Dampak Penggunaan Pestisida bagi Lingkungan dan Kesehatan

Dampak Penggunaan Pestisida bagi Lingkungan dan Kesehatan

Dampak penggunaan pestisida bagi lingkungan – Pestisida adalah zat atau bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu, seperti hama, gulma, atau penyakit pada tanaman. Pestisida dapat berupa bahan kimia sintetis atau bahan alami dari tumbuhan, hewan, atau mikroorganisme. Penggunaan pestisida bertujuan untuk meningkatkan hasil dan kualitas produksi pertanian, namun juga memiliki dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

Artikel ini akan membahas tentang perbedaan pestisida nabati dan pestisida kimia, bahaya pestisida bagi manusia, dan produk makanan organik sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan.

Perbedaan Pestisida Nabati dan Pestisida Kimia

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman atau tumbuhan, seperti bawang putih, kunyit, cabai, atau daun sirih. Produk yang berasal dari pestisida nabati biasanya memiliki efek mengusir, menolak, atau menghambat perkembangan hama, tetapi jarang membunuhnya. Pestisida nabati juga mudah terurai oleh sinar matahari dan tidak meninggalkan residu berbahaya di tanah atau air. Dibuat dengan mudah menggunakan bahan yang murah dan peralatan yang sederhana. Pestisida nabati lebih aman bagi lingkungan, tanaman, dan manusia, namun memiliki kelemahan seperti daya tahan yang rendah, ketersediaan yang terbatas, dan efektivitas yang bervariasi.

Pestisida kimia adalah pestisida yang bahan aktifnya direkayasa di laboratorium atau pabrik dari berbagai bahan kimia, seperti organofosfat, karbamat, atau piretroid. Produk pestisida kimia biasanya memiliki efek mematikan atau meracuni hama, baik melalui kontak, perut, atau pernafasan. Pestisida yang terbuat dari bahan kimia juga memiliki daya tahan yang tinggi dan efektivitas yang tinggi. Pestisida kimia dapat diproduksi dalam skala besar dan mudah diaplikasikan dan juga lebih efektif bagi pengendalian hama, namun memiliki dampak negatif bagi lingkungan, tanaman, dan manusia, seperti pencemaran, kerusakan ekosistem, resistensi hama, dan keracunan.

Bahaya Pestisida bagi Manusia

Paparan pestisida bagi manusia dapat terjadi melalui berbagai cara, seperti kontak kulit, inhalasi, ingestsi, atau injeksi. Paparan pestisida dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, baik akut maupun kronis, tergantung pada jenis, dosis, durasi, dan frekuensi paparan. Beberapa bahaya pestisida bagi manusia adalah:

Iritasi kulit, mata, hidung, atau tenggorokan

  1. Gangguan sistem saraf, seperti sakit kepala, pusing, mual, muntah, kejang, tremor, atau kelemahan otot
  2. Gangguan sistem pernapasan, seperti batuk, sesak napas, asma, atau edema paru
  3. Gangguan sistem pencernaan, seperti diare, kram perut, atau perdarahan usus
  4. Gangguan sistem endokrin, seperti gangguan hormon, kesuburan, atau reproduksi
  5. Gangguan sistem imun, seperti alergi, infeksi, atau kanker
  6. Gangguan sistem kardiovaskular, seperti hipertensi, aritmia, atau serangan jantung
  7. Gangguan sistem hematologi, seperti anemia, leukopenia, atau trombositopenia
  8. Gangguan sistem hepatobiliari, seperti hepatitis, sirosis, atau kanker hati
  9. Gangguan sistem ginjal, seperti nefritis, gagal ginjal, atau kanker ginjal

Dampak Pestisida bagi Lingkungan

Pestisida dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi lingkungan, antara lain:

  1. Pencemaran air: Pestisida dapat masuk ke air tanah dan air permukaan melalui limpasan air hujan dan irigasi. Pestisida yang terkontaminasi air dapat membahayakan kehidupan air, seperti ikan, burung, dan amfibi.
  2. Pencemaran tanah: Pestisida dapat tertinggal di tanah setelah digunakan. Pestisida yang terkontaminasi tanah dapat membahayakan tanaman, hewan, dan manusia.
  3. Kematian organisme non-target: Pestisida dapat membunuh organisme non-target, seperti serangga bermanfaat, burung, dan ikan.
  4. Resistensi hama: Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat menyebabkan hama menjadi resisten terhadap pestisida tersebut. Hal ini dapat membuat pengendalian hama menjadi lebih sulit dan mahal.

Baca Juga : Jauhkan Pestisida Dari Anak-Anak

Produk Makanan Organik Bebas Pestisida Berbahaya

Produk makanan organik adalah produk makanan yang berasal dari tanaman atau hewan yang dibudidayakan secara organik, yaitu tanpa menggunakan pestisida, pupuk, hormon, antibiotik, atau bahan kimia lainnya yang berbahaya dan juga bebas dari bahan pengawet, pewarna, perasa, atau bahan tambahan lainnya yang buatan. Berikut ini keunggulan dari produk makanan organik, seperti:

  • Lebih sehat, karena mengandung nutrisi yang lebih tinggi, residu yang lebih rendah, dan antioksidan yang lebih banyak
  • Lebih lezat, karena memiliki rasa, aroma, dan tekstur yang lebih alami dan segar
  • Lebih ramah lingkungan, karena tidak menyebabkan pencemaran, kerusakan, atau perubahan ekosistem
  • Lebih adil, karena memberikan kesempatan yang lebih besar bagi petani kecil dan masyarakat lokal
  • Produk makanan organik yang sudah banyak tersedia di Indonesia adalah beras, buah dan sayuran, ayam, telur, susu dan yogurt, dan produk perkebunan, seperti madu, kopi, dan vanila.
  • Produk makanan organik dapat dikenali dari label organik yang diberikan oleh lembaga sertifikasi yang berwenang, seperti BioCert, Organik Indonesia, atau Control Union.

Penggunaan pestisida merupakan salah satu cara untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman, namun juga memiliki dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Pestisida dapat dibedakan menjadi pestisida nabati dan pestisida kimia, yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pestisida nabati lebih aman dan ramah lingkungan, namun kurang efektif dan stabil.

Baca Juga : 12 sayur buah terkontaminasi pestisida, beras arsenik…

Mengubah Paradigma dalam Pertanian dan Konsumsi

Pestisida kimia lebih efektif dan stabil, namun berbahaya dan beracun. Paparan pestisida dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari iritasi, gangguan sistem organ, hingga kanker. Produk makanan organik merupakan alternatif yang lebih sehat dan ramah lingkungan, karena tidak menggunakan pestisida atau bahan kimia lainnya yang berbahaya. Produk makanan organik juga lebih lezat, adil, dan berkualitas. Untuk itu, penggunaan pestisida sebaiknya dikurangi atau diganti dengan metode pengendalian hama yang lebih alami dan berkelanjutan.

Anda ingin hidup sehat dan bahagia? atau anda ingin menikmati makanan yang lezat dan bergizi? Anda ingin mendukung petani lokal dan lingkungan? Jika jawaban Anda ya, maka Anda harus memilih produk makanan organik dari Eka Farm. Eka Farm adalah produsen makanan organik yang terpercaya dan berkualitas. Eka Farm menyediakan berbagai produk makanan organik, seperti beras diabetes, beras untuk diet, tepung Garut, dan masih banyak lagi. Semua produk makanan organik Eka Farm dibudidayakan secara alami, tanpa pestisida, pupuk kimia, hormon, atau bahan berbahaya lainnya.

