melihat grafik yang menunjukkan perubahan kasus Covid-19 setiap harinya di Indonesia, kemudian memantau trend perubahan kumulatif pada tiap bulannya akan terlihat jelas trend kurva yang terus naik. Mulai sejak April 2020 hingga September 2020, kasus Covid-19 di Indonesia menunjukkan pertumbuhan kurva yang semakin meningkat. Pada bulan September, kisaran kasus baru Covid-19 di Indonesia bahkan menyentuh angka 2 ribu hingga lebih dari 3 ribu kasus setiap harinya, dengan total kasus sudah melampaui 222 ribu.

Kondisi memprihatinkan ini tentu saja harus segera mendapat perhatian dari masyarakat dan Pemerintah. Komitmen dan konsistensi adalah dua kunci yang dibutuhkan untuk bersama menurunkan dan menghentikan kenaikan kurva kasus Covid-19 di Indonesia.

Penularan virus Covid-19 dari orang tanpa gejala (OTG)

Salah satu hal yang perlu diwaspadai dari Covid-19 yaitu penularan virus yang sangat cepat dan orang yang terkena virus ini tidak selalu memunculkan gejala. Apa saja gejala- gejala pasien positif Covid-19?

Gejala paling umum pasien postif Covid-19 yaitu:

  • demam (suhu tubuh melebihi 37,8 °C)
  • batuk kering
  • kelelahan

Gejala yang tidak umum:

  • rasa tidak nyaman dan nyeri di badan
  • sakit tenggorokan
  • diare
  • kongjungtivitis (mata merah)
  • sakit kepala
  • Anosmia atau hilangnya indera perasa dan penciuman.
  • ruam pada kulit atau perubahan warna pada jari tangan/ kaki

Organisasi kesehatan dunia, WHO,  menyebutkan bahwa penularan virus Covid-19 utamanya berasal dari orang dengan gejala. Akan tetapi, penularan juga dapat berlangsung sebelum seseorang yang positif terkena virus Covid-19 menampakkan gejala. Hal ini dapat terjadi saat orang tersebut berada pada jarak yang dekat dengan orang sehat pada waktu yang lama. Data laboratorium menunjukkan bahwa seseorang berpotensi besar menularkan suatu virus pada saat gejala sedang berkembang dan belum muncul.

Orang tanpa gejala dibagi menjadi 2 kategori, yaitu orang asymptomatic dan pre-symptomatic. Apakah perbedaan antara asymptomatic dan pre-symptomatic? 

  1. Orang tanpa gejala tipe asymptomatic adalah orang yang sudah terkena virus tetapi tidak pernah menunjukkan gejala sama sekali bahkan pada masa inkubasi dan dapat bertahan hingga 2 minggu.
  2. Orang tanpa gejala tipe presymptomatic adalah orang yang terkena virus tapi belum menunjukkan gejala. OTG tipe ini biasanya baru akan menunjukkan gejala setelah sekitar 10 hari pasca tertular virus.

Anggaplah diri Anda sebagai orang tanpa gejala (OTG)

Menganggap bahwa diri Anda adalah orang tanpa gejala (OTG) seharusnya membuat Anda lebih waspada, berhati- hati, dan menaati protokol kesehatan Covid-19 dengan maksimal. OTG adalah silent carrier atau pembawa virus Covid-19 yang tak kasat mata dan tidak terdeteksi keberadaannya. Ikuti protokol kesehatan yang telah dianjurkan oleh Pemerintah untuk menghentikan dan memutus rantai persebaran Covid-19 di negara kita. Pastikan untuk:

  • Selalu jaga jarak minimal 1 meter antarindividu
  • Meminimalkan kontak dengan orang lain (khususnya yang bukan berasal serumah)
  • Mencuci tangan secara rutin dengan metode yang tepat (minimal 20 detik)
  • Menjaga etika batuh dan bersin
  • Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan
  • Up to date tentang informasi Covid-19 di daerah Anda
  • Jauhi keramaian dan kendalikan diri untuk tidak usah bepergian jika tidak perlu

Menerapkan protokol secara ketat dan meningkatkan disiplin terhadap diri sendiri adalah usaha yang dapat kita, sebagai individu, lakukan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.

