Arsenik pada Beras: Bahaya yang Harus Diperhatikan

Arsenik pada Beras: Bahaya yang Harus Diperhatikan

Arsenik adalah unsur kimia yang memiliki simbol As dan nomor atom 33. Arsenik merupakan unsur alami yang dapat ditemukan di air, tanah, batuan, dan udara. Arsenik dapat berupa unsur murni, senyawa organik, atau senyawa inorganik. Arsenik adalah salah satu unsur kimia yang terdapat di alam dalam berbagai bentuk. Arsenik dapat bersifat racun bagi manusia dan hewan jika terpapar dalam jumlah tinggi atau dalam jangka waktu lama. Arsenik dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, atau udara yang terkontaminasi.

Kandungan Arsenik pada Beras

Beras adalah salah satu makanan pokok yang dikonsumsi oleh banyak orang di dunia, terutama di Asia. Namun, beras juga dapat mengandung arsenik yang berasal dari tanah, air, atau pupuk yang digunakan untuk menanamnya. Kandungan arsenik pada beras dapat bervariasi tergantung pada jenis, varietas, asal, dan cara pengolahan beras. Menurut beberapa penelitian, kandungan arsenik pada beras berkisar antara 0,1 hingga 0,4 miligram per kilogram.

Kandungan arsenik pada beras dapat bervariasi, tergantung pada jenis beras, lokasi penanaman, dan metode pengolahan. Secara umum, beras merah mengandung arsenik lebih tinggi daripada beras putih. Beras yang ditanam di daerah dengan tanah yang tercemar arsenik juga cenderung mengandung arsenik lebih tinggi.

Kandungan arsenik pada beras dapat mempengaruhi kesehatan manusia jika dikonsumsi secara berlebihan atau dalam jangka waktu lama. Arsenik dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti kerusakan kulit, kanker, diabetes, penyakit jantung, dan gangguan saraf. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengurangi paparan arsenik dari beras, baik dari sisi produsen maupun konsumen.

Baca Juga : Manfaat dan Fakta Menarik tentang Kalori Beras Organik

Cara Mengurangi Paparan Arsenik dari Beras

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi paparan arsenik dari beras, antara lain:

  1. Memilih beras yang memiliki kandungan arsenik rendah, seperti beras basmati, beras merah, atau beras organik.
  2. Mencuci beras dengan air bersih sebelum memasaknya, dan mengganti air beberapa kali untuk menghilangkan arsenik yang larut dalam air.
  3. Memasak beras dengan air yang banyak, sekitar lima kali lipat dari jumlah beras, dan membuang air yang tersisa setelah beras matang.
  4. Mengonsumsi beras dengan porsi yang wajar, dan mengimbanginya dengan makanan lain yang kaya akan serat, protein, vitamin, dan mineral.

Uji Kualitatif Arsen

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menguji kandungan arsenik pada beras. Salah satu metode yang umum digunakan adalah metode uji kualitatif arsen. Uji kualitatif arsen adalah salah satu metode untuk mendeteksi keberadaan arsenik dalam suatu sampel. Uji kualitatif arsen dapat dilakukan dengan menggunakan reagen kimia, seperti larutan natrium bikarbonat, larutan perak nitrat, larutan seng sulfat, atau larutan timbal asetat.

Uji kualitatif arsen dapat memberikan hasil positif atau negatif, tetapi tidak dapat menentukan jumlah arsenik yang tepat dalam sampel. Untuk mengetahui kuantitas arsenik dalam sampel, diperlukan uji kuantitatif arsen, seperti spektrometri serapan atom, spektrofotometri, atau kromatografi. Uji kualitatif arsen dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi kalium hidroksida (KOH) dan arsen trioksida (As2O3). Perlakuan KOH akan mengubah arsenik inorganik menjadi arsenik trioksida. Arsen trioksida akan membentuk endapan hitam ketika direaksikan dengan larutan besi(III) klorida (FeCl3).

Baca Juga : Perbedaan Beras Organik dan Non Organik

Langkah-Langkah untuk Mengurangi Risiko

Kandungan arsenik pada beras merupakan hal yang perlu diperhatikan, terutama bagi masyarakat yang mengkonsumsi beras dalam jumlah besar. Arsenik dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, seperti gangguan pencernaan, kanker, dan kerusakan saraf.

Berikut adalah beberapa tips untuk mengurangi kandungan arsenik pada beras:

  • Cuci beras sebelum dimasak dengan air bersih yang mengalir selama 30 menit.
  • Gunakan air bersih yang rendah arsenik untuk memasak beras.
  • Hindari mengkonsumsi beras yang berwarna gelap.
  • Konsumsi beras merah dan beras putih dalam jumlah yang seimbang.

