Ngaku Warga Indonesia? Buktikan dengan Beli Beras Hasil Petani Indonesia

Ngaku Warga Indonesia? Buktikan dengan Beli Beras Hasil Petani Indonesia

Benua Asia menjadi produsen beras vital di dunia dengan menyumbang sekitar 90% dari total produksi beras dunia. Tiga negara teratas produsen beras yaitu Cina, India, kemudian disusul oleh Indonesia. Predikat negara agraris sudah tersemat pada Indonesia sejak zaman nenek moyang. Akan tetapi, ironis bahwa para petani yang menjadi roda penggerak pertanian di Indonesia rata-rata masih memiliki tingkat kesejahteraan hidup yang rendah. Jika menilik kondisi pertanian di dalam negeri, mayoritas petani berasal dari daerah-daerah dengan tingkat ekonomi masih rendah sehingga kehidupannya pun tidak dapat optimal secara finansial.

Produksi beras Indonesia

Suhariyanto, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan bahwa produksi beras di tahun 2019 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2018. Selama tahun 2018, produksi beras Indonesia mencapai 33,94 juta ton dan turun menjadi 31,31 juta ton di tahun 2019.

Konsumsi beras masyarakat Indonesia

Siapa yang tak suka makan nasi? Nasi menjadi menu utama saat makan berat sehari-hari sekaligus sumber karbohidrat utama bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Kebiasaan makan nasi ini membuat ketergantungan terhadap produksi beras tak bisa dihindari. Konsumsi beras nasional pada tahun 2018 mencapai angka 111,58 kg/kapita/tahun menurut data dari BPS. Angka ini jauh melebihi rata-rata konsumsi beras global, hingga mendekati dua kali lipatnya, yaitu di angka 60 kg/kapita/tahun.

Bagaimana kondisi ketahanan pangan di Indonesia?

Meskipun jumlah produksi beras dari tahun 2018 ke tahun 2019 mengalami penurunan, tetapi ketahanan pangan Indonesia secara umum mengalami peningkatan dari tahun 2016 ke tahun 2018. Indeks ketahanan pangan nasional menurut GFSI tahun 2018 memperlihatkan data bahwa Indonesia menempati peringkat 65 dari 113. Peringkat ini mengalami peningkatan dari tahun 2016, yaitu Indonesia berada di peringkat 71.

Yuk, pilih beras hasil petani Indonesia untuk mendukung kemandirian pangan nasional

Data Bulog menyebutkan penyerapan beras hasil petani Indonesia pada semester I 2020 mencapai 700 ribu ton atau telah berhasil menerap 50% dari target pengadaan beras tahun ini. Penyerapan beras hasil petani ini dapat membantu peningkatan kesejahteraan petani selama masa pandemi Covid-19 yang tak juga kunjung usai. Di sisi lain, Kementerian Pertanian memberikan kabar gembira tentang prediksi produksi beras pada Juni 2020. Produksi beras pada Juni 2020 diprediksi surplus sebesar 6,4 juta ton.

Salah satu kabupaten di Indonesia yang telah berhasil menyerap beras hasil petani lokal yaitu Kabupaten Lebak-Pandeglang. Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Divisi Regional Kabupaten Lebak-Pandeglang berhasil menyerap beras hasil petani lokal sebanyak 120 ton untuk kebutuhan konsumsi pangan masyarakat di daerah tersebut.

Kesejahteraan petani yang dicerminkan dalam indeks Nilai Tukar Petani pada tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 0,49% dibandingkan tahun 2017. Indikator lain kesejahteraan petani yaitu upah rata-rata riil (nyata) buruh petani yang masih berada di kisaran Rp 37.863 per hari. Sejak tahun 2014, upah riil buruh petani tidak pernah melebihi agka Rp 40.000. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi kesejahteraan petani tidak pernah mengalami perubahan signifikan ke arah yang lebih baik. Mengapa demikian? Beberapa faktor penyebabnya yaitu upah buruh tani yang rendah, lahan pertanian semakin sempit, serta harga jual produk pertanian yang tidak menguntungkan bagi petani.

Bagaimana salah satu upaya untuk mendukung perbaikan kesejahteraan petani beras di Indonesia?

Selain dengan berusaha untuk selalu membeli beras hasil petani Indonesia dan menghindari beras impor, salah satu langkah nyata yang lebih signifikan untuk mendukung kesejahteraan petani beras Indonesia adalah dengan membeli produk beras organik. Mengapa demikian? Beras organik memiliki nilai jual yang lebih tinggi karena memperhatikan faktor keseimbangan lingkungan dalam pengelolaan sawah dan pemrosesan hasil padi. Pertanian organik harus menjaga kesehatan serta keberlanjutan ekosistem pertanian, termasuk tanah, air, dan tanaman itu sendiri. Para petani padi pun tidak dapat memanen padi sebanyak petani padi konvensional karena penggunaan lahan tanah pertanian organik yang menganut sistem rotasi jenis tanaman pertanian.

Maka dari itu, sangatlah wajar jika harga produk pertanian organik lebih besar hingga mencapai dua kali lipat dibandingkan produk hasil pertanian biasa/ konvensional. Petani dapat memperoleh untung lebih besar daripada petani biasa, setidaknya 25-30% lebih besar.

Sudahkah Moms memastikan beras di rumah adalah beras hasi petani Indonesia?

 

 

Tinggalkan Balasan