Kenali Ciri-Ciri Cacar Monyet yang Perlu Anda Ketahui

Kenali Ciri-Ciri Cacar Monyet yang Perlu Anda Ketahui

Ciri-ciri cacar monyet – Pernahkah kamu mendengar tentang cacar monyet? Penyakit ini sempat menjadi sorotan dunia beberapa waktu lalu. Meski begitu, banyak orang masih belum sepenuhnya memahami seperti apa gejala cacar monyet ini. Yuk, kita bahas lebih dalam agar kita bisa lebih waspada!

Apa Itu Cacar Monyet?

Cacar monyet adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang berasal dari hewan dan dapat menular ke manusia. Virus ini pertama kali ditemukan pada monyet di Afrika, tetapi dapat juga menjangkiti hewan lain seperti tikus dan tupai. Meski namanya terdengar eksotis, dampak penyakit ini pada manusia sangat nyata dan serius. Menurut data dari WHO, kasus cacar monyet meningkat secara signifikan sejak tahun 2022, dengan lebih dari 60.000 kasus dilaporkan secara global dalam setahun.

Baca Juga : Mengapa Penyakit Ini Harus Menghindari Ketan? Simak disini Penjelasannya

Jangan Terlewatkan Ciri-Ciri Awal Cacar Monyet

Banyak orang tidak menyadari bahwa gejala awal cacar monyet bisa mirip dengan flu biasa. Pada tahap awal, penderita biasanya akan mengalami demam, sakit kepala, nyeri otot, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Pada fase ini, sulit untuk membedakan cacar monyet dari penyakit lainnya. Namun, setelah beberapa hari, ruam mulai muncul, biasanya di wajah, dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lain seperti tangan, kaki, dan batang tubuh. Ruam ini bisa berkembang menjadi bintik-bintik yang berisi cairan, mirip dengan cacar air, tetapi lebih besar dan lebih menyakitkan.

Satu ciri yang sering diabaikan adalah pembengkakan kelenjar getah bening, yang menjadi pembeda utama cacar monyet dari cacar biasa. Kelenjar getah bening yang membengkak biasanya terjadi di daerah leher, ketiak, atau selangkangan dan bisa sangat menyakitkan. Inilah salah satu alasan mengapa cacar monyet sering disalahartikan sebagai penyakit lain pada awalnya.

Penyebaran dan Pencegahan Cacar Monyet yang Perlu Diperhatikan

Meskipun cacar monyet dapat menyebar dari hewan ke manusia, penularan dari manusia ke manusia juga memungkinkan, terutama melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau ruam penderita. Penularan bisa terjadi melalui hubungan seksual, penggunaan barang pribadi yang terkontaminasi, atau paparan langsung terhadap lesi kulit.

Yang menarik, sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet menemukan bahwa meskipun cacar monyet dapat menular melalui kontak erat, virus ini tidak secepat menyebar seperti virus lainnya, seperti COVID-19 . Hal ini memberikan kita sedikit harapan bahwa dengan langkah pencegahan yang tepat, penyebaran cacar monyet dapat dikendalikan.

Pencegahan terbaik meliputi menjaga kebersihan diri, menghindari kontak langsung dengan hewan liar yang berpotensi membawa virus, dan segera mengisolasi diri jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan gejala yang mencurigakan.

Baca Juga : Donor Darah dan Diabetes: Benarkah Penderita Diabetes Tidak Boleh Donor Darah?

Jangan Remehkan Cacar Monyet

Cacar monyet mungkin terdengar seperti penyakit yang jauh dari kehidupan kita sehari-hari, tetapi kenyataannya, ini adalah ancaman yang nyata. Dengan memahami gejala-gejala yang muncul dan bagaimana penyakit ini menyebar, kita dapat melindungi diri dan orang-orang di sekitar kita. Jangan abaikan gejala awal seperti demam dan ruam, dan selalu waspada terhadap pembengkakan kelenjar getah bening.

Apakah Anda sudah cukup waspada terhadap penyakit ini? Jika ada gejala yang mencurigakan, segeralah berkonsultasi dengan tenaga medis terdekat. Lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan?

Mengapa Penyakit Ini Harus Menghindari Ketan? Simak disini Penjelasannya

Mengapa Penyakit Ini Harus Menghindari Ketan? Simak disini Penjelasannya

Penyakit yang tidak boleh makan ketan – Siapa bilang penderita diabetes harus selalu menghindari makanan enak? Ketan, dengan teksturnya yang lembut dan rasanya yang manis, memang menggoda selera. Namun, benarkah ketan menjadi musuh besar bagi para penyandang diabetes? Mari kita kupas tuntas mitos dan fakta seputar ketan dan diabetes. Bayangkan, Anda sedang menikmati hidangan ketan saat lebaran. Aroma harumnya menguar, dan rasanya yang manis membuat Anda ingin terus makan. Tapi, rasa bersalah pun menghantui. Apakah pilihan makanan ini tepat untuk kondisi kesehatan Anda?

Mengapa Ketan Kurang Bersahabat dengan Diabetes?

Ketan, atau beras ketan, dikenal karena teksturnya yang lengket dan rasanya yang lezat. Namun, di balik kelezatannya, terdapat fakta yang kurang menyenangkan bagi mereka yang menderita penyakit tertentu, terutama diabetes. Ketan memiliki indeks glikemik (IG) yang tinggi, yang berarti dapat menyebabkan lonjakan gula darah dengan cepat. Bagi penderita diabetes, lonjakan gula darah yang tidak terkendali dapat berbahaya dan memicu komplikasi serius.

Baca Juga : Asam Lambung Mengganggu? Gaya Hidup Sehat Ini Solusinya!