Arsenik adalah salah satu unsur kimia yang dapat bersifat racun bagi manusia dan hewan jika terpapar dalam jumlah tinggi atau dalam jangka waktu lama. Arsenik dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, atau udara yang terkontaminasi. Beras adalah salah satu makanan yang dapat mengandung arsenik yang berasal dari tanah, air, atau pupuk yang digunakan untuk menanamnya.

Kandungan arsenik pada beras dapat mempengaruhi kesehatan manusia jika dikonsumsi secara berlebihan atau dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengurangi paparan arsenik dari beras, baik dari sisi produsen maupun konsumen. Salah satu cara untuk mengurangi paparan arsenik dari beras adalah dengan melakukan uji kualitatif arsen, yang dapat mendeteksi keberadaan arsenik dalam sampel beras.

Apakah Anda ingin menikmati beras yang lezat, sehat, dan berkualitas? Jika ya, maka Anda harus mencoba produk beras organik dari Eka Farm. Eka Farm adalah produsen beras organik yang sudah tersertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Organik resmi dari pemerintah. Produk beras organik Eka Farm memiliki kandungan nutrisi dan mineral yang tinggi, serta rendah indeks glikemik dan bebas dari bahan kimia berbahaya.

Eka Farm juga menawarkan berbagai jenis beras organik, seperti beras merah, beras hitam, beras coklat, beras diet, beras diabetes, dan lain-lain. Anda bisa memilih beras organik yang sesuai dengan kebutuhan dan selera Anda. Dengan membeli beras organik Eka Farm, Anda tidak hanya mendapatkan beras yang enak, tetapi juga mendukung petani lokal dan lingkungan yang lestari. Tunggu apa lagi? Segera pesan beras organik Eka Farm sekarang juga dan rasakan manfaatnya untuk kesehatan Anda dan keluarga. Hubungi kami di nomor telepon +628112650296 untuk informasi lebih lanjut. Eka Farm, beras organik yang terjamin kesehatannya.

Lebih sehat, lebih bahagia bersama Eka Farm!

RISIKO PAPARAN PESTISIDA PADA PETANI PEREMPUAN

RISIKO PAPARAN PESTISIDA PADA PETANI PEREMPUAN

Pertanian masih menjadi sektor penyokong utama perekonomian di Indonesia (Rian, 2014). Tenaga kerja menjadi komponen utama dalam pertanian, disamping tenaga kerja hewan dan tenaga kerja mesin. Perempuan sebagai tenaga kerja di sektor pertanian bukanlah lagi hal baru. Untuk menyokong kondisi ekonomi diri sendiri ataupun keluarganya, para perempuan akan turun tangan dan menjadi petani. Praktik pertanian monokultur dapat memicu peningkatan hama yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan penggunaan pestisida.

Mengutip dari Merah Putih, data membuktikan bahwa persentase petani perempuan jauh lebih besar dibandingkan laki- laki, yaitu sekitar 76,84% (ST2 013). Namun, meskipun persentase petani skala kecil perempuan lebih banyak daripada laki- laki di negara- negara berkembang, tetapi mereka lebih sedikit mendapatkan pelatihan manajemen pestisida yang lebih sedikit daripada laki- laki. Padahal tidak sedikit petani perempuan yang terjun ke seluruh tahap pertanian mulai dari pembibitan hingga proses pasca panen.

Petani perempuan dan paparan pestisida

Rata- rata petani perempuan memiliki tingkat pendidikan, kesadaran terhadap keamanan penggunaan pestisida, dan akses alat pelindung diri yang rendah. Selain itu, mereka pun lebih sedikit mendapat pelatihan penggunaan pestisida yang aman sehingga risiko paparan pestisida terhadap petani perempuan lebih tinggi.

Petani perempuan umumnya memasuki lahan persawahan saat pestisida sedang atau setelah disemprotkan. Waktu bertani yang lama juga akan meningkatkan risiko paparan pestisida. Paparan pestisida juga dapat berasal dari penyimpanan pestisida di rumah.

Petani perempuan dan kesadaran terhadap kesehatan

Banyak petani perempuan di Indonesia masih belum mempertimbangkan aspek kesehatan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pertanian, khususnya penggunaan pestisida. Menurut data FAO (Organisasi Pangan Dunia) tahun 2011, pekerja perempuan di bidang agrikultur semakin meningkat. Pada tahun 2011, pekerja agrikultur perempuan yaitu sekitar 43%.

