Anak Gemuk Justru Kurang Nutrisi, Bahaya Kaleeeee…

Anak Gemuk Justru Kurang Nutrisi, Bahaya Kaleeeee…

Anak Gemuk Justru Kurang Nutrisi, Bahaya Kaleeeee… Mereka akan menambah porsi makannya sampai perutnya kekenyangan, sampai tidak ada tempat lagi buat makanan di dalam perutnya. Begitu makanan sampah itu menjalani proses pencernaan, tubuh berjuang mengais-ngais nutrisi dari timbunan sampah busuk (dari makanan yang mereka konsumsi) serta berjuang melawan racun yang ada pada makanan itu.

Setelah itu, tubuh juga lalu berjuang keras membuang sampah dan racun dari dalam tubuh.  Bila kecapaian, tubuh juga terpaksa menyimpan timbunan lemak tak indah dan juga mengakumulasi racun pestisida, antibiotika hingga zat-zat pemicu kanker di dalam lemak dan otot tubuh.

Mereka akan berpeluh banyak dan mengantuk. Kalau ingin terus bekerja, terpaksa mereka mengkonsumsi berbagai stimulan untuk mempertahankan tubuh tetap berjaga dan meneruskan akumulasi kelelahan akibat makin memaksa diri.

Ketika tubuh tidak berhasil mendapatkan nutrisi yang diperlukannya, syaraf terus mengirim sinyal ke otak agar tubuh mencari makan, orang itu akan terus merasa lapar tanpa pernah puas. Mereka yang banyak makan dan terus lapar sebenarnya adalah mereka yang tidak pernah memberikan nutrisi yang mencukupi kepada tubuhnya.

Protein? Oh, protein……, lagi-lagi terlalu banyak orang keracunan protein daripada kekurangan protein. Memang ada orang yang benar kekurangan protein, terutama yang jarang makan dan belum bisa memperolehnya dari udara, tetapi yang lebih sangat sering terjadi justru banyak orang yang keracunan protein, kalsium, zat besi dan sebagainya.

Perut besar pada mereka yang dikira kurang makan belum tentu terjadi karena kekurangan makan, tetapi justru karena bantuan makanan yang salah yang diberikan kepada mereka sehingga liver mereka keracunan dan bengkak.

(Susu formula dan mi instan merupakan contoh bantuan yang justru memperparah kondisi kesehatan mereka, tetapi itulah bahan bantuan makanan yang paling sering diberikan kepada mereka yang dikira kekurangan makan).

Menarik kan tulisan di atas? Nah sekarang kita akan simak lagi sebuah tulisan yang akan meluruskan persepsi kita tentang anak obesitas.

Sebuah situs menulis, “ Status gizi seorang anak sering kali dinilai masyarakat berdasarkan ukuran tubuh. Anak kurang gemuk sering dianggap kurang gizi. Bagaimana dari sudut pandang dunia medis sendiri?”

Anak berbadan gemuk sering dianggap lucu dan menggemaskan. Tak jarang, para orangtua menginginkan anaknya bertubuh gemuk karena dianggap memiliki gizi lebih baik dibandingkan yang kurang gemuk. Padahal sebenarnya anak kurang gemuk belum tentu kurang gizi.

Tahukah Anda, anak yang terlalu gemuk justru bisa kekurangan gizi dan berisiko mengalami berbagai gangguan kesehatan di kemudian hari?

Ini karena anak gemuk umumnya mengonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat atau lemak saja. Mereka cenderung kurang mengonsumsi sayur dan buah, yang mengandung banyak vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh.

Begitu pula sebaliknya, anak yang terlalu kurus cenderung mengalami gizi kurang. Anak yang kurang gizi berisiko lebih besar mengalami gangguan perkembangan dan pertumbuhan, obesitas, gangguan mental dan emosi, serta kurang cerdas.

Idealnya, anak usia di bawah 1 tahun diukur berat dan panjang badannya setiap 1 bulan, dan anak berusia 1-2 tahun setiap 3 bulan di pusat layanan kesehatan.

Ini bertujuan agar berat badan dan panjang/tinggi badan anak dapat dipantau dan dilihat status gizinya. Selama status gizi anak masih dalam batas normal di kurva pertumbuhan, maka Anda tak perlu khawatir.

Bagi anak yang berusia di atas 2 tahun, cara mudah untuk menghitung berat badan idealnya adalah dengan menggunakan rumus BB ideal menurut umur, yakni: (umur x 2 ) + 8.

Sebagai contoh, berat badan ideal anak berusia 3 tahun menurut usianya adalah (3×2)+8=14 kg. Jika kurang dari ini, maka kemungkinan gizi anak Moms kurang. Namun ini hanya menjadi patokan saja. Bila khawatir dengan status gizi anak, Moms jangan sungkan untuk berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis anak.

Ingat, anak kurang gemuk belum tentu kurang gizi.

Tinggalkan Balasan