Deretan Penyakit yang Tidak Boleh Makan Ketan

  1. Diabetes
    Menurut International Diabetes Federation (IDF), sekitar 463 juta orang dewasa di seluruh dunia hidup dengan diabetes pada tahun 2019, dan angka ini diprediksi akan meningkat menjadi 700 juta pada tahun 2045. Ketan memiliki IG yang tinggi, yang berarti gula dalam ketan diserap ke dalam aliran darah dengan cepat, menyebabkan peningkatan kadar gula darah yang cepat dan drastis.
  2. Obesitas
    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa pada tahun 2016, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa berusia 18 tahun ke atas mengalami kelebihan berat badan, dengan lebih dari 650 juta di antaranya mengalami obesitas. Makanan dengan IG tinggi, seperti ketan, dapat meningkatkan rasa lapar dan menyebabkan makan berlebihan, yang dapat memperburuk kondisi obesitas.
  3. Sindrom Metabolik
    Menurut American Heart Association, sindrom metabolik mempengaruhi sekitar 23% orang dewasa di Amerika Serikat. Konsumsi makanan tinggi IG dapat memperburuk resistensi insulin, tekanan darah tinggi, dan profil lipid abnormal, yang semuanya merupakan komponen sindrom metabolik.

Tips Menjaga Pola Makan Sehat untuk Diabetes:

  • Konsumsi Karbohidrat Kompleks: Pilihlah sumber karbohidrat kompleks seperti beras merah, quinoa, atau roti gandum utuh. Karbohidrat kompleks akan memberikan energi yang lebih tahan lama dan tidak menyebabkan lonjakan gula darah yang drastis.
  • Perhatikan Porsi: Meskipun Anda sudah memilih makanan yang sehat, tetap perhatikan porsi makan Anda. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menentukan porsi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh Anda.
  • Kombinasikan dengan Protein dan Lemak Sehat: Menggabungkan karbohidrat dengan protein dan lemak sehat akan membantu memperlambat penyerapan gula darah. Contohnya, Anda bisa mengonsumsi nasi merah dengan ikan bakar atau ayam panggang.
  • Jangan Lupakan Sayur dan Buah: Sayur dan buah mengandung serat yang tinggi dan berbagai nutrisi penting. Konsumsilah sayur dan buah secara teratur untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Baca Juga : Mengungkap Rahasia Garis Misterius di Kulit yang Menyebabkan Stretch Mark

Alternatif Sehat: Beras Amandia untuk Penderita Diabetes

Menghindari ketan bukan berarti menghindari semua jenis nasi. Beras Amandia dari Eka Farm, misalnya, adalah pilihan yang lebih baik bagi penderita diabetes. Beras ini memiliki IG yang lebih rendah dibandingkan dengan ketan, yang berarti dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil.

Mengapa Beras Amandia?

  • Rendah Indeks Glikemik: Beras Amandia memiliki IG yang lebih rendah, sehingga tidak menyebabkan lonjakan gula darah yang signifikan.
  • Kaya Nutrisi: Beras ini mengandung serat dan nutrisi penting lainnya yang dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan dan keseluruhan tubuh.
  • Pilihan Tepat untuk Pola Makan Sehat: Dengan mengganti ketan dengan Beras Amandia, penderita diabetes dapat menikmati nasi tanpa khawatir akan lonjakan gula darah.

Menghindari ketan adalah langkah penting bagi penderita diabetes dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan metabolisme. Pilihan seperti Beras Amandia dapat membantu menjaga pola makan tetap sehat dan seimbang tanpa harus mengorbankan kenikmatan makan nasi. Jadi, apakah Anda siap membuat perubahan kecil ini untuk kesehatan yang lebih baik?

 

Bronkopneumonia: Menggali Lebih Dalam tentang Peradangan Paru-paru yang Perlu Diwaspadai

Bronkopneumonia: Menggali Lebih Dalam tentang Peradangan Paru-paru yang Perlu Diwaspadai

Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada bronkus dan alveoli (kantung udara) di paru-paru. Infeksi ini umumnya disebabkan oleh virus dan bakteri, dan sering menyerang anak-anak usia 2 tahun ke bawah, lansia, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.

Gejala bronkopneumonia mirip dengan pneumonia, seperti batuk berdahak, demam, sesak napas, dan nyeri dada. Pada beberapa kasus, bronkopneumonia bilateral bisa terjadi, yaitu peradangan pada kedua paru-paru.

Sedangkan bronkopneumonia bilateral umumnya lebih parah dibandingkan bronkopneumonia unilateral (pada satu paru-paru). Gejalanya bisa lebih berat, seperti sesak napas yang lebih parah, dan membutuhkan perawatan medis yang lebih intensif.

Baca Juga : Bakteri Helicobacter Pylori Penyakit Apa? Cari Tahu Disini!

Perbedaan antara Bronkopneumonia dan Pneumonia

Meskipun istilah “bronkopneumonia” dan “pneumonia” sering digunakan bergantian, perlu dicatat bahwa mereka tidak sepenuhnya identik. Pneumonia merujuk pada infeksi paru-paru secara umum, sedangkan bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang melibatkan perjalanan infeksi melalui bronkiolus. Pembedaan ini memberikan landasan penting dalam diagnosis dan penanganan yang tepat.

Meskipun serupa, bronkopneumonia dan pneumonia memiliki perbedaan penting:

  • Lokasi Peradangan:
    Pneumonia: Melibatkan seluruh paru-paru.
    Bronkopneumonia: Terbatas pada saluran udara kecil di dalam paru-paru (bronkus).
  • Dampak Fungsional:
    Pneumonia: Lebih berdampak pada fungsi paru-paru secara keseluruhan.
    Bronkopneumonia: Efeknya lebih terasa lokal.