Penggunaan pestisida pada praktik agrikultur semakin digencarkan untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan mengesampingkan aspek kesehatan serta lingkungan. Petani perempuan dapat terpapar pestisida dari kontaminasi langsung dan tidak langsung seperti mencuci baju yang dipakai untuk bertani atau alat- alat pertanian. Perempuan juga lebih rentan untuk terpapar pestisida karena karakteristik fisiologi, gaya hidup, dan tingkah laku.

Risiko kesehatan paparan pestisida pada petani perempuan

Beberapa penyakit yang berhubungan dengan paparan pestisida pada perempuan yaitu infeksi saluran pernapasan bagian atas, hipertensi, penyakit kelamin, penyakit sendi atau rheumatoid, komplikasi kehamilan, infeksi kulit, asma, dan diabetes melitus.

Paparan pestisida pada perempuan juga dapat mengakibatkan gangguan siklus menstruasi, mengurangi kesuburan/ fertilitas, masa kehamilan yang panjang, keguguran, dan gangguan perkembangan. Gangguan perkembangan janin dapat diakibatkan oleh fungsi hormon perempuan yang terganggu akibat paparan pestisida (Sarwar, 2016).  Menurut penelitian Bretvard dkk (2008), paparan pestisida dapat meningkatkan pengganggu endokrin dalam tubuh perempuan.

Mengutip dari penelitian yang dipublikasikan dalam Environ Health Insights, suatu daerah di Brazil, dengan paparan pestisida jenis organoklorin tinggi, kasus hipertiroidnya pun meningkat. Hipertiroid disebabkan oleh produksi hormon tiroid, yaitu tiroksin yang berlebih oleh kelenjar tiroid. Selain itu, juga teramati kenaikan hormon tiroid pada beberapa perempuan. Gangguan tiroid memang lebih sering terjadi pada wanita karena hormon tiroid sangat berperan penting  pada wanita, contohnya fungsi reproduksi perempuan. Risiko perempuan untuk mengalami gangguan tiroid yaitu 5- 7 kali lebih besar dibandingkan laki- laki.

Sebuah penelitian di Polandia melibatkan 51 perempuan yang berkebun. Beberapa pekerja terpapar pestisida organofosfat.  Pekerja wanita yang terpapar pestisida memiliki kestabilan motorik lebih lambat. Selain itu, pekerja tersebut mengalami peningkatan ketegangan, depresi, kelelahan, dan lebih sering memiliki gejala gangguan sistem saraf pusat.  Beberapa gejala- gejala keracunan pestisida yaitu kulit yang sensitif, malaise, muntah- muntah, pusing, diare, keringat berlebih, sakit punggung, dan ludah yang berlebihan.

Bahaya pestisida bagi ibu hamil

Saat perempuan, termasuk petani perempuan terpapar pestisida, maka kesehatan janin dalam kandungannya pun ikut terancam. Janin dalam kandungan dapat terpapar pestisida melalui saluran transplasenta atau menyusui.

Sebuah penelitian di daerah agrikultur California, Amerika Serikat, dan dipublikasikan di the BMJ menyelidiki hubungan antara paparan pestisida terhadap autisme. Hasil menunjukkan bahwa risiko bayi menderita gangguan spektrum autis meningkat saat calon ibu terpapar pestisida dalam rentang jarak 2000 meter dari tempat tinggal calon ibu. Peningkatan risiko autisme tersebut dibandingkan dengan ibu hamil dalam rentang jarak yang sama di daerah agrikultur, tanpa paparan pestisida. Hasil penelitian menyebutkan kenaikan risiko gangguan autisme hingga 60% yang berhubungan dengan paparan organofosfat selema masa kehamilan.

Penelitian in vivo dan in vitro tentang autisme menyebutkan adanya perubahan tingkat neuroprotein, perubahan ekspresi gen, dan keabnormalan neurobehavioral akibat paparan pestisida hingga kadar tertentu.

Pentingnya edukasi penggunaan pestisida yang aman dan praktik pertanian organik

Edukasi tentang penggunaan pestisida yang aman ataupun safety petani, termasuk petani perempuan dalam praktik bertani perlu lebih digalakkan mengingat banyaknya ancaman kesehatan paparan pestisida terhadap kesehatan perempuan. Beralih ke praktik pertanian organik juga menjadi salah satu opsi aman dan ramah lingkungan bagi para petani. Selain lebih aman bagi kesehatan dan turut menjaga keseimbangan alam, pertanian organik juga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan para petani organik dibandingkan petani biasa.

