Kanker Kelenjar Getah Bening, Penyebab dan Faktor Resikonya

Kanker Kelenjar Getah Bening, Penyebab dan Faktor Resikonya

Kanker merupakan salah satu penyakit pembunuh terbesar di dunia. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat beresiko terkena kanker. Kanker adalah penyakit proliferasi sel-sel tumor yang mempengaruhi pertumbuhan sel normal, dimana terdapat gen pengativasi tumor yang menyebabkan proliferasi sel tidak terkendali jika ditransmisikan ke sel normal dan dapat mempengaruhi fungsi fisik dan sosial dalam waktu yang lama. Salah satu kanker yang menjadi “10 kanker pembunuh utama” adalah kanker Kelenjar Getah Bening atau bisa disebut juga Limfoma.

Menurut World Health Organization (WHO) kanker merupakan penyebab utama kematian kedua di dunia dengan angka kejadian mencapai 9,6 juta kematian pada tahun 2018. Sedangkan di indonesia sendiri, menurut Badan penelitian dan pengembangan kementerian kesehatan RI pada tahun 2018 menurunkan prevalensi kanker di indonesia sebesar 1,8%. Dengan urutan prevalensi kanker tertinggi terdapat di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan yang terendah di wilayah NTB sebesar 0,9%. Pertumbuhan sel abnormal kanker menyebabkan perubahan fisik yang dialami pasien kanker baik karena patofisiologi penyakit kanker itu sendiri maupun sebagai efek samping dari kemoterapi atau radiasi, dapat menjadi stressor yang memicu timbulnya stress pada pasien kanker.

Diantara jenis kanker yang ada, terdapat salah satu jenis kanker yang dapat dikategorikan sebagai kanker ganas. Yaitu, Limfoma atau Kanker kelenjar Getah Bening, Limfoma merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan oleh penumpukan sel limfosit ganas di kelenjar getah bening dan jaringan limfoid lainnya dan menyebabkan gambaran klinis karakteristik limfadenopati. secara umum limfoma dibagi menjadi dua kelompok besar neoplasma, yaitu limfoma Non-Hodgkin dan Limfoma hodgkin. Berikut penjelasan mengenai kanker Kelenjar getah bening atau Limfoma:

Kelenjar Getah Bening Atau Limfoma

Kanker Kelenjar Getah Bening atau limfoma adalah kanker ganas yang berkaitan dengan sistem limfatik. Sistem limfatik merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh dan bertugas dalam membentuk pertahanan alami tubuh melawan infeksi dan kanker. Cairan limfatik sendiri adalah cairan putih menyerupai susu yang mengandung protein lemak dan limfosit yang semuanya mengalir ke seluruh tubuh lewat pembuluh limfatik. Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan pada sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikuler seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga muncul istilah (maligna = ganas). terdapat dua jenis penyakit yang diderita limfoma (kanker Kelenjar getah benih) yaitu, penyakit hodgkin (LH) dan Limfoma non-Hodgkin (LNH)

  1. Limfoma Hodgkin (LH)

kanker kelenjar getah bening Limfoma Hodgkin (LH)

Seperti namanya Limfoma hodgkin ditemukan oleh Thomas Hodgkin pada tahun 1832. Pada Limfoma Hodgkin (LH) sel-sel dari sistem limfatik bertumbuh secara abnormal dan dapat menyebar ke luar sistem limfatik. Jika penyakit ini semakin berkembang, maka akan mempengaruhi fungsi pertahanan tubuh penderitanya. Pada penyakit ini ditemukan perkembangan sel B abnormal atau dinamakan sel Reed-Sternberg (sel B adalah salah satu jenis sel limpa yang berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh yang memproduksi antibodi.

Limfoma Hodgkin (LH) adalah neoplasma dengan karakteristik klinis histologis dan epidemiologis yang heterogen keganasan ini dianggap sebagai keganasan yang paling umum pada usia dewasa muda. Limfoma Hodgkin (LH) merupakan penyakit keganasan yang mengenai sel-B limfosit dan khas ditandai oleh adanya sel Reed Sternberg dengan latar belakang sel radang pleomorfik (limfosit, eosinofil, neutrofil, sel plasma dan histiosit). Sel Reed Sternberg adalah sebuah sel yang sangat besar dengan ukuran diameter sekitar 15 sampai dengan 45 mikrometer, berinti besar multi lobular dengan banyak anak inti yang menonjol dan sitoplasma yang sedikit eosinofilik. Karakteristik utama dari sel Reed Sternberg adalah adanya dua buah inti yang saling bersisian yang di dalamnya masing-masing berisi sebuah anak inti asidofilik yang besar dan mirip dengan inklusi yang dikelilingi oleh daerah sel yang jernih. Gambaran morfologi tersebut membuat sel Reed Sternberg tampak seperti mata burung hantu.