Baca Juga : Penyakit Kencing Tikus: Gejala, Penyebab, dan Pencegahan

Apakah Bronkopneumonia Menular?

Sebagian besar kasus bronkopneumonia bersifat infeksius dan dapat menular dari satu individu ke individu lainnya. Penularan terutama terjadi melalui droplet udara saat seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin. Oleh karena itu, penting untuk mengambil tindakan pencegahan, terutama dalam situasi di mana risiko penularan meningkat. Bronkopneumonia dapat menular melalui:

  1. Bersin atau batuk yang tidak ditutupi.
  2. Menggunakan gelas atau alat makan bekas penderita yang belum dicuci.
  3. Namun, tidak semua orang yang terpapar bakteri atau virus akan mengalami pneumonia atau bronkopneumonia. Beberapa orang berisiko lebih tinggi, seperti bayi, lansia, orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, dan perokok. Meskipun menular, penderita tidak perlu dijauhi, tetapi upaya pencegahan tetap penting.

Pengobatan bronkopneumonia tergantung pada tingkat keparahannya. Pada kasus ringan, bronkopneumonia bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, pada kasus yang lebih parah, diperlukan pengobatan dengan antibiotik, antivirus, atau rawat inap di rumah sakit. Pencegahan bronkopneumonia dapat dilakukan dengan:

  • Mencuci tangan secara teratur
  • Menjaga kebersihan lingkungan
  • Menghindari asap rokok
  • Mendapatkan vaksinasi influenza dan pneumonia
  • Meningkatkan daya tahan tubuh

Baca Juga : Mengenali Ciri Ciri Penyakit Gula Kering pada Kaki

Kesimpulan

Bronkopneumonia adalah peradangan pada bronkus dan alveoli yang bisa menyerang siapa saja. Gejalanya mirip dengan pneumonia, dan bisa berkembang menjadi lebih parah jika tidak diobati. Pengobatan bronkopneumonia tergantung pada tingkat keparahannya, dan pencegahannya dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Dengan pengetahuan ini, kita dapat meningkatkan upaya pencegahan, diagnosis, dan pengobatan, mendukung kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Konsultasi dengan dokter spesialis paru dapat membantu dalam mendiagnosis, menentukan tingkat keparahan, dan menentukan perawatan yang tepat. Jangan ragu untuk mencari bantuan medis sejak dini untuk masalah pernapasan yang Anda alami.

Stunting: Masalah Gizi Kronis yang Mengancam Generasi Emas Indonesia

Stunting: Masalah Gizi Kronis yang Mengancam Generasi Emas Indonesia

Stunting adalah kondisi pertumbuhan fisik anak yang terhambat akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama. Stunting dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak, penurunan kemampuan kognitif, dan risiko penyakit kronis di masa depan. Stunting juga berdampak negatif pada produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan masyarakat.

Pengertian Stunting Menurut Kemenkes

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), stunting adalah kondisi di mana tinggi badan anak lebih rendah dari standar usianya. Standar yang digunakan adalah standar pertumbuhan anak dari World Health Organization (WHO). Anak dikatakan mengalami stunting jika tinggi badannya kurang dari minus dua standar deviasi (SD) dari median standar WHO. Dalam bahasa sederhana, anak dikatakan stunting jika tinggi badannya berada di bawah 2,5 persentil dari standar WHO.

Stunting merupakan salah satu indikator status gizi anak yang penting, karena mencerminkan kondisi gizi kronis yang dialami anak sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Periode ini disebut sebagai 1000 hari pertama kehidupan, yang merupakan periode kritis untuk pertumbuhan dan perkembangan otak anak. Jika anak tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup dan seimbang selama periode ini, maka akan terjadi kerusakan permanen pada otak anak yang sulit untuk diperbaiki.

Baca Juga : Musim Pancaroba di Indonesia: Ciri-Ciri, Dampak, dan Tips Menghadapinya

Kasus Stunting di Indonesia

Stunting merupakan masalah gizi yang serius di Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 30,8 persen, yang berarti hampir sepertiga dari anak usia di bawah lima tahun mengalami stunting. Angka ini jauh di atas ambang batas WHO, yaitu 20 persen. Indonesia juga termasuk dalam 10 negara dengan jumlah anak stunting tertinggi di dunia, yaitu sekitar 9 juta anak.

Stunting tidak hanya terjadi di daerah miskin atau terpencil, tetapi juga di daerah perkotaan dan kaya. Hal ini menunjukkan bahwa stunting bukan hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, tetapi juga oleh faktor lain seperti sanitasi, pola asuh, pengetahuan gizi, dan akses pelayanan kesehatan. Stunting juga bervariasi menurut provinsi, kabupaten, dan kecamatan, dengan rentang antara 10,4 persen hingga 51,2 persen.

Stunting merupakan tantangan besar bagi pembangunan Indonesia, karena dapat menghambat potensi generasi emas yang diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi dan sosial di masa depan. Stunting dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, yang akan berpengaruh pada daya saing, produktivitas, dan kesejahteraan masyarakat.

Baca Juga : 5 Tips Mengatasi Pusing Kepala dan Mual

Cara Mencegah Stunting

Stunting dapat dicegah dengan intervensi gizi yang tepat dan terpadu sejak masa hamil hingga usia dua tahun. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:

  1. Memberikan asupan gizi yang seimbang dan bervariasi bagi ibu hamil dan menyusui, termasuk suplemen zat besi, asam folat, dan vitamin A.
    Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama, dan melanjutkan pemberian ASI hingga usia dua tahun atau lebih, sambil memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang bergizi, aman, dan sesuai usia.
    Memberikan makanan tambahan bagi anak yang berisiko stunting, seperti biskuit energi protein, bubur kacang hijau, atau makanan lokal yang diperkaya gizi.
    Memberikan suplemen mikronutrien bagi anak, seperti vitamin A, zink, dan tablet tambah darah.
    Meningkatkan akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dasar, seperti imunisasi, pemberantasan cacingan, dan deteksi dini stunting.
    Meningkatkan sanitasi lingkungan, seperti membangun jamban sehat, menjaga kebersihan air dan makanan, dan mencuci tangan dengan sabun.
    Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dan masyarakat tentang gizi dan kesehatan anak, serta memberdayakan kelompok masyarakat, seperti posyandu, untuk mendukung upaya pencegahan stunting.