Bijaklah untuk mengambil keputusan dalam penggunaan alat dan bahan pertanian. Jangan kesampingkan kesehatan Anda demi kepentingan uang semata. Tanpa tubuh yang sehat, bukankah Anda juga tidak dapat meningkatkan hasil produksi pertanian Anda?

 

 

 

Kaitan Kanker Payudara dan Pestisida

Kaitan Kanker Payudara dan Pestisida

Kaitan Kanker Payudara dan Pestisida – Di seluruh dunia, kanker payudara merupakan kanker yang paling umum terjadi pada perempuan. Menurut World Health Organization (WHO), kanker payudara adalah salah satu kanker yang paling sering terjadi pada wanita di Indonesia. Kanker payudara muncul ketika sel-sel kanker tumbuh dari jaringan payudara yang meliputi lobulus (kelenjar susu) dan saluran payudara, beserta lemak dan jaringan ikat. Dikutip dari Reuters, para peneliti mengikuti 9.300 perempuan yang lahir mulai dari 1959 sampai 1967, ketika penggunaan DDT tersebar luas. Anak perempuan memiliki risiko kanker payudara empat kali lebih besar jika mereka terkena salah satu bentuk insektisida dalam rahim.

Sekarang ini bukan suatu hal yang baru lagi jika banyak para petani sekarang ini menggunakan bahan kimia, seperti pestisida, herbisida, fungisida dan disenfektan untuk membasmi penyakit dan hama tanaman. Ketika zat-zat semacam itu digunakan, residu yang terkandung di dalamnya dapat berisiko mengakibatkan kanker bagi manusia. Salah satu nya yaitu kanker payudara.

DDT (produk insektisida)

Perempuan dewasa yang lahir dari perempuan terkena pestisida DDT (produk insektisida) selama kehamilannya berisiko mengembangkan kanker payudara, berdasarkan sebuah penelitian. Anak perempuan memiliki risiko kanker payudara empat kali lebih besar jika mereka terkena salah satu bentuk insektisida dalam rahim.

Bentuk pestisida yang dikenal sebagai DDT berperilaku seperti hormon estrogen, yang memberikan sinyal ke sel-sel payudara untuk tumbuh dan membelah. Dalam penelitian yang dilakukan pada hewan, bentuk DDT dikaitkan dengan jenis kanker payudara yang dipicu oleh estrogen.

Paparan DDT pada bayi di rahim juga dikaitkan dengan diagnosis tumor ganas, dan penyakit ganas yang disebut dengan HER2 (human epidermal growth factor receptor 2), jenis gen yang berperan besar dalam pertumbuhan kanker payudara.

Ketika zat-zat semacam itu digunakan, residu yang terkandung di dalamnya dapat berisiko mengakibatkan kanker bagi manusia. Bahkan sisa-sisa residunya juga mampu bertahan lebih lama ketika tertiup angin dan masuk ke dalam rumah atau tempat tinggal. Menurut Environmental Protection Agency (EPA), tingkat bahaya residu tersebut lebih tinggi ketika sudah masuk dan ‘mengendap’ di dalam rumah daripada di luar ruangan, karena kapan saja, setiap orang yang masuk atau tinggal di rumah tersebut akan menerima efek secara perlahan.

Baca juga : Bahaya GMO

Pestisida Membuat Kanker Payudara

Tidak hanya itu saja, sisa residu yang masih menempel di tanaman yang dijual di pasar atau juga di supermarket juga akan tetap ada walaupun sudah dicuci atau dimasak. Dengan mengonsumsi makanan yang sudah tercemar bahan kimia tersebut, maka ketika dikonsumsi, bakteri baik di dalam tubuh akan dilemahkan dan membuat sistem pencernaan serta sistem imun melemah. Jika sistem imun melemah, maka akan ada banyak risiko serangan penyakit yang akan didapatkan seseorang.

Oleh karenanya, sekarang ini banyak orang yang mulai beralih mengonsumsi makanan yang diproduksi dengan cara organik atau tidak menggunakan bahan kimia. Salah satu nya makanan yang harus di ganti adalah beras. Beras merupakan makanan pokok sehari-hari, jadi mulai sekarang mulailai ganti beras Anda dengan beras organik.

EKA FARM hadir untuk memenuhi kebutuhan Anda, Eka Farm menyediakan beras organik yang tentunya aman untuk kesehatan.

Untuk lebih lanjutnya bisa klik disini BERAS ORGANIK.