Klasifikasi limfoma Hodgkin (LH) yang umum digunakan hingga saat ini yaitu klasifikasi histologi menurut REAL (Revised American European Lymphoma) dan WHO yang mengklasifikasikan LH ke dalam 5 tipe, yaitu:

  •     Limfoma tipe nodular sclerosing

Limfoma tipe nodular sclerosing adalah tipe Limfoma yang paling sering dijumpai, baik pada penderita pria ataupun wanita, terutama pada para remaja dan dewasa muda. Limfoma tipe ini memiliki kecenderungan predileksi pada kelenjar getah bening yang terletak di supraklavikula, servikal dan mediastinum. Karakteristik histologi dari Limfoma tipe nodular sclerosing adalah adanya variasi dari sel Reed Sternberg yaitu sel lakuna yang merupakan sebuah sel besar yang memiliki sebuah inti multilobus, anak inti yang kecil dan multipel serta sitoplasma yang melimpah dan pucat dan  adanya fibrosis dan sklerosis yang luas dengan pita kolagen yang membagi jaringan limfoid ke dalam nodul-nodul berbatas dengan infiltrat seluler yang mengandung limfosit, eosinofil, histiosit dan sel lakuna.

  •     Limfoma tipe mixed cellularity

Limfoma tipe mixed cellularity adalah tipe Limfoma yang paling sering terjadi pada anak-anak dan penderita yang berusia lebih dari atau sama dengan 50 tahun serta mencangkup 25% dari keseluruhan kasus Limfoma yang dilaporkan. Pria lebih dominan untuk menjadi penderita dibandingkan dengan wanita dan Limfoma tipe ini memiliki kecenderungan predileksi pada kelenjar getah bening yang terletak di abdomen dan limpa. Karakteristik histologi dari Limfoma tipe mixed cellularity adalah sel Reed Sternberg yang berlimpah di dalam infiltrat inflamasi heterogen yang mengandung limfosit berukuran kecil, eosinofil, sel plasma dan makrofag. Limfoma tipe ini juga yang paling sering menunjukkan manifestasi sistemik dibandingkan dengan tipe-tipe lainnya.

  •     Limfoma Lymphocyte

Limfoma tipe lymphocyte depleted merupakan tipe Limfoma yang paling jarang dijumpai dan hanya mencangkup kurang dari 1% dari keseluruhan kasus Limfoma namun merupakan tipe Limfoma yang paling agresif dibandingkan dengan tipe Limfoma lainnya. Limfoma tipe ini paling sering terjadi pada penderita dengan usia yang sudah lanjut dan seringkali dihubungkan dengan infeksi virus HIV/AIDS. Infiltrat pada Limfoma tipe ini lebih sering tampak difus dan hiposeluler sedangkan sel Reed Sternberg hadir dalam jumlah yang besar dan bentuk yang bervariasi. Limfoma tipe lymphocyte depleted dapat dibagi menjadi subtipe retikuler dengan sel Reed Sternberg yang dominan dan sedikit limfosit serta subtipe fibrosis difus dimana kelenjar getah bening digantikan oleh jaringan ikat yang tidak teratur dan dijumpai sedikit sel limfosit dan sel reed sternberg.

  •     Limfoma tipe lymphocyte Rich

Limfoma tipe lymphocyte rich mencangkup kurang dari 5% dari keseluruhan kasus Limfoma. Karakteristik histologic dari Limfoma tipe ini adalah adanya sel Reed Sternberg dengan latar belakang infiltrat sel limfosit serta sedikit eosinofil dan sel plasma yang dapat berpola difus atau nodular.

  •     Limfoma type lymphocyte predominant

Limfoma tipe nodular lymphocyte predominant mencangkup sekitar 5% dari keseluruhan kasus Limfoma. Karakteristik histologi dari Limfoma tipe ini yaitu adanya variasi sel Reed Sternberg limfohistiositik (L dan H) yang memiliki inti besar multilobus yang halus dan menyerupai gambaran berondong jagung (popcorn). Sel Reed Sternberg L & H biasanya ditemukan di dalam nodul besar yang sebagian besar dipenuhi oleh sel-B limfosit kecil yang bercampur dengan makrofag sedangkan sel-sel reaktif lainnya seperti eosinofil, neutrofil dan sel plasma jarang ditemukan. Varian sel ini juga biasanya tidak menghasilkan CD30 dan CD15 seperti sel Reed Sternberg pada umumnya melainkan menghasilkan CD20.