Produk makanan organik Eka Farm juga bersertifikat organik dari lembaga resmi pemerintah Indonesia, yang menjamin mutu dan keamanannya. Produk makanan organik Eka Farm memiliki banyak manfaat bagi kesehatan Anda, seperti meningkatkan sistem imun, mencegah penyakit, dan menjaga berat badan ideal.Produk makanan organik Eka Farm juga mendukung petani lokal dan lingkungan, dengan memberikan harga yang adil dan menjaga keseimbangan ekosistem. Tunggu apa lagi? Pesan sekarang juga produk makanan organik Eka Farm, dan rasakan sendiri perbedaannya. Produk makanan organik Eka Farm, makanan sehat untuk keluarga bahagia.

Jangan lewatkan artikel menarik lainnya tentang Kaitan Kanker Payudara dan Pestisida

3 Bahaya Penggunaan Pestisida. Ini Resikonya…

3 Bahaya Penggunaan Pestisida. Ini Resikonya…

Bahaya Penggunaan Pestisida – Pestisida merupakan racun yang dapat mematikan jasad hidup, maka dalam penggunaannya dapat memberikan pengaruh yang tidak diinginkan terhadap kesehatan manusia serta lingkungan pada umumnya. Pestisida yang disemprotkan segera bercampur dengan udara dan langsung terkena sinar matahari. Dalam udara pestisida dapat ikut terbawa angin, makin jauh diterbangkan aliran angin. Lebih dari 75% pengaplikasian pestisida dilakukan dengan cara penyemprotan, sehingga memungkinkan butir-butir cairan tersebut melayang, menyimpang dari aplikasi. Pengaplikasian pestisida yang dilakukan dengan penyemprotan dapat meninggalkan 60% sampai 99% pada target atau sasaran sedangkan penggunaan serbuk hanya 10% hingga 40% yang mencapai target sedangkan sisanya melayang bersama aliran angin atau mencapai tanah. sehubung dengan sifat tersebut, komisi pestisida telah mengidentifikasi berbagai kemungkinan yang timbul sebagai akibat penggunaan pestisida. 

Ini dia Bahaya Penggunaan Pestisida untuk tubuh dan lingkungan :

  1. Dampak Pada Kesehatan Manusia

Bahaya Penggunaan Pestisida yang pertama adalah Memberikan dampak pada kesehatan manusia. Penggunaan pestisida yang merupakan racun bagi organisme pengganggu tanaman dapat menjadi racun bagi manusia. Dampak pestisida dapat terjadi pada pemakai dan pekerja yang berhubungan dengan pestisida seperti petani, pengecer pestisida, atau pekerja gudang pestisida. Penelitian mengenai dampak mengenai dampak penggunaan pestisida dengan kesehatan pada petani menunjukan bahwa terdapat gangguan kesehatan seperti mual-mual, muntah, pusing dan gatal – gatal pada kulit. 

Baca Juga : 3 Bahaya Pestisida Bagi Ibu hamil. Ini Dia Resikonya

Pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui mulut, kulit, dan pernapasan. Keracunan pestisida dapat dibedakan berdasarkan jumlah pestisida yang masuk kedalam tubuh. Keracunan akut dapat mengakibatkan kematian. Keracunan kronis yaitu apabila pestisida masuk ke dalam tubuh secara berangsur – angsur dalam jumlah yang sangat kecil. Keracunan kronis dapat menyebabkan perubahan histologis dan genetis pada tubuh. 

Baca Juga : 4 Dampak Paling Bahaya Pestisida bagi Manusia

2. Residu pestisida

Bahaya Penggunaan Pestisida yang selanjutnya adalah tertinggalnya residu pestisida. Banyak penyakit yang sering dikaitkan dengan adanya residu pestisida di dalam tubuh manusia karena sifat racunnya yang bersifat kronik. Terdapat beberapa senyawa pestisida seperti DDT, amino trizol, aldrin, dieldrin dan PCB yang dapat menyebabkan penyakit kanker. Menurut peraturan menteri pertanian No. 45 tahun 2009 menyebutkan residu pestisida adalah sisa pestisida, termasuk hasil perubahanya yang terdapat pada atau dalam jaringan manusia, hewan, tumbuhan, air, udara, atau tanah. Apabila jenis pestisida mempunyai resiko yang terlalu tinggi pada tanaman maka akan membahayakan manusia atau ternak yang mengkonsumsi tanaman tersebut. Besarnya residu pestisida yang tertinggal dalam produk pertanian dapat dilihat dari pemakaian dosis banyaknya dan intervensi aplikasi. Selain itu dapat dilihat juga dari faktor – faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi pengurangan residu, jenis tanaman yang diperlukan, formulasi pestisida dan cara aplikasinya, jenis bahan aktif, dan prestasinya, serta saat aplikasi terakhir sebelum produk pertanian dipanen. 

Baca Juga : Kaitan Kanker Payudara dan Pestisida

3. Dampak Pada Lingkungan

Bahaya Penggunaan Pestisida yang terakhir adalah dampak pada lingkungan. Pencemaran air dan tanah di lingkungan perairan, pencemaran pada air oleh pestisida terutama terjadi melalui air dari tempat kegiatan manusia yang menggunakan pestisida dalam usaha menaikkan produksi pertanian dan peternakan. Jenis – jenis pestisida yang persisten tidak mengalami degradasi dalam tanah, namun akan terjadi akumulasi pestisida pada tanah. Dalam air, pestisida dapat mengakibatkan biology magnification, pada pestisida yang persisten dapat mencapai komponen terakhir yaitu manusia melalui rantai makanan. Pestisida dengan formulasi granula, mengalami proses dalam tanah dan air sehingga ada kemungkinan untuk mencemari tanah dan air. 

 

Nah, itu dia artikel tentang 3 Bahaya Penggunaan Pestisida . Jika anda sedang mencari BERAS ORGANIK gunakanlah BERAS ORGANIK dari EKA FARM karena beras organik eka farm tidak menggunakan pestisida dan bahan kimia pada proses pengolahannya sehingga aman untuk di konsumsi. kamu dapat membelinya melalui Whatsapp 0811-2650-296 atau kunjungi web kami di PRODUSEN BERAS ORGANIK YOGYAKARTA

Waspada Bahaya Residu Pestisida Pada Bahan Pangan !!

Waspada Bahaya Residu Pestisida Pada Bahan Pangan !!

Bahaya Residu Pestisida Pada Bahan Pangan – Pangan merupakan kebutuhan dasar pokok setiap manusia yang perlu dipenuhi setiap saat. Kontaminasi pada makanan dapat terjadi melalui kontaminasi biologis, kontaminasi pada makanan dapat terjadi melalui kontaminasi biologis, kontaminasi kimiawi dan kontaminasi fisik. kontaminasi ini dapat terjadi mulai dari proses penanaman bahan pangan. Pada saat proses penanaman, petani seringkali menggunakan pestisida kimia untuk mencegah adanya organisme pengganggu tanaman. Karena hal ini dinilai lebih efektif jika dibandingkan dengan metode lain. 