Atau ingin order langsung, silahkan KLIK DISINI

Pestisida pengusir hama

Pestisida pengusir hama

Pestisida pengusir hama- Pestisida diproduksi memang untuk mengusir hama, gulma, tikus, serangga, jamur, rayap, dsb. Racun pengusir hama pengganggu termasuk insektisida, rodentisida, mitisida, herbisida, larvasida, nematosida, moluskusida, dan fungisida.

Sayangnya bukan hanya organisme pengganggu saja yang terkena dampak racun ini, tapi manusia dapat juga terpapar oleh bahan ini.

Pestisida dapat bersifat racun bagi tubuh, jika tertelan atau terhirup tanpa sengaja. Racun ini juga berbahaya jika terjadi kontak langsung dengan kulit atau mata. Paparan pestisida dapat menimbulkan dampak buruk seperti keracunan akut maupun kronik.

Bahaya Pestisida Bagi Kesehatan Dan Cara Mengatasinya

Insektisida untuk mengusir ngengat dapat menyebabkan gangguan sel darah (hemolisis), jika tertelan.

Kontak langsung dengan mata dapat menyebabkan penglihatan kabur. Pertolongan pertama dengan mencuci mata menggunakan air bersih. Bahan ini juga dapat mengakibatkan gangguan sistem cerna dan otak.

Segera bawa penderita ke rumah sakit, untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat. Insektisida yang beredar di pasaran kini dikemas dengan berbagai variasi bentuk.

Jauhkan dari jangkauan anak-anak, karena mungkin saja mereka menganggapnya sebagai permen. Racun tikus (rodentisida) biasanya berbentuk butiran atau serbuk, sehingga rentan tertelan oleh anak-anak.

Bahan aktif di dalamnya kebanyakan menggunakan zinc phosphide, yang menimbulkan bau tidak sedap. Keracunan rodentisida dapat mengakibatkan muntah, sulit bernafas, paru-paru sesak, turunnya tekanan darah, kerusakan ginjal, detak jantung tidak teratur, atau defisiensi sel darah putih.

Pertolongan pertama terhadap penderita dapat dilakukan dengan menyuruhnya untuk memuntahkan bahan tersebut, serta membawanya ke rumah sakit secepatnya.

Namun tidak semua rodentisida menggunakan zinc phosphide. Racun serangga (insektisida ) pada umumnya digunakan untuk mengusir lalat, nyamuk, semut, atau kecoa. Insektisida dalam bentuk lotion ataupun semprotan biasanya mengandung senyawa aktif yang disebut piretroid dan piretrin.

Keduanya memiliki tingkat racun (toksisitas) yang rendah terhadap manusia. Hal ini disebabkan sistem metabolisme dalam tubuh kita me-nonaktifkan senyawa tersebut dengan cepat.

Tapi anda harus berhati-hati, karena insektisida yang tertelan dapat menyebabkan alergi. Gejalanya seperti batuk, bersin, dan sesak nafas. Kontak langsung dengan kulit dapat menimbulkan iritasi, sehingga kulit menjadi kering.

Jika bahan tersebut tertelan dapat menyebabkan mual atau diare. Jika terhirup lewat hidung dapat mengakibatkan radang kerongkongan atau rhinitis. Bahkan, pada sebagian kasus keracunan dapat menyebabkan serangan asma dan kerusakan sistem syaraf pusat.

Cara mengatasi Pestisida pengusir hama

Segera bawa penderita ke luar ruangan dimana udaranya segar. Jika insektisida berbentuk semprotan mengenai kulit anda, segera cuci kulit anda dengan sabun dan air yang mengalir.

Tips mencegah keracunan pestisida pengusir hama

  1. Baca label yang tertera di kemasan, sebelum menggunakan pestisida untuk membasmi hama.
  2. Taruh di tempat yang jauh dari anak-anak, seperti di dalam lemari khusus atau tempat yang tinggi.
  3. Jauhkan pestisida dari makanan atau minuman.
  4. Musnahkan wadah pestisida setelah isinya habis.
  5. Jangan menyentuh pestisida secara langsung. Gunakan kayu, kemudian cuci tangan anda.

Ketika anda akan menyemprotkan pestisida, pastikan ruangan kosong. Gunakan masker pelindung mulut dan hidung. Nah, itulah bahaya pestisida bagi kesehatan dan cara mengatasinya. Untuk sekedar mengusir nyamuk, sebaiknya menggunakan kelambu di kamar tidur anda.

Terlebih bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, sebisa mungkin hindarkan paparan pestisida dari mereka. Semoga menambah pengetahuan anda, sehingga lebih sehat dan bugar.