Baca Juga : 5 TIPS AGAR PUASA TIDAK LEMAS DAN TETAP BERENERGI

Kesimpulan

Stunting adalah kondisi pertumbuhan fisik anak yang terhambat akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama. Stunting dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak, penurunan kemampuan kognitif, dan risiko penyakit kronis di masa depan. Stunting juga berdampak negatif pada produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan masyarakat.

Stunting merupakan masalah gizi yang serius di Indonesia, dengan prevalensi mencapai 30,8 persen, yang berarti hampir sepertiga dari anak usia di bawah lima tahun mengalami stunting. Indonesia juga termasuk dalam 10 negara dengan jumlah anak stunting tertinggi di dunia, yaitu sekitar 9 juta anak.

Stunting dapat dicegah dengan intervensi gizi yang tepat dan terpadu sejak masa hamil hingga usia dua tahun. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah memberikan asupan gizi yang seimbang dan bervariasi bagi ibu hamil dan menyusui, memberikan ASI eksklusif dan MP-ASI yang bergizi, memberikan makanan tambahan dan suplemen mikronutrien bagi anak, meningkatkan akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan dasar, meningkatkan sanitasi lingkungan, dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dan masyarakat tentang gizi dan kesehatan anak.

Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat meningkatkan kesadaran kita semua tentang pentingnya mencegah stunting demi generasi emas Indonesia yang sehat, cerdas, dan sejahtera.

 

Ciri-Ciri Demam Berdarah: Mengenali Gejala Awal untuk Pencegahan yang Efektif

Ciri-Ciri Demam Berdarah: Mengenali Gejala Awal untuk Pencegahan yang Efektif

Ciri-ciri demam berdarah – Demam berdarah adalah penyakit yang penyebabnya oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, terutama anak-anak dan orang dewasa yang biasanya tinggal di daerah tropis dan subtropis.

Demam berdarah, sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti, dapat menimbulkan ancaman serius terhadap kesehatan. Penting bagi kita untuk dapat mengenali ciri-ciri demam berdarah agar langkah pencegahan dapat diambil dengan cepat.

Ciri-Ciri Demam Berdarah

Gejala DBD sering kali tidak langsung muncul, namun ada masa inkubasi sekitar 4-7 hari setelah gigitan nyamuk. Ciri-ciri yang dapat dikenali antara lain demam tinggi mendadak, sakit kepala hebat, nyeri di bagian belakang mata, lemas, mual, dan munculnya ruam pada kulit. Pada kasus yang parah, DBD dapat menyebabkan pendarahan, penurunan jumlah trombosit, dan syok yang bisa berakibat fatal.

Baca Juga : Penyakit Kencing Tikus: Gejala, Penyebab, dan Pencegahan

Pencegahan DBD Kemenkes: Langkah-langkah Penting untuk Mencegah Penularan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) telah merumuskan pedoman pencegahan demam berdarah yang dapat diikuti oleh masyarakat. Langkah-langkah ini mencakup pemahaman tentang ciri-ciri demam berdarah, penanganan yang komprehensif mulai dari pemantauan kebersihan lingkungan, pemberantasan sarang nyamuk, hingga promosi perilaku hidup bersih dan sehat.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) telah mengeluarkan beberapa langkah pencegahan demam berdarah, yaitu:

  1. 3M Plus: Menguras, Menutup, Mengubur, dan Plus.
  2. Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J): Memantau jentik nyamuk di lingkungan rumah secara berkala.
  3. Penggunaan kelambu saat tidur
  4. Pemakaian obat nyamuk oles atau lotion anti nyamuk
  5. Fogging atau pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa

Penting untuk memahami bahwa pencegahan tidak hanya berada di tangan pemerintah atau petugas kesehatan, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar, menggunakan kelambu saat tidur, dan menghindari tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk adalah langkah-langkah sederhana namun efektif yang dapat diambil oleh setiap individu.

Oleh karena itu, deteksi dini menjadi krusial dalam mencegah komplikasi yang lebih parah.

Baca Juga : Musim Pancaroba di Indonesia: Ciri-Ciri, Dampak, dan Tips Menghadapinya

Penyebab Demam Berdarah

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini biasanya menggigit pada pagi dan sore hari. Berikut adalah beberapa cara menanggulangi demam berdarah:

  • Istirahat yang cukup
  • Minum banyak air putih
  • Mengonsumsi obat penurun panas
  • Makan makanan yang bergizi
  • Segera pergi ke dokter jika mengalami gejala yang parah

Dalam upaya pencegahan, kita juga perlu memahami penyebab demam berdarah agar dapat menghindari faktor-faktor yang mendorong penularan penyakit ini dengan mengenali ciri-ciri demam berdarah. Nyamuk Aedes aegypti, yang menjadi vektor virus dengue, sering kali berkembang biak di tempat-tempat yang memiliki air tergenang. Oleh karena itu, menjaga kebersihan dan menghilangkan genangan air di sekitar rumah adalah langkah efektif dalam mengurangi risiko penularan.