 

Pestisida yang digunakan pada tanaman sebagian akan mengenai sasaran, mengenai tanaman, terbawa oleh angin dan sebagian lainnya akan jatuh ke tanah dan air yang dapat mencemari lingkungan. Dengan seiring nya waktu sebagian pestisida akan menguap ke udara dan sebagian lagi akan terurai karena pengaruh cahaya, kelembaban enzim dan jasad renik. Penggunaan pestisida akan meninggalkan residu pada produk pertanian. Residu adalah sisa racun adalah sisa racun pestisida yang tertinggal pada tanaman. Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya residu yang tertinggal yaitu, dosis yang digunakan, banyaknya dan interval aplikasi, jenis bahan aktif dan persistensinya serta saat aplikasi terakhir sebelum produk pertanian dipanen. Bahaya Residu Pestisida Pada Bahan Pangan ditentukan oleh daya racun baik akut maupun kronik. Berdasarkan penelitian ardiwinata dan nursyamsi mengatakan masih banyak ditemukan residu insektisida organoklorin pada lahan sawah. Sedangkan penggunaan insektisida organoklorin telah dilarang untuk digunakan.

Baca Juga : 3 Bahaya Pestisida Bagi Ibu hamil. Ini Dia Resikonya

Salah satu bahan pangan dengan komoditas tertinggi yaitu buah, sayur, dan beras. Banyak yang mengkonsumsinya dalam keadaan segar sehingga kemungkinan mengandung residu pestisida melebihi batas maksimum . Karena disemprot pestisida secara langsung pada proses produksi.

Untuk mengurangi Bahaya Residu Pestisida Pada Bahan Pangan, Berikut tips yang dapat dilakukan: 

 

  • Gunakan Bahan pangan Organik

Salah satu cara untuk mengurangi Bahaya Residu Pestisida Pada Bahan Pangan yang paling ampuh adalah menggunakan bahan pangan yang organik, Karena bahan pangan yang organik TIDAK mengandung pestisida dan jenis bahan kimia apapun sehingga sangat aman jika dikonsumsi oleh manusia. Selain itu bahan pangan organik tidak meninggalkan residu pada lahan yang telah ditanami atau digunakan untuk memproduksi bahan pangan organik. Salah satu bahan pangan yang tidak mengandung pestisida kimia adalah BERAS ORGANIK EKA FARM. Gunakanlah BERAS ORGANIK dari EKA FARM karena beras organik memiliki kandungan vitamin dan serat yang lebih tinggi. Juga tidak menggunakan pestisida dan bahan kimia dalam penanaman dan pengolahannya. Anda dapat membelinya melalui Whatsapp 0811-2650-296 atau kunjungi web kami di PRODUSEN BERAS ORGANIK YOGYAKARTA.

Baca Juga : 4 Dampak Paling Bahaya Pestisida bagi Manusia

  • Pencucian bahan pangan

Cara untuk mengurangi Bahaya Residu Pestisida Pada Bahan Pangan yang paling murah dan mudah adalah melakukan pencucian pada setiap bahan pangan yang akan dikonsumsi atau disimpan. Cara ini sudah banyak dilakukan oleh petani maupun oleh konsumen selaku pihak yang memanfaatkan hasil pertanian. Berbagai penelitian menunjukan metode pencucian bahan pangan sebelum dikonsumsi menunjukkan dapat menurunkan kadar residu pestisida secara signifikan. 

Baca Juga : Kaitan Kanker Payudara dan Pestisida

  • Mengupas atau membuang lapisan luar pada bahan pangan

Cara untuk mengurangi Bahaya Residu Pestisida Pada Bahan Pangan yang terakhir adalah dengan cara mengupas atau memotong lapisan luar pada bahan pangan. Jangan pernah merasa ragu untuk mengupas atau membuang lapisan luar pada bahan pangan. Karena pada lapisan luar tersebutlah yang paling banyak terpapar pestisida, sehingga tidak baik untuk dikonsumsi.

3 Bahaya Pestisida Bagi Ibu hamil. Ini Dia Resikonya

3 Bahaya Pestisida Bagi Ibu hamil. Ini Dia Resikonya

Bahaya Pestisida Bagi Ibu hamil – Pestisida merupakan bahan kimia yang sering digunakan petani untuk membunuh hama, baik insekta, jamur maupun gulma. Pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida juga digunakan dirumah tangga untuk memberantas nyamuk, kecoa dan berbagai serangga pengganggu lainnya. Di sisi lain dampak efek buruk pestisida ini secara nyata banyak menimbulkan keracunan pada orang. Terlebih jika langsung terpapar oleh ibu hamil, karena dapat memberikan efek buruk bagi ibu hamil dan janin yang ada di dalamnya.

 

Pestisida masuk ke dalam tubuh ibu hamil dapat melalui kulit mulut, dan saluran pencernaan serta pernafasan. Senyawa pestisida, selanjutnya masuk ke dalam peredaran darah ibu plasenta, tali pusat janin. Cara satu satunya agar tidak terkena dampak buruk dari pestisida yaitu tidak menggunakan atau mengkonsumsi makanan yang mengandung pestisida. Salah satu makanan yang tidak mengandung pestisida adalah BERAS ORGANIK EKA FARM. Gunakanlah BERAS ORGANIK dari EKA FARM karena beras organik tidak menggunakan pestisida dan bahan kimia dalam penanaman dan pengolahannya. kamu dapat membelinya melalui Whatsapp 0811-2650-296 atau kunjungi web kami di PRODUSEN BERAS ORGANIK YOGYAKARTA

Baca Juga : 4 Dampak Paling Bahaya Pestisida bagi Manusia

Bahaya Pestisida Bagi Ibu hamil

  • Abortus Spontan

Bahaya Pestisida Bagi Ibu hamil yang pertama adalah abortus spontan. Abortus adalah berhentinya kehamilan sebelum minggu ke 20 (terhitung hari pertama menstruasi terakhir) sebelum janin mencapai berat 500 gram. Prevalensi abortus spontan di seluruh dunia bervariasi, namun secara umum mencapai 0,3%. Berdasarkan penelitian di sentral pertanian kabupaten brebes jawa tengah, selama kurun waktu april – november 2007 menyebutkan bahwa wanita yang terpapar pestisida berisiko 59% lebih tinggi mengalami abortus spontan dibandingkan wanita yang tidak terpapar. 

Baca Juga : RISIKO PAPARAN PESTISIDA PADA PETANI PEREMPUAN

Residu pestisida organofosfat dapat menyebabkan penurunan aktivitas kolinesterase yang dapat menyebabkan keracunan dan anemia. Hal ini merupakan salah satu pencetus terjadi abortus spontan. Selain itu pestisida jenis organoklorin pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya keguguran dan kelahiran mati. Beberapa penelitian juga membuktikan senyawa organocholrin bertindak sebagai antagonis kehamilan dan dapat menyebabkan abortus spontan, kelahiran prematur atau lahir mati.

Baca Juga : Kaitan Kanker Payudara dan Pestisida

  •  Keracunan

Bahaya Pestisida Bagi Ibu hamil yang kedua adalah Keracunan. Keracunan pestisida merupakan salah satu resiko kesehatan pada petani. Setidaknya setiap tahun diperkirakan lima juta kasus keracunan pestisida di dunia dan 220.000 berakhir dengan kematian. Secara umum, dampak pestisida adalah menstimulasi sistem saraf pusat sehingga menyebabkan kejang, sakit kepala, kesemutan, tremor dan diskriminasi. Pestisida akan menghambat enzim acetylcjolinesterasem yang mengarah pada akumulasi asetilkolin di jaringan  saraf dan pada organ gerak. Jika keracunan terjadi terus menerus maka efek kronis yang timbul antara lain berat badan menurun, anemia, anorexia dan neuropati tertunda. 