 

Penggunaan Pestisida

Penggunaan Pestisida

Penggunaan Pestisida- Penggunaan pestisida yang tidak rasional telah terbukti ikut menimbulkan masalah terhadap ekosistem.

Pestisida adalah bahan-bahan kimia yang digunakan untuk membasmi serangga “insektisida”, tumbuh-tumbuhan “herbisida”, jamur dan lumut “fungisida”, tikus besar dan kecil “rodentisida”, kutu “akarisida”, bakteri “bakterisida”, burung “avisida”, cacing gelang “nematisida”, atau bahan lain yang digunakan untuk membunuh binatang yang tidak dikehendaki, yang sengaja ditambahkan ke lingkungan.

Penggunaan pestisida telah diakui memberi keuntungan bagi manusia, namun mengingat bahaya yang ditimbulkan perlu pertimbangan suatu penggunaan pestisida yang rasional.

Contoh masalah penggunaan pestisida, yaitu sampai tahun 1955 sekitar 100 juta manusia di seluruh dunia terinfeksi oleh malaria, penggunaan insektisida DDT dalam pengendalian nyamuk sebagai vektor penyakit ini, jauh bermanfaat dan mampu menekan angka kematian sampai 6 juta pada 1936 dan sekitar 2,5 juta pada tahun 1970.

Belakangan diketahui bahwa, DDT sangat persisten di alam, sehingga dikhawatirkan muncul jenis nyamuk dengan daya tahan alami yang lebih tinggi terhadap insektisida DDT.

Pestisida cukup beracun untuk mempengaruhi seluruh kelompok taksonomi biota, termasuk makhluk bukan sasaran, sampai batas tertentu bergantung pada faktor fisiologis dan ekologis;

Banyak pestisida tahan terhadap degradasi lingkungan sehingga mereka dapat tahan dalam daerah diberi perlakuan dan dengan demikian keefektifannya dapat diperkuat, namun sebaliknya sifat ini juga memberikan pengaruh jangka panjang dalam ekosistem alamiah.

Senyawa-senyawa yang sangat persisten terdistribusi melalui rantai makanan, seperti insektisida organoklorin, terbukti terdapat pada semua organisme hidup. Residunya telah ditemukan pada jaringan anjing laut dan pinguin di Antartika, dan ikan-ikan di sekitar terumbu karang dan laut dalam, serta pada air susu ibu di seluruh dunia.

DDT misalnya terus-menerus ditemukan pada jaringan lemak manusia pada konsentrasi yang dapat dideteksi, walaupun konsentrasi konsentrasi tersebut cenderung menurun sejak penggunaan insektisida ini mulai dilarang di berbagai negara sejak tahun 1980-an.

Walaupun telah banyak digunakan pestisida dengan efektifitas tinggi dan persistensi rendah, namun karena cara penggunaannya yang tidak sesuai dengan prosedur dan aturan, justru telah terbukti memberikan dampak yang merugikan.

Misal para petani dengan tujuan keuntungan panen, yaitu produk pertanian tidak dimakan hama insekta pada saat dipanen sehingga penampilannya menjadi sangat segar dan menarik, maka para petani justru menyemprotkan insektisida berkali- kali sebelum waktu panen tiba.

Tindakan ini menyebabkan konsentrasi insektisida yang tinggi pada produk pertanian “sayuran atau buah- buahan”, yang pada akhirnya akan merugikan kesehatan manusia.

Bahan kimia pestisida pertama kali diklasifikasikan berdasarkan fungsi dan penggunaan utamanya, seperti insektisida “pembasmi serangga”, fungisida “pembasmi jamur”, dan sebagainya. Selanjutnya, berdasarkan klasifikasi di atas, berbagai senyawa pestisida dikelompokkan berdasarkan hubungan dan kemiripan dari struktur dan kandungan bahan kimianya.

  1. Insektisida

Secara luas terdapat empat kelompok besar insektisida yaitu: organoklorin, organofosfat, karbamat, dan senyawa sintetik botani dan derivatnya.

Kelas kedua dari insektisida adalah golongan organofosfat. Organofosfat umumnya adalah racun pembasmi serangga yang paling toksik secara akut terhadap binatang bertulang belakang, seperti ikan, burung, kadal/cicak, dan mamalia. Kenyataannya insektisida organofosfat lebih banyak ditemukan sebagai penyebab keracunan pada manusia. Pada umumnya insektisida organofosfat lebih mudah terurai di lingkungan ketimbang golongan organoklorin.