Kesimpulan

Pencegahan demam berdarah dimulai dari pemahaman yang baik tentang ciri-ciri demam berdarah dan penyebab dari penyakit ini. Dengan mengikuti panduan pencegahan dari Kemenkes dan menjaga kebersihan lingkungan, kita dapat mengurangi risiko terjangkit DBD. Mari kita bersama-sama berpartisipasi dalam upaya pencegahan ini untuk kesehatan kita dan komunitas kita.

Produk Rumahan yang Mujarab untuk Menghilangkan Sariawan dalam 3 Hari

Produk Rumahan yang Mujarab untuk Menghilangkan Sariawan dalam 3 Hari

Cara mengatasi sariawan dengan produk rumahan – Dulu aku benci sariawan. Mereka muncul entah dari mana, biasanya saat saya sedang stres atau baru saja makan sesuatu yang pedas. Mereka akan membuat mulutku sakit, lidahku terbakar, dan ucapanku tidak jelas. Saya tidak bisa menikmati makanan favorit saya, minuman. Saya mencoba segalanya untuk menghilangkannya, mulai dari obat kumur dengan air garam hingga gel yang dijual bebas, tetapi sepertinya tidak ada yang berhasil. Hal itu akan berlangsung selama berminggu-minggu, membuat saya sengsara dan minder. Hingga suatu hari, saya menemukan beberapa solusi sederhana yang mengubah segalanya. Dalam postingan blog kali ini, saya akan berbagi dengan Anda bagaimana saya menyembuhkan sariawan saya hanya dalam 3 hari dengan solusi alami dan efektif ini.

Sariawan, juga dikenal sebagai aphthous ulcers, adalah lesi kecil, dangkal, dan nyeri yang terjadi di dalam mulut, di lidah, atau di dasar gusi. Penyakit ini tidak menular, tetapi dapat membuat Anda sulit makan, minum, berbicara, dan menyikat gigi. Menurut American Academy of Oral Medicine, sekitar 20% populasi menderita sariawan berulang.

Penyebab pasti sariawan belum diketahui, namun ada beberapa faktor yang dapat memicu atau memperburuknya, seperti stres, perubahan hormonal, alergi makanan, kekurangan vitamin, cedera, dan kondisi medis tertentu. Sariawan biasanya sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu atau dua minggu, namun bisa menimbulkan komplikasi jika ukurannya besar, banyak, atau terinfeksi. Beberapa komplikasinya antara lain kesulitan menelan, dehidrasi, malnutrisi, dan kanker mulut.

Baca Juga : Bunda wajib tahu! Obat Sariawan Bayi dari Bahan Alami

Produk Rumahan yang Bisa untuk Meredakan Sariawan

Ada banyak pilihan pengobatan untuk sariawan, namun tidak semuanya efektif dan aman. Beberapa produk umum yang dijual bebas termasuk obat kumur, gel topikal, dan obat penghilang rasa sakit. Produk-produk ini dapat membantu mengurangi rasa sakit dan peradangan, namun juga dapat menimbulkan efek samping, seperti iritasi, kekeringan, atau reaksi alergi4. Beberapa obat resep termasuk steroid, antibiotik, dan antivirus. Obat-obatan ini dapat membantu mempercepat penyembuhan dan mencegah infeksi, namun juga dapat menimbulkan efek samping, seperti mual, diare, atau kerusakan hati.

Salah satu cara terbaik untuk mengobati sariawan adalah dengan menggunakan pengobatan alami dan rumahan. Obat-obatan ini mudah ditemukan, murah, dan aman digunakan. Mereka dapat membantu menyembuhkan sariawan lebih cepat, mencegah kekambuhan, dan meningkatkan kesehatan mulut secara keseluruhan. Beberapa cara mengatasi sariawan dengan produk rumahan yang paling efektif untuk sariawan adalah:

  1. Air garam: Air garam dapat membantu membersihkan sariawan dari kotoran dan bakteri, serta mengurangi peradangan dan pembengkakan. Caranya, campurkan satu sendok teh garam dengan setengah gelas air hangat, lalu berkumurlah dengan larutan tersebut selama 15-30 detik. Ulangi 3-4 kali sehari.
  2. Madu: Madu memiliki sifat antibakteri, antiinflamasi, dan antiseptik yang dapat membantu mengobati sariawan. Madu juga dapat melembapkan dan menenangkan luka. Caranya, oleskan madu secara langsung pada sariawan beberapa kali sehari.
  3. Minyak kelapa: Minyak kelapa mengandung asam laurat yang dapat membantu melawan bakteri, virus, dan jamur yang dapat menyebabkan sariawan. Minyak kelapa juga dapat mengurangi nyeri dan peradangan. Caranya, oleskan minyak kelapa secara langsung pada sariawan beberapa kali sehari.
  4. Daun sage: Daun sage memiliki sifat antibakteri, antiinflamasi, dan antiseptik yang dapat membantu mengobati sariawan. Daun sage juga dapat mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan. Caranya, rebus beberapa lembar daun sage dalam air selama 5 menit, lalu dinginkan. Gunakan air rebusan daun sage untuk berkumur selama 15-30 detik. Ulangi 3-4 kali sehari.

Baca Juga : Intermittent Fasting:Tren Baru Menjaga Kesehatan dan Tubuh Ideal

Kesimpulan

Sariawan adalah masalah umum dan menjengkelkan yang dapat menyerang siapa saja. Penyakit ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, dan bisa berlangsung lama jika tidak ditangani dengan baik. Ada banyak pilihan pengobatan yang tersedia, namun beberapa di antaranya mungkin mahal, tidak efektif, atau berbahaya. Itu sebabnya saya merekomendasikan penggunaan pengobatan alami dan rumahan untuk sariawan.