2. Limfoma Non Hodgkin (LNH)

kanker kelenjar getah bening Limfoma Non Hodgkin (LH)

Limfoma Non Hodgkin (LNH) merupakan kelompok keganasan primer limfosit yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T, dan sel natural killer Limfoma non-Hodgkin (LNH) atau Non-Hodgkin Lymphomas merupakan penyakit yang sangat heterogen dilihat dari segi patologi dan klinisnya. Penyebarannya juga tidak seteratur penyakit Hodgkin serta bentuk ekstra nodal jauh lebih sering dijumpai.

Faktor Penyebab Kelenjar Getah Bening

Penyebab terjadinya limfoma atau kanker kelenjar getah bening ini adalah mutasi atau perubahan genetik pada sel limfosit. Mutasi ini menyebabkan sel limfosit berkembang secara abnormal dan tidak terkendali. Lalu sel ini ganas inilah yang akan terus hidup dan berkembang biak dan makin lama dapat menyebabkan Limfoma. Namun sebagian besar Penyebab kanker kelenjar getah bening sampai ini belum diketahui secara etimologi. Akan tetapi terdapat faktor penyebab terjadinya Limfoma atau kanker kelenjar getah bening. Berikut faktor penyebab terjadi kanker kelenjar getah bening:

  1. Jenis Kelamin

Menurut beberapa penelitian mengatakan sebagian besar kasus limfoma meningkat pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan perempuan, Hal ini tidak diketahui penyebab pastinya dari kejadian ini.

2. Usia

Hampir sebagian kasus kanker kelenjar getah bening terjadi pada penderita berusia 60 tahun ke atas. Namun beberapa jenis kasus kanker kelenjar getah bening juga terjadi pada usia muda bahkan anak anak.

3. Genetik

Sejumlah penelitian mengungkapkan adanya keterlibatan peran varian genetik yang mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan sel B sehingga meningkatkan risiko terjadinya Limfoma atau kanker kelenjar getah bening. Contohnya dikaitkan dengan kasus variasi genetik di berbagai jalur, termasuk sitokin, innate immunity, stres oksidatif dan perbaikan apoptosis DNA pada regio HLA.

4. Paparan terhadap Bahan Kimia dan Obat tertentu

Beberapa studi mengatakan bahan-bahan seperti benzena dan herbisida serta insektisida berhubungan dengan meningkatnya risiko Limfoma. Beberapa pekerjaan yang dikaitkan dengan meningkatkan risiko terkena limfoma termasuk petani, pengguna pestisida, pekerja benzene, petani karet, pekerja kilang minyak, pemadam kebakaran dan ahli kimia. Obat kemoterapi yang digunakan dalam mengobati kanker dapat meningkatkan resiko berkembangnya limfoma non hodgkin beberapa tahun setelah penggunaan, namun belum jelas diketahui apakah kejadian ini berhubungan dengan penyakit kanker sendiri ataupun efek dari pengobatanya. Beberapa studi juga mengungkapkan obat tertentu yang digunakan untuk mengobati rheumatoid arthritis seperti methotrexate dan tumor nekrosis faktor (TNF) inhibitor dapat meningkatkan resiko Limfoma. Hal ini juga meliputi keadaan rheumatoid arthritis itu sendiri merupakan suatu penyakit autoimun yang sudah meningkatkan risiko terjadinya Limfoma atau kanker kelenjar getah bening.

5. Penurunan Fungsi Imun

Beberapa contoh penderita dengan penurunan fungsi imun memiliki resiko tinggi menderita Limfoma, pasien penerima transplantasi organ yang mengkonsumsi imunosupresan, pasien dengan chemotherapy, human immunodeficiency virus (HIV), pada penyakit genetik seperti ataxia-telafi ectasia (AT) dan wiskott-Aldrich syndrome, anak lahir dengan defisiensi sistem imun.

6. Penyakit autoimun

beberapa kondisi penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis, systemic lupus erythematosus (SLE), Sjogren disease, Celiac disease (gluten sensitive enteropathy) meningkatkan risiko menderita limfoma. Sistem imun yang meningkat pada penyakit autoimun menyebabkan aktivitas limfosit membelah lebih tinggi dari normal dan meningkatkan risiko berkembang menjadi sel-sel Limfoma.