Organofosfat juga dapat merangsang timbulnya efek neurotoksik, yang menyerupai efek kecanduan alkohol, diabetes atau berbagai kecanduan obat-obatan.

Senyawa fosfor organik lain memiliki kemampuan untuk meningkatkan potensi “toksisitas” insektisida ini, dengan cara menghambat kerja mekanisme penawar racun tubuh.

Kelompok ketiga dari insektisida adalah golongan karbamat. Golongan ini paling banyak digunakan di dunia. Kerja insektisida karbamat adalah hampir sama dengan organofosfat, yaitu menghambat kerja enzim asetil kolinesterase.

  1. Herbisida

Herbisida digunakan untuk membasmi rumput liar dalam pertanian, perkebunan dan pertamanan. Herbisida berbeda-beda dalam selektivitasnya, persisten dalam jaringan dan lingkungan, dan kemampuan untuk diserap oleh tumbuhan.

  1. Fungisida

Jamur merupakan parasit pada organisme hidup, mendapatkan makanan dengan melakukan penetrasi ke dalam jaringan pejamu. Fungisida digunakan untuk mencegah perusakan oleh jamur pada tanaman seperti, kentang, apel, kacang tanah, dan tomat. Penggunaan fungisida bisa dengan cara penyemprotan langsung ke tanaman, injeksi batang, pengocoran pada akar, perendaman benih dan pengasapan (fumigan).

Fungisida dapat membahayakan manusia dan berbagai organisme non jamur, terutama bila paparannya terjadi dalam dosis tinggi. Residu anti jamur yang terdapat pada bahan-bahan pertanian juga bisa membahayakan. Karenanya, aplikasi bahan ini sangat disarankan agar sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan.

Golongan fungisida yang terbukti memiliki efek toksik sangat tinggi biasanya sudah dilarang pemerintah, contoh fungisida dengan bahan aktif vinclozolin.

Paparan Pestisida

Paparan Pestisida

Paparan pestisida- Hari ini kita sering abai dengan makanan yang mengandung zat pestisida. Sayur dan buah adalah di antaranya.

Padahal zat pestisida sangat berbahaya jika terus masuk ke dalam tubuh. Zat pestisida yang terkandung dalam sayur dan buah dapat menyebabkan penyakit seperti obesitas, diabetes dan kanker.

Berikut ini manfaat yang bisa kamu dapatkan jika mengonsumsi sayuran  organik:

Antioksidan

Pada dasarnya sayur dan buah memiliki kandungan antioksidan yang berguna untuk kesehatan tubuh. Khusus untuk kedelai, terdapat zat insoflavon yang bermanfaat untuk memperbaiki dan mencegah sel tubuh yang rusak.

Mencegah Penyakit Jantung

Zat isoflavon dalam tubuh tidak hanya berfungsi sebagai peremajaan sel, tapi juga mengurangi kolestrol “jahat” yang mampu membekukan darah. Pembekuan pada darah inilah yang menyebabkan penyakit stroke dan jantung.

Mencegah Kanker

Isoflavon juga bertindak sebagai zat antikanker. Zat ini akan melindungi tubuh dari kanker seperti di rahim, payudara dan prostat.

Mengontrol Berat Badan

Kandungan serat yang tinggi dalam kedelai dapat membuat kita tidak mudah lapar. Indeks glisulin yang terdapat dalam kedelai mampu mengontrol gula darah dan fluktuasi insulin.

Tidak sedikit orang yang menganggap bahwa makanan organik sama dengan makanan alami. Padahal, kedua makanan ini memiliki perbedaan yang tergolong signifikan, lho!

Agar Anda tidak bingung, berikut penjelasan singkat mengenai perbedaan makanan organik dan makanan alami:

Makanan Organik

Makanan organik adalah produk nabati atau hewani yang diproduksi dan diolah tanpa melakukan perubahan kimiawi atau sintetik dalam bentuk apa pun. Dengan kata lain, makanan jenis ini tidak mengandung zat sintetik untuk pestisida, penyubur, atau zat lain dalam produksinya.

Selain yang sudah disebutkan, produksi makanan organik juga tidak boleh sembarangan. Ada aturan-aturan dari badan pengawas produksi makanan di negara tempat produksinya. Misalnya, produksi makanan organik di Indonesia harus memenuhi sederet aturan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI).

Makanan Alami

Penggunaan istilah ‘alami’ pada makanan ini belum tentu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Meski jenis makanan ini juga menggunakan bahan sintetik sangat minimal, tidak ada standar yang mengatur pengolahannya.