Baca Juga : Jauhkan Pestisida Dari Anak-Anak

  • Autisme

Bahaya Pestisida Bagi Ibu hamil yang ketiga adalah Autisme. Pestisida memiliki efek endocrine dioscorine disruptor chemicals (EDC) atau pengganggu sistem endokrin. Endocrine disruptor chemical melakukan inhibisi terhadap reseptor tiroid. Inhibisi hormon tiroid oleh berbagai golongan pestisida ini dapat menyebabkan kondisi hipotiroid bagi individu yang terkena paparannya, termasuk pada ibu hamil. Penurunan kadar tiroid dapat menurunkan kemampuan dari pertumbuhan dendrit pada sel purkinje di cerebellum yang diperantarai oleh hormon tiroid. Hal tersebut dapat mempengaruhi neuroanatomi dan neuro istri berupa neurotransmitter pada otak sehingga dapat menyebabkan kondisi autisme pada bayi yang dilahirkan. 

 

4 Dampak Paling Bahaya Pestisida bagi Manusia

4 Dampak Paling Bahaya Pestisida bagi Manusia

Bahaya Pestisida bagi Manusia – Pestisida merupakan golongan bahan kimia yang umum digunakan untuk membasmi hama dan gulma atau tanaman pengganggu. Hama seperti jamur, serangga, siput, dan hewan pengerat adalah organisme target pestisida. Pestisida digunakan di berbagai bidang kegiatan, mulai dari rumah tangga, kesehatan, pertanian dan lain sebagainya. Di samping itu manfaatnya pestisida juga berpotensi meracuni dan membasmi makhluk hidup lainya, termasuk tanaman dan serangga yang berguna, binatang serta manusia . Hal ini dikarenakan bahan aktif dalam pestisida tidak memiliki efek toksisitas yang spesifik, sehingga mempengaruhi baik organisme target, non target manusia maupun lingkungan dan ekosistem secara keseluruhan. Penggunaan pestisida yang tidak terkendali akan menimbulkan masalah kesehatan dan pencemaran lingkungan. Penggunaan pestisida dipengaruhi oleh daya racun, volume dan tingkat pajanan atau paparan secara signifikan mempengaruhi dampak terhadap kesehatan. 

 

Selain itu, dampak penggunaan pestisida pada tanaman juga akan meninggalkan residu pada tanaman tersebut dan pada tanah serta lingkungan sekitarnya. Apabila residu pada tanaman ini termakan oleh manusia akan berdampak buruk bagi kesehatan dikemudian hari, dan apabila residu pestisida ini terakumulasi di dalam tanah juga akan berpengaruh pada kehidupan organisme dalam tanah dan pada tanaman dalam tanah tersebut. Cara satu satunya agar tidak terkena dampak buruk dari pestisida yaitu tidak menggunakan atau mengkonsumsi makanan yang mengandung pestisida. Salah satu makanan yang tidak mengandung pestisida adalah BERAS ORGANIK EKA FARM. Gunakanlah BERAS ORGANIK dari EKA FARM karena beras organik tidak menggunakan pestisida dan bahan kimia dalam penanaman dan pengolahannya. Anda dapat membelinya melalui Whatsapp 0811-2650-296 atau kunjungi web kami di PRODUSEN BERAS ORGANIK YOGYAKARTA

Baca Juga : RISIKO PAPARAN PESTISIDA PADA PETANI PEREMPUAN

Dampak Bahaya Pestisida bagi Manusia

  1. Mempengaruhi kerja enzim dan hormon.

Bahaya Pestisida bagi Manusia yang pertama adalah mempengaruhi kerja enzim dan hormon. Ketika pestisida masuk kedalam tubuh dapat mengaktifkan aktivator sehingga enzim atau hormon tidak dapat bekerja. Pestisida tergolong sebagai endocrine disrupting chemicals (EDCS), yaitu bahan kimia yang dapat mengganggu sintesis, sekresi, transport, metabolisme, peningkatan dan eliminasi hormon – hormon dalam tubuh yang berfungsi menjaga homeostasis, reproduksi dan proses tumbuh kembang. 

Baca Juga : Kaitan Kanker Payudara dan Pestisida

2. Merusak jaringan

Bahaya Pestisida bagi Manusia selanjutnya adalah merusak jaringan. Masuknya pestisida menginduksi produksi serotonin dan histamin, hormon ini memicu reaksi alergi dan dapat menimbulkan senyawa baru yang dapat merusak jaringan.

Baca Juga : Jauhkan Pestisida Dari Anak-Anak

3. Keracunan

Bahaya Pestisida bagi Manusia yang ketiga adalah keracunan kronis. Keracunan kronis dapat ditemukan dalam bentuk kelainan saraf dan perilaku (bersifat neurotoksik) atau mutagenitas. Selain itu ada beberapa dampak kronis keracunan pestisida pada organ paru – paru hati, lambung dan usus serta mempengaruhi kerja sistem organ seperti sistem saraf, sistem hormon, sistem kekebalan tubuh. Individu yang terpapar oleh pestisida bisa mengalami batuk yang tidak juga sembuh atau merasa sesak di dada. INi merupakan manifestasi gejala penyakit bronkitis, asma, atau penyakit paru – paru lainya. Kerusakan paru-paru yang sudah berlangsung lama dapat mengarah pada kanker paru-paru. Keracunan pestisida ditandai dengan gejala penurunan kondisi kesehatan level ringan hingga berat, meskipun demikian diagnosis yang akurat memerlukan proses medis terlebih dahulu. 

Baca Juga : Bahaya Pestisida di Tubuh Anak

4. Gangguan reproduksi

Bahaya Pestisida bagi Manusia yang terakhir adalah gangguan reproduksi. Menurut beberapa penelitian mengatakan bahan pestisida kimia dapat menyebabkan gangguan reproduksi, baik pada pria maupun wanita. Pada pria pestisida dapat menyebabkan gangguan produksi sperma sedangkan pada wanita beresiko mengalami gangguan kesuburan dan melahirkan secara prematur.

Nah, itu dia artikel tentang Bahaya Pestisida bagi Manusia. Jika anda sedang mencari BERAS ORGANIK gunakanlah BERAS ORGANIK dari EKA FARM karena beras organik eka farm tidak mengandung pestisida yang berbahaya untuk tubuh. Kamu dapat membelinya melalui Whatsapp 0811-2650-296 atau kunjungi web kami di PRODUSEN BERAS ORGANIK YOGYAKARTA

RISIKO PAPARAN PESTISIDA PADA PETANI PEREMPUAN

RISIKO PAPARAN PESTISIDA PADA PETANI PEREMPUAN

Pertanian masih menjadi sektor penyokong utama perekonomian di Indonesia (Rian, 2014). Tenaga kerja menjadi komponen utama dalam pertanian, disamping tenaga kerja hewan dan tenaga kerja mesin. Perempuan sebagai tenaga kerja di sektor pertanian bukanlah lagi hal baru. Untuk menyokong kondisi ekonomi diri sendiri ataupun keluarganya, para perempuan akan turun tangan dan menjadi petani. Praktik pertanian monokultur dapat memicu peningkatan hama yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan penggunaan pestisida.