KASUS POSITIF DAN KEMATIAN AKIBAT COVID-19 MELONJAK, JAKARTA PSBB TOTAL

KASUS POSITIF DAN KEMATIAN AKIBAT COVID-19 MELONJAK, JAKARTA PSBB TOTAL

Masa pandemik Covid-19 di Indonesia tak juga usai, justru mengalami peningkatan di beberapa daerah. Status blacklist Indonesia oleh setidaknya 59 negara yang mulai berlaku sejak hari Senin, 07 September 2020 kemarin menyebabkan warga negara Indonesia tidak dapat berkunjung ke negara- negara tersebut. Banyak negara menilai Pemerintah Indonesia tidak serius dan tegas dalam menangani pandemi Covid-19. Bahkan, penanganan Covid-19 di Indonesia dinilai terburuk ke- 4 di dunia.

Hal tersebut tentu saja membuat kepercayaan negara- negara lain terhadap Indonesia dalam hal penaganan Covid-19 juga menurun hingga mencanangkan keputusan blacklist. Dilansir dari Kompas.com, data pada 6 September 2020 menunjukkan bahwa daerah berstatus zona merah meningkat dari angka 65 menjadi 70 kabupaten/ kota, sedangkan zona oranye meningkat dari 230 menjadi 267 kabupaten/ kota. Status blacklist ini tentunya juga akan berimbas pada penurunan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Keputusan Pemerintah Daerah agar Jakarta PSBB total

Salah satu upaya Pemerintah Daerah salah satu provinsi dengan kasus Covid-19 terbanyak di Indonesia, yaitu Provinsi DKI Jakarta, yaitu dengan memutuskan penerapan PSBB total atau PSBB ketat. Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta, mengumumkan bahwa penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) total dan ketat di Jakarta akan dimulai pada 14 September 2020. Anies menghimbau warga Jakarta untuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan juga beribadah di rumah.

Provinsi DKI Jakarta telah memperpanjang masa PSBB transisi pandemi Covid-19 sejak 28 Agustus hingga 10 September 2020 kemarin. Akan tetapi, karena dalam beberapa pekan terakhir, pantauan kasus Covid-19 mengalami pelonjakan, Pemerintah mengambil keputusan untuk meningkatkan dan mempertegas status PSBB. Tingkat positif Covid-19 di Jakarta cukup mengkhawatirkan, yaitu 13,2% dengan kasus terkonfirmasi positif mencapai 6,9%. Angka tersebut dinilai tinggi jika membandingkan dengan kapasitas tenaga medis dan rumah sakit yang mampu menampung dan mengani pasien Covid-19.

Apa saja kemungkinan dampak Jakarta PSBB total?

Setelah kembali bekerja di kantor selama beberapa bulan, para karyawan beberapa perkantoran kembali harus bekerja dari rumah (work from home). Institusi pendidikan pun beralih ke metode belajar dari rumah.

Selain itu, beberapa gedung perkantoran pun tidak diizinkan untuk beroperasi. Semua perkantoran non-esensial akan mewajibkan untuk bekerja dari rumah (work from home). Kantor yang tetap beroperasi harus menerapkan jaga jarak secara ketat, pelonggaran jam kerja, mengadakan rapat, pengukuran suhu tubuh secara rutin. Ada 11 jenis usaha yang masih diperbolehkan buka selama masa PSBB total Jakarta yaitu BUMN dan BUMD di sektor kesehatan, logistik, energi, keuangan, perhotelan, konstruksi, industri strategis, pelayanan dasar, komunikasi dan teknologi informasi, juga usaha bahan pangan.