7. infeksi Virus

  •     Infeksi human T-cell lymphotropic virus (HTLV-1) menyebabkan kejadian angka limfoma < 1%. HTLV-1 menular melalui hubungan seksual dan darah yang terkontaminasi, dapat menular pada bayi lewat air susu dari ibu yang terinfeksi.
  •     Infeksi Epstein-Barr virus : EBV DNA ditemukan pada 95% limfoma Burkitt endemik, dan lebih jarang ditemukan pada Limfoma Burkitt Sporadik. Karena tidak pada semua kasus Limfoma Burkitt ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme EBV terhadap terjadinya Limfoma Burkitt belum diketahui. Sebuah hipotesis menyatakan bahwa infeksiawal EBV dan faktor lingkungan dapat meningkatkan jumlah prekursor yang terinfeksi EBV dan meningkatkan risiko terjadinya kerusakan genetik. EBV juga dihubungkan dengan posttranspIantlymphoproIifer ative disorders (PTLDs) dan AIDS-associated lymphomas.
  •     Human herpes Virus 8 (HHV-8) juga menginfeksi limfosit, menyebabkan kejadian limfoma yang langka yang disebut dengan primary effusion lymphoma. Limfoma ini lebih sering ditemukan pada pasien yang terinfeksi HIV. HHV 8 juga berhubungan dengan kanker lainnya yaitu Kaposi sarcoma (Kaposi sarcoma-associated herpes virus).
  •     HIV/AIDS menurunkan sistem imun yang berisiko meningkatkan kejadian Limfoma Non Hodgkin tipe tertentu, seperti primary CNS lymphoma, Burkitt lymphoma, dan diffuse large B-cell lymphoma.

7. Infeksi Bakteri

Beberapa infeksi kronis meningkatkan risiko terjadinya Limfoma atau kanker kelenjar getah bening dengan mendorong sistem imun aktif secara konstan.

8. Berat badan dan Diet

Beberapa studi menunjukkan keadaan obesitas meningkatkan risiko terjadinya Limfoma. Studi lain juga mengatakan diet berupa makanan tinggi lemak dan daging dan merah juga meningkatkan Limfoma atau kanker kelenjar getah bening.

Baca Juga : MENGAPA BERAS COKLAT DAPAT MENURUNKAN RISIKO KANKER USUS BESAR?

Gejala Kanker Kelenjar Getah Bening

pembekakan kelenjar getah bening tanpa rasa sakit merupakan gejala yang paling umum terjadi pada pasien penderita Limfoma. Namun terdapat gejala gejala lain yang perlu diwaspadai juga agar dapat dilakukan pencegahan di kemudian hari. Berikut gejala Kanker kelenjar getah bening:

  1. Pembekakan Di Kelenjar Getah Bening

Pembengkakan biasanya terjadi di daerah leher, ketiak, dan selangkangan dan secara bertahap menyebar ke kelenjar getah bening ke bagian tubuh lainya, sumsum tulang dan organ lainnya. Jika terjadi pembengkakan secara terus menerus pada salah satu atau beberapa kelenjar getah bening atau dada gejala yang terus berulang, ada baiknya meminta saran dan nasihat kesehatan dari dokter sesegera mungkin.

2. Kelelahan Yang tidak Kunjung Hilang

Gejala selanjutnya jika anda merasa kelelahan yang tidak kunjung hilang padahal anda sudah beristirahat dengan cukup. Maka perlu diwaspadai karena salah satu gejala kanker getah bening adalah kelelahan yang tidak kunjung hilang. kelelahan tak kunjung hilang ini dikarenakan sel baik pada tubuh kita sedang menyerang sel buruk penyebab kanker yang terus bermutasi dan semakin banyak. Alangkah baiknya ketika anda merasa kelelahan yang tidak kunjung hilang dan disertai dengan gejala lain segeralah memeriksakan diri di rumah sakit terdekat.

3. Demam Dan Keringat Pada Malam Hari

Biasa nya pada penderita kanker kelenjar getah bening memiliki gejala bukan hanya pembekakan atau benjolan saja biasanya dibarengi dengan demam dan mudah berkeringat pada malam hari. Selain itu, kondisi penderita ini umumnya disertai dengan gejala menggigil.

4. Penurunan Berat Badan Tanpa Alasan Tertentu

menurut WHO orang yang terkena kanker kelenjar getah bening akan mengalami penyusutan atau penurunan berat badan tanpa alasan tertentu. Pada kasus kanker kelenjar getah bening biasanya akan terjadi penurunan berat badan sekitar 10% dari berat badan selama 6 bulan terakhir.