Mengutip dari Merah Putih, data membuktikan bahwa persentase petani perempuan jauh lebih besar dibandingkan laki- laki, yaitu sekitar 76,84% (ST2 013). Namun, meskipun persentase petani skala kecil perempuan lebih banyak daripada laki- laki di negara- negara berkembang, tetapi mereka lebih sedikit mendapatkan pelatihan manajemen pestisida yang lebih sedikit daripada laki- laki. Padahal tidak sedikit petani perempuan yang terjun ke seluruh tahap pertanian mulai dari pembibitan hingga proses pasca panen.

Petani perempuan dan paparan pestisida

Rata- rata petani perempuan memiliki tingkat pendidikan, kesadaran terhadap keamanan penggunaan pestisida, dan akses alat pelindung diri yang rendah. Selain itu, mereka pun lebih sedikit mendapat pelatihan penggunaan pestisida yang aman sehingga risiko paparan pestisida terhadap petani perempuan lebih tinggi.

Petani perempuan umumnya memasuki lahan persawahan saat pestisida sedang atau setelah disemprotkan. Waktu bertani yang lama juga akan meningkatkan risiko paparan pestisida. Paparan pestisida juga dapat berasal dari penyimpanan pestisida di rumah.

Petani perempuan dan kesadaran terhadap kesehatan

Banyak petani perempuan di Indonesia masih belum mempertimbangkan aspek kesehatan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pertanian, khususnya penggunaan pestisida. Menurut data FAO (Organisasi Pangan Dunia) tahun 2011, pekerja perempuan di bidang agrikultur semakin meningkat. Pada tahun 2011, pekerja agrikultur perempuan yaitu sekitar 43%.

Penggunaan pestisida pada praktik agrikultur semakin digencarkan untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan mengesampingkan aspek kesehatan serta lingkungan. Petani perempuan dapat terpapar pestisida dari kontaminasi langsung dan tidak langsung seperti mencuci baju yang dipakai untuk bertani atau alat- alat pertanian. Perempuan juga lebih rentan untuk terpapar pestisida karena karakteristik fisiologi, gaya hidup, dan tingkah laku.

Risiko kesehatan paparan pestisida pada petani perempuan

Beberapa penyakit yang berhubungan dengan paparan pestisida pada perempuan yaitu infeksi saluran pernapasan bagian atas, hipertensi, penyakit kelamin, penyakit sendi atau rheumatoid, komplikasi kehamilan, infeksi kulit, asma, dan diabetes melitus.

Paparan pestisida pada perempuan juga dapat mengakibatkan gangguan siklus menstruasi, mengurangi kesuburan/ fertilitas, masa kehamilan yang panjang, keguguran, dan gangguan perkembangan. Gangguan perkembangan janin dapat diakibatkan oleh fungsi hormon perempuan yang terganggu akibat paparan pestisida (Sarwar, 2016).  Menurut penelitian Bretvard dkk (2008), paparan pestisida dapat meningkatkan pengganggu endokrin dalam tubuh perempuan.

Mengutip dari penelitian yang dipublikasikan dalam Environ Health Insights, suatu daerah di Brazil, dengan paparan pestisida jenis organoklorin tinggi, kasus hipertiroidnya pun meningkat. Hipertiroid disebabkan oleh produksi hormon tiroid, yaitu tiroksin yang berlebih oleh kelenjar tiroid. Selain itu, juga teramati kenaikan hormon tiroid pada beberapa perempuan. Gangguan tiroid memang lebih sering terjadi pada wanita karena hormon tiroid sangat berperan penting  pada wanita, contohnya fungsi reproduksi perempuan. Risiko perempuan untuk mengalami gangguan tiroid yaitu 5- 7 kali lebih besar dibandingkan laki- laki.

Sebuah penelitian di Polandia melibatkan 51 perempuan yang berkebun. Beberapa pekerja terpapar pestisida organofosfat.  Pekerja wanita yang terpapar pestisida memiliki kestabilan motorik lebih lambat. Selain itu, pekerja tersebut mengalami peningkatan ketegangan, depresi, kelelahan, dan lebih sering memiliki gejala gangguan sistem saraf pusat.  Beberapa gejala- gejala keracunan pestisida yaitu kulit yang sensitif, malaise, muntah- muntah, pusing, diare, keringat berlebih, sakit punggung, dan ludah yang berlebihan.

Bahaya pestisida bagi ibu hamil

Saat perempuan, termasuk petani perempuan terpapar pestisida, maka kesehatan janin dalam kandungannya pun ikut terancam. Janin dalam kandungan dapat terpapar pestisida melalui saluran transplasenta atau menyusui.

Sebuah penelitian di daerah agrikultur California, Amerika Serikat, dan dipublikasikan di the BMJ menyelidiki hubungan antara paparan pestisida terhadap autisme. Hasil menunjukkan bahwa risiko bayi menderita gangguan spektrum autis meningkat saat calon ibu terpapar pestisida dalam rentang jarak 2000 meter dari tempat tinggal calon ibu. Peningkatan risiko autisme tersebut dibandingkan dengan ibu hamil dalam rentang jarak yang sama di daerah agrikultur, tanpa paparan pestisida. Hasil penelitian menyebutkan kenaikan risiko gangguan autisme hingga 60% yang berhubungan dengan paparan organofosfat selema masa kehamilan.

Penelitian in vivo dan in vitro tentang autisme menyebutkan adanya perubahan tingkat neuroprotein, perubahan ekspresi gen, dan keabnormalan neurobehavioral akibat paparan pestisida hingga kadar tertentu.

Pentingnya edukasi penggunaan pestisida yang aman dan praktik pertanian organik

Edukasi tentang penggunaan pestisida yang aman ataupun safety petani, termasuk petani perempuan dalam praktik bertani perlu lebih digalakkan mengingat banyaknya ancaman kesehatan paparan pestisida terhadap kesehatan perempuan. Beralih ke praktik pertanian organik juga menjadi salah satu opsi aman dan ramah lingkungan bagi para petani. Selain lebih aman bagi kesehatan dan turut menjaga keseimbangan alam, pertanian organik juga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan para petani organik dibandingkan petani biasa.

Bijaklah untuk mengambil keputusan dalam penggunaan alat dan bahan pertanian. Jangan kesampingkan kesehatan Anda demi kepentingan uang semata. Tanpa tubuh yang sehat, bukankah Anda juga tidak dapat meningkatkan hasil produksi pertanian Anda?

 

 

 

Jauhkan Pestisida Dari Anak-Anak

Jauhkan Pestisida Dari Anak-Anak

Jauhkan pestisida dari anak-anak- Setelah enam bulan si Kecil hanya mengonsumsi ASI, kini saatnya mengenalkan si Kecil pada makanan padat. Antara buah atau sayur, manakah yang Ibu pilih sebagai makanan bayi pertamanya?

Apa pun pilihannya, yang penting Ibu harus berhati-hati dengan bahaya pestisida yang terkandung di bahan makanan si Kecil. Seperti yang Ibu mungkin sudah tahu, racun pembasmi hama yang menempel pada sayur dan buah tersebut, bisa membahayakan kesehatan si Kecil jika ikut disantap.

Jauhkan Pestisida Dari Anak-Anak- Untuk meminimalisir kandungan pestisida dalam buah dan sayur pada makanan bayi, yuk simak tiga kiat cerdas berikut ini:

Pilih yang Segar

Saat membeli bahan-bahan untuk membuat makanan bayi, pilihlah sayur dan buah yang masih dalam kondisi segar. Pastikan teksturnya tidak terlalu lembek, tidak memiliki kotoran atau titik busuk pada kulitnya, serta merupakan produk lokal.