Sektor ekonomi akan terpengaruh oleh keputusan PSBB total. Pusat perbelanjaan seperti mal tetap buka, tetapi hanya untuk toko- toko kebutuhan pokok, taman kota ditutup. PSBB total akan membatasi pergerakan ekonomi, khususnya pasar tradisional.

Melansir dari Kompas.com, tiga menteri yang berhubungan dengan sektor perekonomian di Indonesia mengkritisi keputusan PSBB total di DKI Jakarta. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan status PSBB DKI Jakarta berimbas pada penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG). Menurutnya, kondisi perekonomian di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi fundamental, tetapi kepercayaan publik terhadap Pemerintah pun memainkan peran penting.

Dalam hal distribusi barang, Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto mengungkapkan bahwa untuk menjaga perekonomian dengan tidak meningkatkan angka PHK yaitu dengan memudahkan akses distribusi. Hal tersebut tentunya memerlukan kerjasama berbagai pihak.

Selain itu, kinerja sektor manufaktur pun akan terdampak keputusan PSBB total di DKI Jakarta. Sektor manufaktur menjadi salah satu penyumbang devisa negara.

Menghadapi keputusan Jakarta PSBB total

Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh Pemerintah saat rencana PSBB total di Jakarta diterapkan adalah menjamin kebutuhan pokok masyarakat. Membangun kepercayaan publik terhadap Pemerintah setelah Indonesia mendapat sorotan banyak negara membutuhkan strategi yang matang dan kerjasama berbagai pihak. Kerjasama antara pihak Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat, transparansi data Covid-19 kepada publik, dan dukungan penuh masyarakat dalam mematuhi protokol Covid-19 diharapkan dapat membantu menurunkan tingkat kasus Covid-19 di Indonesia.

5 TIPS MENCEGAH JERAWAT SAAT PAKAI MASKER SETIAP HARI

5 TIPS MENCEGAH JERAWAT SAAT PAKAI MASKER SETIAP HARI

Tips mencegah jerawat – Salah satu protokol kesehatan yang harus ditaati oleh masyarakat pada saat pandemi Covid-19 yaitu penggunaan masker. Masker harus digunakan saat Anda beraktivitas keluar dari rumah untuk mengurangi risiko transmisi virus. Pemakaian masker, terutama masker non-medis dalam waktu lama dan setiap hari dapat menimbulkan masalah untuk kesehatan kulit wajah yang menjadi momok banyak orang: jerawat.

Mengapa jerawat muncul saat kita memakai masker setiap hari?

Dokter Rizal Fadli dari halodoc menyebutkan bahwa jerawat dapat muncul karena gesekan antara masker dengan kulit wajah sehingga dapat membuat kulit iritasi. Selain itu, saat kita memakai masker, sirkulasi udara menjadi berkurang, ditambah keringat pun terperangkap sehingga kondisi wajah yang ditutupi masker menjadi lembab. Kondisi ini dapat menyebabkan pori-pori tersumbat atau mikroorganisme seperti bakteri mudah tumbuh sehingga jerawat pun muncul. Pemilik kulit sensitif pun harus lebih ekstra hati-hati daripada pemilik kulit normal saat memakai masker dalam jangka waktu lama dan setiap hari.

Tapi, Moms tidak perlu panik apalagi stres karena Eka Farm ingin berbagi tips mencegah jerawat saat Anda harus memakai masker setiap hari. Simak sampai tuntas, ya.

tips mencegah jerawat

1. Jaga selalu kebersihan wajah

Wajah yang bersih mencegah pertumbuhan bakteri ataupun kuman pada kulit wajah sehingga jerawat tidak mudah muncul. Setiap sebelum dan sesudah beraktivitas di luar rumah menggunakan masker, usahakan untuk selalu mencuci wajah dengan facial wash yang cocok untuk jenis kulit Anda. Tapi ingat, jangan berlebihan mencuci wajah Anda, cukup 2 kali dalam sehari .