Cara mengatasi sariawan dengan produk rumahan yang sederhana, murah, dan aman, serta dapat membantu Anda menghilangkan sariawan hanya dalam 3 hari. Cobalah dan lihat sendiri perbedaannya. Dan jangan lupa untuk berbagi pengalaman dan tanggapan Anda dengan saya di bagian komentar di bawah. Saya harap Anda menikmati postingan blog ini dan bermanfaat. Terima kasih telah membaca dan selamat menyembuhkan!

Program Pencegahan Stunting: Mengapa Penting dan Bagaimana Melakukannya?

Program Pencegahan Stunting: Mengapa Penting dan Bagaimana Melakukannya?

Program pencegahan stunting – Stunting adalah salah satu masalah gizi yang serius di Indonesia. Menurut data Riskesdas 2018, prevalensi stunting pada anak usia 0-59 bulan mencapai 27,67%, yang berarti hampir 3 dari 10 anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kekurangan gizi kronis. Stunting tidak hanya berdampak pada tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usianya, tetapi juga pada kemampuan kognitif, belajar, dan produktivitas anak di masa depan. Oleh karena itu, program pencegahan stunting perlu dilakukan secara komprehensif dan kolaboratif oleh berbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta.

Pengertian Stunting

Stunting adalah kondisi di mana tinggi badan anak berada di bawah minus dua standar deviasi dari median standar pertumbuhan anak dari WHO. Stunting merupakan indikator kurang gizi kronis yang terjadi akibat asupan gizi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang atau kronis yang terjadi dalam 1000 hari pertama kehidupan, yaitu sejak janin dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Stunting dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan fisik, otak, dan organ tubuh lainnya, serta meningkatkan risiko penyakit tidak menular, seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas, di kemudian hari.

Baca Juga : Manfaat Beras Organik Untuk MPASI

Faktor Penyebab Stunting Menurut Kemenkes

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, ada beberapa faktor yang menyebabkan stunting, antara lain:

  1. Faktor ibu, seperti status gizi, usia, pendidikan, kesehatan, dan pengetahuan ibu saat hamil dan menyusui.
  2. Faktor anak, seperti berat lahir rendah, prematuritas, pemberian ASI eksklusif, pemberian MPASI, imunisasi, dan penyakit infeksi.
  3. Faktor lingkungan, seperti sanitasi, air bersih, kebersihan, polusi, dan bencana alam.
  4. Faktor sosial ekonomi, seperti kemiskinan, ketahanan pangan, akses pelayanan kesehatan, dan budaya.
  5. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi status gizi anak. Oleh karena itu, penanganan stunting harus dilakukan secara lintas sektor dan melibatkan semua pemangku kepentingan.

Program Pencegahan Stunting Kemenkes

Untuk mencegah stunting, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan ibu dan anak, serta memperbaiki lingkungan hidup. Beberapa program yang dilakukan antara lain:

  1. Program Bina Gizi Balita (BGB), yaitu program yang memberikan bantuan berupa biskuit gizi, susu, dan telur kepada balita yang berisiko stunting atau mengalami gizi kurang dan gizi buruk.
  2. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), yaitu program yang memberikan pelayanan kesehatan dasar secara terpadu dan berkelanjutan kepada seluruh anggota keluarga, termasuk ibu hamil, menyusui, dan balita.
  3. Program Aksi Nasional Pangan dan Gizi (PANGAN), yaitu program yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan dan kedaulatan pangan, serta memperbaiki gizi masyarakat melalui pemberdayaan keluarga, masyarakat, dan pemerintah daerah.
  4. Program Percepatan Penurunan Stunting (PPS), yaitu program yang mengintegrasikan berbagai intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif, seperti pemberian tablet tambah darah, imunisasi, ASI eksklusif, MPASI, sanitasi, air bersih, dan pendidikan gizi, kepada ibu hamil, menyusui, dan balita di 260 kabupaten/kota prioritas.

Baca Juga : PERMASALAHAN SUSU SKM UNTUK PENGGANTI ASI

Kesimpulan

Stunting adalah masalah gizi yang serius yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berdampak pada kesehatan dan produktivitas anak di masa depan. Stunting disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi, seperti gizi, kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi. Untuk mencegah stunting, diperlukan program yang komprehensif dan kolaboratif yang melibatkan berbagai sektor dan pemangku kepentingan. Kementerian Kesehatan telah mengimplementasikan berbagai program untuk meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan ibu dan anak, serta memperbaiki lingkungan hidup, sebagai upaya pencegahan stunting di Indonesia.

Stunting adalah masalah yang tidak boleh dianggap sepele. Stunting dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta menurunkan kualitas hidup dan kesejahteraan anak di masa depan. Stunting dapat dicegah dengan memberikan gizi dan kesehatan yang baik kepada ibu dan anak, serta memperbaiki lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Mari kita bersama-sama mendukung program pencegahan stunting yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Dengan begitu, kita dapat memberikan masa depan yang lebih cerah dan lebih baik bagi anak-anak Indonesia.

Jangan lewatkan artikel menarik lainnya mengenai Kurang Gizi? Mulailah Dengan Beras Coklat

Penyakit Kencing Tikus: Gejala, Penyebab, dan Pencegahan

Penyakit Kencing Tikus: Gejala, Penyebab, dan Pencegahan

Penyakit kencing tikus atau leptospirosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Leptospira yang dapat menyerang berbagai organ tubuh, terutama ginjal, hati, dan paru-paru. Penyakit ini dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan flu, namun jika tidak ditangani dengan tepat, dapat menyebabkan komplikasi yang serius bahkan kematian. Penyakit ini dapat menular melalui kontak dengan air, tanah, atau benda yang tercemar oleh urine hewan yang terinfeksi, seperti tikus, anjing, sapi, babi, dan lain-lain. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu Anda ketahui tentang penyakit kencing tikus, mulai dari ciri-ciri, penyebab, hingga pencegahannya.