5. Kulit Gatal Gatal

Kulit gatal gatal dan benjolan akan menandai gejala awal pada Limfoma. Apalagi ketika sel-sel Limfoma sudah menyebar ke sumsum tulang dan mempengaruhi reproduksi darah, penderita akan mengalami anemia, memar, dan infeksi.

6. Batuk Dan Sesak Nafas

Biasanya gela ini timbul ketika pembekakan kelenjar getah bening berada di posisi bagian dada. Yang dimana pada posisi tersebut dapat menyebabkan penekanan pada area paru-paru. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko penumpukan cairan di sekitar paru-paru yang menyebabkan batuk dan sesak nafas.

Baca Juga : Kaitan Kanker Payudara dan Pestisida

Stadium Kanker Kelenjar Getah Bening

Penyebaran Limfoma dapat dikelompokan dalam 4 stadium. Stadium I sampai II sering dikelompokkan bersama sebagian stadium awal penyakit, sementara stadium III sampai IV dikelompokan bersama sebagai stadium lanjut.

  1. Kanker Kelenjar Getah Bening Stadium I

kanker tahap awal yang memasuki stadium satu adalah kanker yang telah masuk ke lapisan sekitarnya. Biasanya akan muncul benjolan atau pembekakan yang isinya kelompok kelenjar getah bening, biasanya terdapat di antara lipatan leher, paha dan ketiak.

2. Kanker Kelenjar Getah Bening Stadium II

Pada stadium dua kanker dapat menyebar ke jaringan yang terdekat tetapi belum sampai ke kelenjar getah bening. dan biasanya menyerang dua kelompok kelenjar getah bening .

3. Kanker Kelenjar Getah Bening Stadium III

Ketika masuk ke tahap stadium tiga, berarti kanker yang telah yang telah menyebar ke kelenjar getah bening terdekat tetapi belum sampai ke organ tubuh yang letaknya lebih jauh.

4. Kanker Kelenjar Getah Bening Stadium IV

Mulai memasuki ke tahap stadium akhir atau stadium empat, kanker sudah menyebar ke organ tubuh atau jaringan lain.

Baca Juga : Yuk obati kanker dengan beras hitam…

Cara Mencegah Kanker Kelenjar Getah Bening

Meskipun terkadang pembekakan Kanker kelenjar getah bening dapat sembuh atau kempes sendiri tanpa perlu dilakukan pengobatan yang serius. Namun, alangkah baiknya untuk tetap mencegahnya. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya kanker kelenjar getah bening atau Limfoma adalah dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat lagi, seperti: 

  •     Selalu memperhatikan kesehatan mulut termasuk gigi dan gusi.
  •     Mendapatkan vaksinasi terhadap kondisi seperti herpes zoster, TBC, dan FLU
  •     Gunakanlah alat pengaman saat berhubungan seksual
  •     Hindari berbagi makanan, minuman, baju, handuk, dengan siapa saja yang memiliki infeksi menular
  •     Olahraga teratur setiap hari
  •     Makan dan Minum yang sehat, salah satu contoh makanan yang sehat adalah makanan yang berasal dari bahan organik seperti BERAS ORGANIK EKA FARM yang dapat membantu anda dalam menjalani hidup yang lebih sehat.

Terapi Kanker Kelenjar Getah Bening

Pengobatan untuk limfoma mencakup kemoterapi, imunoterapi, radioimunoterapi, atau radioterapi. Dokter akan menentukan rencana pengobatan yang tepat untuk pasien, sesuai dengan kondisi kesehatan umum mereka, subtipe limfoma, dan stadium limfoma. Dalam kondisi khusus, dokter bisa menyarankan transplantasi sumsum tulang atau sel induk darah perifer atau mendaftarkan pasien ke dalam uji klinis.

Salah satu pengobatan yang paling sering dilakukan adalah kemoterapi. Kemoterapi merupakan tindakan pengobatan yang banyak digunakan untuk mengobati limfoma. Obat anti-kanker diberikan baik secara oral maupun secara intravena untuk membunuh sel-sel kanker. Walaupun demikian, sel-sel dan jaringan yang sehat juga bisa terpengaruh, mengakibatkan efek samping yang signifikan dan rasa tidak nyaman. Radioterapi melibatkan penggunaan radiasi berenergi tinggi yang dihasilkan oleh mesin sinar X untuk membunuh sel-sel kanker pada daerah yang terdampak. Tindakan ini bisa diberikan secara individu atau bersama dengan kemoterapi untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik dan efek samping yang lebih sedikit. 

 

Tinggalkan Balasan