Mengapa mencuci muka (dengan facial wash) terlalu sering tidak baik? Alasannya yaitu karena dapat memicu kulit untuk mudah melepaskan minyak. Padahal, minyak tetap diperlukan kulit untuk menjaga kelembaban dan kekenyalan kulit kita. Kulit wajah Anda sudah memiliki sel-sel yang hebat dalam memperbaiki dan menjaga kondisi kulit wajah. Kita hanya perlu membantu agar sel-sel kulit tersebut dapat bekerja dengan maksimal dengan mengangat kotoran yang dapat menyumbat pori-pori wajah.

Selain menjaga kebersihan wajah Anda, agar lebih optimal dalam mencegah jerawat, kesehatan kulit wajah Anda pun perlu dirawat. Setelah cuci muka, jangan lupa untuk menghidrasi kulit dengan pelembab dan melindungi kulit dari pengaruh buruk paparan sinar matahari serta polusi udara dengan sunscreen.

2. Jaga kebersihan masker

Jika Anda memakai masker kain, selalu pastikan untuk memiliki lebih dari satu masker untuk dipakai selang-seling. Cuci masker yang Anda gunakan usai digunakan agar debu, kotoran, dan mikroorganisme yang menempel pada masker dapat hilang dan mati. Masker yang bersih lebih nyaman Anda gunakan serta dapat membantu mencegah jerawat untuk muncul di wajah Anda. Usahakan batasi pemakaian masker kain Anda yaitu maksimal 4 jam pemakaian. Setelah itu, ganti dengan masker kain lain agar kebersihannya lebih terjaga.

3. Pilih bahan masker yang tepat

Pemilihan bahan masker yang tepat dapat membantu mengurangi risiko jerawat muncul di wajah Anda, apalagi jika Anda memiliki kulit yang sensitif dan acne-prone (rawan berjerawat). Dokter Rizal Fadli menyarankan untuk menghindari masker berbahan kain poliester jika kulit Anda mudah berjerawat. Mengapa? Masker poliester bersifat menahan keringat sehingga dapat menjadi media yang disukai oleh jerawat. Jika Anda memiliki kulit sensitif, hindari masker dengan tekstur kain kasar karena dapat mengiritasi kulit akibat gesekan. Pilihlah kain yang lebih lembut dengan tetap memperhatikan ketebalan lapisan luar masker.

4. Make up minimalis

Pada saat menggunakan masker, kulit wajah Anda tidak dapat ‘bernapas’ dengan bebas. Maka dari itu, jangan ditambah mengungkungnya dengan mengaplikasikan make up tebal pada wajah. Gunakan make up dengan formulasi ringan dan sesuai kebutuhan saja. Pengaplikasian make up yang berlebihan dapat menyumbat pori-pori kulit Anda. Ditambah, jika Anda lupa untuk menghapus make up dengan benar-benar bersih, peluang jerawat muncul pun lebih besar. Sesekali, cobalah Anda absen menggunakan make up dan merasakan udara bebas menerpa wajah Anda tanpa adanya penghalang.

5. Terapkan pola hidup sehat

Pola hidup yang sehat yakni olahraga rutin, mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi, tidak merokok dan minum alkohol, serta yang lainnya dapat membantu jerawat untuk menjauh dari wajah Anda. Batasi konsumsi makanan manis, pedas, berminyak, dan makanan lain yang dapat memicu pertumbuhan jerawat di kulit wajah Anda. Membatasi konsumsi gula dapat dilakukan dengan beralih mengkonsumsi beras organik. Beras organik memiliki indeks glikemik yang rendah dan sudah terbukti aman dikonsumsi penderita diabetes. Selain itu, Kelola stres Anda dengan meditasi, me time, ataupun olahraga karena stres menjadi faktor pemicu jerawat.

Moms, tentunya tips di atas harus dilakukan secara rutin dan disiplin agar hasilnya maksimal. Jika jerawat sudah terlanjur muncul, jangan sering pegang muka apalagi jika tangan Anda kotor. Usahakan agar Anda itdak memencet jerawat agar tidak terjadi infeksi dan membuat luka membekas di wajah Anda.