Ciri-ciri Air Kencing Tikus

Air kencing tikus memiliki ciri-ciri yang khas, yaitu berbau amonia yang kuat dan menyengat. Bau ini dapat menyebar di sekitar sarang atau tempat makanan yang digemari oleh tikus. Tikus dapat menyebarkan air kencingnya ke mana pun ia pergi dan dapat membentuk bau yang sulit hilang. Jika Anda mencium bau ini, berarti ada kemungkinan Anda berada di dekat sumber penularan penyakit kencing tikus.

Selain bau, air kencing tikus juga dapat meninggalkan noda atau bekas pada permukaan yang terkena. Noda ini berwarna kuning kecoklatan dan dapat ditemukan pada lantai, dinding, furnitur, atau benda lain yang sering dilalui oleh tikus. Noda ini juga dapat menjadi indikator adanya tikus di sekitar Anda.

Baca Juga : Dampak Penggunaan Pestisida bagi Lingkungan dan Kesehatan

Virus Tikus pada Manusia

Virus tikus pada manusia adalah sebutan lain untuk hantavirus, yaitu kelompok virus yang menyebar melalui tikus atau hewan pengerat lain. Hantavirus dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia, tergantung pada jenis dan lokasi virusnya. Hantavirus yang ditemukan di Amerika disebut sebagai hantavirus “Dunia Baru” yang dapat menyebabkan hantavirus pulmonary syndrome (HPS), yaitu penyakit yang ditandai dengan demam, nyeri otot, batuk, dan sesak napas yang dapat berujung pada gagal napas dan kematian.

Hantavirus yang ditemukan di Eropa dan Asia disebut sebagai hantavirus “Dunia Lama” yang dapat menyebabkan demam berdarah dengan sindrom ginjal (HFRS), yaitu penyakit yang ditandai dengan demam, sakit kepala, muntah, perdarahan, dan gangguan fungsi ginjal yang dapat berujung pada gagal ginjal dan kematian.

Manusia dapat tertular hantavirus jika menghirup udara yang terinfeksi atau bersentuhan dengan tikus, urine, atau kotorannya. Virus ini tidak menular dari orang ke orang. Gejala hantavirus biasanya muncul dalam waktu 1-8 minggu setelah terpapar.

Penyebab Penyakit Kencing Tikus

Penyebab penyakit kencing tikus adalah bakteri Leptospira yang dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan. Bakteri ini juga dapat bertahan di tanah yang lembap, tanaman, maupun lumpur dalam waktu lama. Bakteri ini dapat ‘berenang’ di air sehingga bisa menginfeksi kaki manusia yang sedang terluka. Bakteri ini juga bisa menular melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Hewan yang dapat menjadi perantara penyebaran bakteri Leptospira adalah tikus, anjing, sapi, kerbau, kuda, domba, kambing, babi, dan satwa liar. Hewan-hewan ini dapat mengeluarkan bakteri melalui urine, kotoran, atau cairan tubuh lainnya. Jika hewan-hewan ini buang air kecil di air atau tanah, maka bakteri dapat menyebar dan mencemari lingkungan.

Penularan Leptospirosis

Penularan leptospirosis dapat terjadi melalui beberapa cara, antara lain:

  1. Kontak dengan air atau tanah yang tercemar urine hewan yang terinfeksi. Hal ini dapat terjadi saat berenang, mengarungi dengan perahu, naik kayak, atau rakit di air tawar yang berpotensi terkontaminasi, seperti danau dan sungai. Hal ini juga dapat terjadi saat mengunjungi daerah banjir atau baru-baru ini banjir.
  2. Kontak dengan urine hewan yang terinfeksi atau cairan tubuh lainnya, kecuali air liur. Hal ini dapat terjadi saat menyentuh, membersihkan, atau merawat hewan yang terinfeksi, atau saat bekerja di rumah potong hewan, peternakan, atau tempat lain yang banyak bersentuhan dengan hewan.
  3. Kontak dengan tanah yang terkontaminasi urine hewan yang terinfeksi. Hal ini dapat terjadi saat berkebun, bermain, atau beraktivitas di tanah yang lembap atau berlumpur.
  4. Mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi urine hewan yang terinfeksi. Hal ini dapat terjadi saat makan atau minum tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, atau saat makan atau minum dari wadah yang kotor.
  5. Mengalami gigitan atau cakaran dari hewan yang terinfeksi. Hal ini jarang terjadi, namun tetap berisiko menularkan bakteri Leptospira.

Baca Juga : Menyelusuri Akar Masalah Kesehatan Penyebab Gangguan Metabolisme

Pencegahan Penyakit Kencing Tikus

Untuk mencegah penyakit kencing tikus, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, antara lain:

  1. Menghindari kontak dengan air atau tanah yang tercemar urine hewan yang terinfeksi. Jika terpaksa harus ke daerah banjir atau beraktivitas di air tawar, gunakan alas kaki, sarung tangan, dan masker yang sesuai. Jangan lupa untuk mencuci tangan dan mandi setelahnya.
  2. Menghindari kontak dengan hewan yang terinfeksi atau cairan tubuhnya. Jika memiliki atau merawat hewan peliharaan, pastikan untuk memberikan vaksinasi dan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Jika bekerja di tempat yang banyak bersentuhan dengan hewan, gunakan alat pelindung diri yang sesuai dan selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
  3. Menghindari mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi urine hewan yang terinfeksi. Selalu cuci tangan sebelum dan sesudah makan atau minum. Simpan makanan dan minuman di tempat yang bersih dan tertutup. Jangan makan atau minum dari wadah yang kotor atau tidak diketahui asalnya.
  4. Mengendalikan populasi tikus atau hewan pengerat lain di sekitar rumah atau lingkungan. Gunakan perangkap tikus, racun tikus, atau cara lain yang aman dan efektif untuk mengusir atau membunuh tikus. Buang sampah secara teratur dan pastikan tidak ada sumber makanan yang tersedia untuk tikus. Tutup lubang atau celah yang dapat menjadi jalan masuk tikus.
  5. Mengobati luka atau goresan yang terkena air atau tanah yang tercemar urine hewan yang terinfeksi. Bersihkan luka atau goresan dengan air bersih dan sabun, lalu oleskan antiseptik dan perban. Jika luka atau goresan tidak kunjung sembuh atau menimbulkan gejala lain, segera periksakan diri ke dokter.