Mengapa? Sayur dan buah yang diimpor umumnya memiliki kandungan pestisida lebih tinggi, agar lebih awet, terlihat lebih menarik dan mencegah kebusukan selama pengiriman. Jadi, jangan mudah tergiur dengan buah dan sayuran impor ya, Bu!

Jauhkan Pestisida Dari Anak-Anak- Cuci dengan Bersih

Sangat penting untuk mencuci sayur dan buah sampai benar-benar bersih sebelum diolah menjadi makanan bayi. Rendam dahulu sayur dan buah yang akan digunakan dalam air dingin selama 2 menit, kemudian bilas dan gosok permukaannya di bawah air mengalir selama kurang lebih 30 detik.

Hal ini juga berlaku untuk seluruh sayur dan buah yang akan dikupas. Sebab pestisida bisa menempel pada pisau yang digunakan, dan mencemari daging buah atau bagian dalam sayur apabila kulitnya tidak dicuci terlebih dahulu.

Jauhkan Pestisida Dari Anak-Anak- Pertimbangkan Produk Organik

Meski harganya lebih mahal, sayur dan buah organik jauh lebih aman digunakan untuk meramu makanan bayi, karena tidak menggunakan pestisida selama proses penanaman. Ada 12 produk yang paling tinggi kandungan pestisidanya, atau disebut juga Dirty Dozen, yang perlu Ibu perhatikan. Mereka adalah apel, stroberi, anggur, seledri, peach, bayam, paprika, ketimun, tomat, kentang, kacang buncis, dan selada. Untuk 12 produk tersebut, pastikan Ibu membeli yang organik, ya.

Namun, jika kesulitan mendapatkan produk organik untuk buah dan sayur tersebut, tak perlu terlalu khawatir. Cukup pastikan Ibu lebih teliti saat mencuci maupun mengolahnya, untuk menghindarkan ancaman pestisida. Selain itu, Ibu juga bisa variasikan buah dan sayur yang digunakan dalam makanan bayi agar tubuh tidak menimbun satu jenis pestisida dalam jumlah besar.

Ingat, anak-anak lebih rentan mengalami gangguan kesehatan akibat paparan pestisida daripada orang dewasa. Hal ini karena anak-anak sedang dalam tahap pertumbuhan dan memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah daripada orang dewasa. Ditinjau dari sisi berat badan, anak-anak memiliki kemungkinan terpapar pestisida dalam jumlah lebih banyak daripada orang dewasa.

Diketahui bahwa meningkatnya paparan terhadap pestisida, yang juga dikenal dengan organofosfat, telah meningkatkan resiko terjadinya gangguan hiperaktifitas pada anak (ADHD/Attention Deficit Hyperactivity Disorder).

Studi yang dilakukan sekelompok peneliti dari Departemen Pertanian Amerika Serikat mengumpulkan informasi dari sekitar 1000 anak berusia 8 – 12 tahun. Anak-anak dengan kandungan pestisida di atas rata-rata dalam tubuhnya diketahui memiliki kecederungan dua kali lebih besar untuk terdiagnosa mengalami ADHD.

Menurut hasil penelitian

Penelitian ini memang hanya dilakukan untuk mengetahui dampak pestisida dalam jangka pendek. Meski demikian, menurut Mary Bouchard, Ph.D., ketua penelitian sekaligus peneliti di Departemen Kesehatan Lingkungan dan Lingkungan Kerja di University of Montreal, studi lebih lanjut akan dapat mengungkapkan hubungan yang lebih kuat antara paparan pestisida pada produk dalam tubuh dan gejala ADHD pada anak-anak.

Walaupun termasuk ringan, pestisida dirancang untuk menyebarkan racun dalam sistem, yang awalnya bertujuan untuk membasmi hama. Bouchard menyimpulkan, kaitan antara organofosfat dan gejala ADHD terletak pada reaksi otak ketika tubuh terkontaminasi pestisida yang masuk melalui makanan yang berbahan dasar hasil pertanian terpapar pestisida.

Sedangkan gangguan ADHD mengakibatkan seorang anak memiliki tingkah laku impulsif, sulit berkonsentrasi dan hiperaktif. Gangguan perilaku pada anak menyebabkan ia harus berusaha lebih keras untuk melakukan suatu aktifitas dalam kehidupan sehari-hari jika dibandingkan anak-anak seusianya.

Lalu bagaimanakah cara mencegah dampak pestisida pada anak?

Tips agar Anda terhindar dari dampak negatif pestisida

  • Usahakan mencuci tangan Anda sebelum mencuci buah dan sayuran.
  • Cuci buah dan sayur menggunakan air hangat, bisa juga ditambahkan cuka atau air jeruk lemon sebagai pembersih alami.
  • Gunakan sikat gigi bekas untuk menyikat sisa pestisida pada buah dan sayur.
  • Buang bagian terluar sayuran berdaun dan hanya konsumsi bagian dalamnya saja.
  • Jangan gunakan sabun dan deterjen untuk mencuci buah dan sayuran.
  • Sayuran dan buah organik dapat menjadi alternatif yang baik.

 

Bahaya Pestisida di Tubuh Anak

Bahaya Pestisida di Tubuh Anak

Bahaya Pestisida di tubuh anak- Tanpa disadari, paparan pestisida ada di sekeliling Anda. Bisa jadi terdapat pada sayuran maupun buah-buahan yang terkontaminasi atau memang sering digunakan untuk membasmi hama tanaman di kebun. Sebagai orangtua, hal ini perlu menjadi perhatian khusus. Pasalnya, paparan pestisida dapat membahayakan kesehatan anak hingga dua kali lebih besar ketimbang pada orang dewasa.

Lantas, apa saja bahaya pestisida untuk kesehatan anak dan bagaimana mengatasinya? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.

Kenali sumber paparan pestisida yang sering tidak disadari

Bila Anda tidak menggunakan pestisida di lingkungan rumah bukan berarti Anda dan keluarga 100 persen terbebas dari paparan pestisida. Sebab, terdapat sejumlah benda atau media yang tanpa disadari menjadi gerbang masuknya pestisida di lingkungan rumah Anda, di antaranya:

  • Produk pembasmi nyamuk, kecoa, tikus, maupun serangga lainya
  • Sayur dan buah yang terkontaminasi pestisida
  • Pestisida yang digunakan di sekolah atau taman bermain untuk membersihkan gulma
  • Pengawet kayu yang digunakan pada alat bermain di taman, salah satunya pentachlorophenol (PCP)
  • Baju atau sepatu yang terpapar pestisida dari lingkungan luar

Paparan pestisida pada anak dimulai saat anak sering meletakkan tangan di wajah atau memasukkan tangannya ke mulut. Padahal, mereka mungkin baru saja merangkak di lantai, bermain di rumput, atau bermain di taman yang kemungkinan banyak mengandung pestisida. Karena saking banyaknya sumber pestisida di lingkungan sekitar, maka jumlah paparannya pun akan terus bertambah dengan cepat.

Gejala terkena pestisida hampir serupa dengan gejala flu, yaitu:

  • Sakit kepala
  • Kelemahan
  • Nyeri otot
  • Sesak napas
  • Mata terasa seperti terbakar,
  • dan ruam kulit.