Kesimpulan

Penyakit kencing tikus adalah penyakit yang dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan flu, namun dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan tepat. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira yang menular melalui kontak dengan air, tanah, atau benda yang tercemar oleh urine hewan yang terinfeksi, seperti tikus. Untuk mencegah penyakit ini, kita harus menghindari kontak dengan sumber penularan, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, mengendalikan populasi tikus, dan mengobati luka yang terkena air atau tanah yang tercemar. Jika mengalami gejala penyakit kencing tikus, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

Jangan lewatkan artikel menarik lainnya tentang Meningkatkan Kesehatan dengan Sarapan: Manfaat Sereal Beras Pagi yang Terlupakan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Kemenkes

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Kemenkes

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah perilaku yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, baik di lingkungan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat. PHBS merupakan salah satu program prioritas Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) mendefinisikan PHBS sebagai semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. PHBS merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan cara meningkatkan derajat kesehatan dan memberdayakan masyarakat.

Tatanan PHBS Menurut Kementrian Kesehatan Indonesia

Tatanan PHBS memberikan langkah-langkah praktis yang dapat diikuti untuk mencapai hidup bersih dan sehat. Beberapa aspek kunci tatanan PHBS, seperti mencuci tangan dengan benar, menjaga kebersihan lingkungan, dan pola makan sehat. Penerapan tatanan PHBS dalam kehidupan sehari-hari merupakan investasi jangka panjang untuk kesehatan pribadi dan komunitas. Tatanan PHBS adalah susunan atau pola PHBS yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing lingkungan. Tatanan PHBS dibagi menjadi empat, yaitu:

  • Tatanan PHBS di rumah tangga, yang meliputi 10 indikator, seperti mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban sehat, membuang sampah pada tempatnya, dan lain-lain.
  • Tatanan PHBS di sekolah, yang meliputi 12 indikator, seperti tidak merokok, tidak mengonsumsi narkoba, melakukan aktivitas fisik, dan lain-lain.
  • Tatanan PHBS di tempat kerja, yang meliputi 11 indikator, seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungan, menghindari stres, melakukan pemeriksaan kesehatan, dan lain-lain.
  • Tatanan PHBS di masyarakat, yang meliputi 9 indikator, seperti mengikuti imunisasi, menghindari penyakit menular, berpartisipasi dalam gerakan masyarakat sehat, dan lain-lain.

Cara Menerapkan PHBS

Untuk menerapkan PHBS, kita perlu melakukan beberapa langkah, yaitu:

  1. Mengetahui dan memahami apa itu PHBS dan manfaatnya bagi kesehatan
  2. Menilai dan menganalisis kondisi kesehatan dan lingkungan kita saat ini
  3. Menentukan indikator PHBS yang sesuai dengan tatanan kita
  4. Menyusun rencana aksi untuk mencapai indikator PHBS yang ditetapkan
  5. Melaksanakan rencana aksi secara konsisten dan berkelanjutan
  6. Memonitor dan mengevaluasi hasil dan dampak dari penerapan PHBS
  7. Membuat laporan dan dokumentasi tentang proses dan hasil penerapan PHBS

Baca Juga : Jangan Putus Asa! Mengelola Diabetes Keturunan dengan Semangat dan Pola Hidup Sehat

Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Manfaat PHBS melampaui aspek kesehatan fisik dan mencakup kesejahteraan secara keseluruhan. Manfaat seperti peningkatan daya tahan tubuh, pencegahan penyakit menular, dan peningkatan produktivitas. PHBS bukan hanya tentang upaya pencegahan penyakit, tetapi juga mengarah pada kehidupan yang lebih bermakna dan berkualitas. Perilaku hidup bersih dan sehat memiliki banyak manfaat, baik bagi individu, keluarga, maupun masyarakat. Beberapa manfaat PHBS adalah:

  • Meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan
  • Mencegah dan mengurangi risiko penyakit dan gangguan kesehatan
  • Menghemat biaya pengobatan dan perawatan kesehatan
  • Meningkatkan produktivitas dan prestasi
  • Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatan diri dan lingkungan
  • Meningkatkan partisipasi dan kerjasama dalam pembangunan kesehatan

Baca Juga : Kunci Kesehatan dan Kesejahteraan dengan Cara Menjaga Berat Badan Ideal

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Kemenkes: Fondasi Kesehatan yang Kokoh

Perilaku hidup bersih dan sehat adalah perilaku yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, baik di lingkungan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat. PHBS merupakan salah satu program prioritas Kemenkes untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. PHBS memiliki tatanan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing lingkungan.

PHBS dapat diterapkan dengan melakukan beberapa langkah, mulai dari mengetahui, menilai, menentukan, menyusun, melaksanakan, memonitor, hingga melaporkan. PHBS memiliki banyak manfaat, baik bagi individu, keluarga, maupun masyarakat. Dengan menerapkan PHBS, kita dapat menjaga kesehatan diri dan lingkungan, serta berkontribusi dalam pembangunan kesehatan nasional.