Bila anak mulai menunjukkan gejala-gejala tersebut, segera hubungi dokter untuk penanganan lebih lanjut.

Apa saja bahaya pestisida untuk kesehatan anak?

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), bahaya pestisida semakin parah bila anak sudah terpapar sejak siklus awal kehidupan, yaitu saat masih dalam kondisi janin. Wanita yang sering terpapar pestisida saat hamil dapat meningkatkan risiko bayi lahir cacat, berat lahir rendah (BBLR), hingga kematian pada janin.

Dibandingkan orang dewasa, anak-anak lebih rentan terhadap paparan pestisida. Pasalnya, berbagai sistem organ tubuh anak seperti sistem saraf, sistem pencernaan, dan sistem kekebalan tubuhnya masih dalam tahap perkembangan. Hal inilah yang menyebabkan tubuh anak masih belum mampu mendetoksifikasi dan mengeluarkan berbagai polutan dengan baik seperti orang dewasa.

Selain itu, anak-anak bernafas dua kali lebih banyak daripada orang dewasa sehingga jumlah polutan yang dihirup pun menjadi dua kali lebih besar. Maka tidak heran bila anak-anak jauh lebih rentan terkena bahaya pestisida.

Untuk mengetahui bahaya pestisida pada anak dapat dilihat dari dua kategori paparan, yaitu paparan akut dan paparan jangka panjang. Kedua kategori ini memberikan tingkat keparahan yang berbeda-beda untuk kesehatan anak. Mari kita kupas satu persatu.

Paparan akut

Paparan akut yaitu paparan pestisida dalam jumlah yang banyak dalam waktu  yang cukup singkat. Ambil contoh, seorang anak duduk di ruangan saat penyemprotan. Artinya, anak terkena paparan pestisida dalam jumlah yang besar di waktu yang singkat. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan jangka pendek, di antaranya:

  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Kelemahan
  • Sensasi kesemutan
  • Mual

Paparan jangka panjang

Paparan jangka panjang  yaitu paparan pestisida yang terjadi secara bertahap selama periode waktu tertentu. Akumulasi paparan ini menyebabkan masalah kesehatan yang lebih berat daripada paparan akut, di antaranya:

  • Bayi cacat lahir
  • Kesulitan belajar pada anak
  • Perubahan perilaku
  • Gejala asma
  • Kerusakan organ
  • Memicu kanker, termasuk leukemia, kanker payudara, dan tumor otak

Tips mengurangi paparan pestisida pada anak

Awasi setiap bahan makanan

Bahan makanan seperti buah dan sayur, merupakan salah satu sumber pestisida dalam rumah. Pastikan untuk mencuci buah dan sayur dengan air yang mengalir hingga bersih untuk mengurangi sisa pestisida yang menempel di permukaannya.

Simpan bahan kimia di tempat yang aman

Jauhkan produk-produk yang mengandung pestisida dari jangkauan anak-anak seperti pembasmi nyamuk, pembersih gulma, atau produk khusus hewan peliharaan. Simpan di lemari khusus yang tidak berdekatan dengan tempat menyimpan bahan makanan.

Jangan libatkan anak saat memberi pupuk untuk tanaman

Anak-anak sebaiknya tidak ikut serta saat memberikan pupuk agar terhindar dari paparan pestisida. Jauhkan anak dari kebun atau tanaman yang diberikan pupuk kimia hingga 24 jam. Baru setelah itu anak-anak diperbolehkan untuk kembali bermain di taman dengan lebih aman.

Saat Anda berkebun, sebaiknya juga gunakan sarung tangan. Usai berkebun, segera cuci tangan dengan sabun dan air mengalir untuk membersihkan sisa-sisa pestisida dari pupuk atau produk pembersih hama.

Ganti baju setelah bersentuhan dengan pestisida

Setelah Anda menggunakan pestisida di luar rumah, pastikan untuk tidak membawa sisa-sisa paparannya ke dalam rumah. Oleh karena itu, gantilah pakaian dan alas kaki terlebih dahulu sebelum masuk ke rumah untuk melindungi keluarga dari bahaya pestisida.

 

Pestisida pengusir hama

Pestisida pengusir hama

Pestisida pengusir hama- Pestisida diproduksi memang untuk mengusir hama, gulma, tikus, serangga, jamur, rayap, dsb. Racun pengusir hama pengganggu termasuk insektisida, rodentisida, mitisida, herbisida, larvasida, nematosida, moluskusida, dan fungisida.

Sayangnya bukan hanya organisme pengganggu saja yang terkena dampak racun ini, tapi manusia dapat juga terpapar oleh bahan ini.

Pestisida dapat bersifat racun bagi tubuh, jika tertelan atau terhirup tanpa sengaja. Racun ini juga berbahaya jika terjadi kontak langsung dengan kulit atau mata. Paparan pestisida dapat menimbulkan dampak buruk seperti keracunan akut maupun kronik.

Bahaya Pestisida Bagi Kesehatan Dan Cara Mengatasinya

Insektisida untuk mengusir ngengat dapat menyebabkan gangguan sel darah (hemolisis), jika tertelan.

Kontak langsung dengan mata dapat menyebabkan penglihatan kabur. Pertolongan pertama dengan mencuci mata menggunakan air bersih. Bahan ini juga dapat mengakibatkan gangguan sistem cerna dan otak.

Segera bawa penderita ke rumah sakit, untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat. Insektisida yang beredar di pasaran kini dikemas dengan berbagai variasi bentuk.

Jauhkan dari jangkauan anak-anak, karena mungkin saja mereka menganggapnya sebagai permen. Racun tikus (rodentisida) biasanya berbentuk butiran atau serbuk, sehingga rentan tertelan oleh anak-anak.

Bahan aktif di dalamnya kebanyakan menggunakan zinc phosphide, yang menimbulkan bau tidak sedap. Keracunan rodentisida dapat mengakibatkan muntah, sulit bernafas, paru-paru sesak, turunnya tekanan darah, kerusakan ginjal, detak jantung tidak teratur, atau defisiensi sel darah putih.

Pertolongan pertama terhadap penderita dapat dilakukan dengan menyuruhnya untuk memuntahkan bahan tersebut, serta membawanya ke rumah sakit secepatnya.

Namun tidak semua rodentisida menggunakan zinc phosphide. Racun serangga (insektisida ) pada umumnya digunakan untuk mengusir lalat, nyamuk, semut, atau kecoa. Insektisida dalam bentuk lotion ataupun semprotan biasanya mengandung senyawa aktif yang disebut piretroid dan piretrin.

Keduanya memiliki tingkat racun (toksisitas) yang rendah terhadap manusia. Hal ini disebabkan sistem metabolisme dalam tubuh kita me-nonaktifkan senyawa tersebut dengan cepat.

Tapi anda harus berhati-hati, karena insektisida yang tertelan dapat menyebabkan alergi. Gejalanya seperti batuk, bersin, dan sesak nafas. Kontak langsung dengan kulit dapat menimbulkan iritasi, sehingga kulit menjadi kering.

Jika bahan tersebut tertelan dapat menyebabkan mual atau diare. Jika terhirup lewat hidung dapat mengakibatkan radang kerongkongan atau rhinitis. Bahkan, pada sebagian kasus keracunan dapat menyebabkan serangan asma dan kerusakan sistem syaraf pusat.

Cara mengatasi Pestisida pengusir hama

Segera bawa penderita ke luar ruangan dimana udaranya segar. Jika insektisida berbentuk semprotan mengenai kulit anda, segera cuci kulit anda dengan sabun dan air yang mengalir.

Tips mencegah keracunan pestisida pengusir hama

  1. Baca label yang tertera di kemasan, sebelum menggunakan pestisida untuk membasmi hama.
  2. Taruh di tempat yang jauh dari anak-anak, seperti di dalam lemari khusus atau tempat yang tinggi.
  3. Jauhkan pestisida dari makanan atau minuman.
  4. Musnahkan wadah pestisida setelah isinya habis.
  5. Jangan menyentuh pestisida secara langsung. Gunakan kayu, kemudian cuci tangan anda.

Ketika anda akan menyemprotkan pestisida, pastikan ruangan kosong. Gunakan masker pelindung mulut dan hidung. Nah, itulah bahaya pestisida bagi kesehatan dan cara mengatasinya. Untuk sekedar mengusir nyamuk, sebaiknya menggunakan kelambu di kamar tidur anda.

Terlebih bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, sebisa mungkin hindarkan paparan pestisida dari mereka. Semoga menambah pengetahuan anda, sehingga lebih sehat dan bugar.

 

Penggunaan Pestisida

Penggunaan Pestisida

Penggunaan Pestisida- Penggunaan pestisida yang tidak rasional telah terbukti ikut menimbulkan masalah terhadap ekosistem.

Pestisida adalah bahan-bahan kimia yang digunakan untuk membasmi serangga “insektisida”, tumbuh-tumbuhan “herbisida”, jamur dan lumut “fungisida”, tikus besar dan kecil “rodentisida”, kutu “akarisida”, bakteri “bakterisida”, burung “avisida”, cacing gelang “nematisida”, atau bahan lain yang digunakan untuk membunuh binatang yang tidak dikehendaki, yang sengaja ditambahkan ke lingkungan.

Penggunaan pestisida telah diakui memberi keuntungan bagi manusia, namun mengingat bahaya yang ditimbulkan perlu pertimbangan suatu penggunaan pestisida yang rasional.

Contoh masalah penggunaan pestisida, yaitu sampai tahun 1955 sekitar 100 juta manusia di seluruh dunia terinfeksi oleh malaria, penggunaan insektisida DDT dalam pengendalian nyamuk sebagai vektor penyakit ini, jauh bermanfaat dan mampu menekan angka kematian sampai 6 juta pada 1936 dan sekitar 2,5 juta pada tahun 1970.

Belakangan diketahui bahwa, DDT sangat persisten di alam, sehingga dikhawatirkan muncul jenis nyamuk dengan daya tahan alami yang lebih tinggi terhadap insektisida DDT.

Pestisida cukup beracun untuk mempengaruhi seluruh kelompok taksonomi biota, termasuk makhluk bukan sasaran, sampai batas tertentu bergantung pada faktor fisiologis dan ekologis;

Banyak pestisida tahan terhadap degradasi lingkungan sehingga mereka dapat tahan dalam daerah diberi perlakuan dan dengan demikian keefektifannya dapat diperkuat, namun sebaliknya sifat ini juga memberikan pengaruh jangka panjang dalam ekosistem alamiah.

Senyawa-senyawa yang sangat persisten terdistribusi melalui rantai makanan, seperti insektisida organoklorin, terbukti terdapat pada semua organisme hidup. Residunya telah ditemukan pada jaringan anjing laut dan pinguin di Antartika, dan ikan-ikan di sekitar terumbu karang dan laut dalam, serta pada air susu ibu di seluruh dunia.

DDT misalnya terus-menerus ditemukan pada jaringan lemak manusia pada konsentrasi yang dapat dideteksi, walaupun konsentrasi konsentrasi tersebut cenderung menurun sejak penggunaan insektisida ini mulai dilarang di berbagai negara sejak tahun 1980-an.

Walaupun telah banyak digunakan pestisida dengan efektifitas tinggi dan persistensi rendah, namun karena cara penggunaannya yang tidak sesuai dengan prosedur dan aturan, justru telah terbukti memberikan dampak yang merugikan.

Misal para petani dengan tujuan keuntungan panen, yaitu produk pertanian tidak dimakan hama insekta pada saat dipanen sehingga penampilannya menjadi sangat segar dan menarik, maka para petani justru menyemprotkan insektisida berkali- kali sebelum waktu panen tiba.

Tindakan ini menyebabkan konsentrasi insektisida yang tinggi pada produk pertanian “sayuran atau buah- buahan”, yang pada akhirnya akan merugikan kesehatan manusia.

Bahan kimia pestisida pertama kali diklasifikasikan berdasarkan fungsi dan penggunaan utamanya, seperti insektisida “pembasmi serangga”, fungisida “pembasmi jamur”, dan sebagainya. Selanjutnya, berdasarkan klasifikasi di atas, berbagai senyawa pestisida dikelompokkan berdasarkan hubungan dan kemiripan dari struktur dan kandungan bahan kimianya.

  1. Insektisida

Secara luas terdapat empat kelompok besar insektisida yaitu: organoklorin, organofosfat, karbamat, dan senyawa sintetik botani dan derivatnya.

Kelas kedua dari insektisida adalah golongan organofosfat. Organofosfat umumnya adalah racun pembasmi serangga yang paling toksik secara akut terhadap binatang bertulang belakang, seperti ikan, burung, kadal/cicak, dan mamalia. Kenyataannya insektisida organofosfat lebih banyak ditemukan sebagai penyebab keracunan pada manusia. Pada umumnya insektisida organofosfat lebih mudah terurai di lingkungan ketimbang golongan organoklorin.

Organofosfat juga dapat merangsang timbulnya efek neurotoksik, yang menyerupai efek kecanduan alkohol, diabetes atau berbagai kecanduan obat-obatan.

Senyawa fosfor organik lain memiliki kemampuan untuk meningkatkan potensi “toksisitas” insektisida ini, dengan cara menghambat kerja mekanisme penawar racun tubuh.

Kelompok ketiga dari insektisida adalah golongan karbamat. Golongan ini paling banyak digunakan di dunia. Kerja insektisida karbamat adalah hampir sama dengan organofosfat, yaitu menghambat kerja enzim asetil kolinesterase.

  1. Herbisida

Herbisida digunakan untuk membasmi rumput liar dalam pertanian, perkebunan dan pertamanan. Herbisida berbeda-beda dalam selektivitasnya, persisten dalam jaringan dan lingkungan, dan kemampuan untuk diserap oleh tumbuhan.

  1. Fungisida

Jamur merupakan parasit pada organisme hidup, mendapatkan makanan dengan melakukan penetrasi ke dalam jaringan pejamu. Fungisida digunakan untuk mencegah perusakan oleh jamur pada tanaman seperti, kentang, apel, kacang tanah, dan tomat. Penggunaan fungisida bisa dengan cara penyemprotan langsung ke tanaman, injeksi batang, pengocoran pada akar, perendaman benih dan pengasapan (fumigan).

Fungisida dapat membahayakan manusia dan berbagai organisme non jamur, terutama bila paparannya terjadi dalam dosis tinggi. Residu anti jamur yang terdapat pada bahan-bahan pertanian juga bisa membahayakan. Karenanya, aplikasi bahan ini sangat disarankan agar sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan.

Golongan fungisida yang terbukti memiliki efek toksik sangat tinggi biasanya sudah dilarang pemerintah, contoh fungisida dengan bahan aktif vinclozolin.