Lalu, mana yang terbaik? Makanan organik dan makanan alami, keduanya dapat bermanfaat bagi kesehatan. Anda dapat menyertakan makanan-makanan tersebut dalam menu sehari-hari untuk menjalani diet yang sehat.

Sekarang Anda sudah tahu kan bedanya makanan organik dan makanan alami? Untuk lebih meyakinkan Anda tentang status keamanan produk makanan organik, Anda bisa dengan mudah memeriksanya dengan memasukkan nomor registrasi produk tersebut pada situs BPOM RI

Yang perlu kita catat baik-baik rata-rata makanan sehat itu asalnya dari bahan-bahan yang organik. Tetapi biaya menghasilkan sayur, buah, beras, dan bahan makanan lain yang organik itu tidaklah kecil. Alias mahal. Kenapa ?

  1. Bebas  Paparan pestisida

Sudah menjadi rahasia umum kalau makanan organik itu pasti lebih sehat. Soalnya produk organik itu bebas paparan pestisida dan pupuk sintesis. Petani organik hanya memakai kompos atau pupuk kandang. Artinya, nggak bakalan ada logam berat yang masuk dan membahayakan tubuh.

Sejatinya, kompos atau pupuk kandang untuk tanaman organik itu lebih mahal. Tapi, karena petani organik itu sayang sama kita, jadi mereka nggak sungkan menguras kantong untuk membelinya.

Nah, karena manusia itu pada dasarnya harus saling mengasihi, jadi kita membalas kasih sayang ini dengan membeli produk mereka tanpa mengeluh. Apalagi kalau kamu penggemar produk sehat dan organik. Hehe.

  1. Sertifikat organik

Salah satu yang bikin makanan sehat itu lebih mahal adalah karena pihak pembudidaya diwajibkan memiliki sertifikat organik. Nah, untuk mengurus biaya sertifikasi pangan organik ini, satu kelompok petani harus membayar Rp15 – 30 juta! Dan masa berlakunya pun relatif pendek, yaitu tiga tahun. Biaya memperpanjang sertifikasi itu bisa mencapai Rp12 juta.

  1. Biaya Produksi

Makanan sehat atau organik itu biasanya memiliki kemasan yang berbeda dari produk konvensional yang diproduksi secara masal dan menggunakan plastik. Sedangkan produk organik menggunakan kemasan yang berbeda. Misalnya, dari bahan kaca dan dapat didaur ulang. Makanya biaya produksinya pun jadi lebih tinggi.

  1. Standar tinggi

Khusus untuk produk daging, misalnya, peternak organik biasanya memberlakukan standar yang lebih tinggi dalam membudidayakan hewan ternak. Misalnya, dari kesejahteraan hewan itu sendiri. Biasanya, peternakan organik memberi pakan yang juga organik. Dan harganya juga bisa dua kali lipat dibandingkan dengan pakan biasa.

  1. Lebih banyak tenaga kerja

Untuk menekan biaya produksi, banyak petani atau pertanian konvensional yang memakai zat kimia dan pestisida. Tujuan lainnya adalah efisiensi dan agar pekerjaan lebih cepat selesai.

Akan tetapi, cara kerja petani organik itu berbeda, guys. Karena rohnya adalah bebas paparan pestisida, pertanian organik membutuhkan lebih banyak tenaga kerja untuk menyiangi rumput liar, membersihkan air, ataupun memulihkan tanaman dari kontaminasi pestisida.

 

 

Bahaya Pestisida

Bahaya Pestisida

Bahaya Pestisida sintetis tidak hanya berdampak pada lingkungan saja. Namun Penggunaan pestisida ini juga berdampak pada kesehatan. Pestisida yang dimakan oleh manusia menjadi faktor untuk memperbesar resiko berbagai penyakit. Apa saja bahayanya?

Bahaya Pestisida pada Reproduksi

Atrazine adalah salah satu zat pestisida untuk membasmi gulma atau biasa disebut sebagai Herbisida. Atrazine diteliti oleh ilmuwan ternyata menyebabkan kemandulan pada pria.maupun wanita. Atrazine menyebabkan meningkatnya resiko keguguran dan mobilitas sperma menurun.

Bahaya Pestisida menyebabkan Perubahan Hormon

Paparan pestisida secara terus menerus selama 20 sampai dengan 30 tahun dapat menyebabkan perubahan hormon pria dan wanita. Seorang anak laki-laki menjadi kehilangan sifat maskulin, begitu juga dengan wanita yang kehilangan sifat feminimnya.

Pestisida menyebabkan Diabetes

Herbisida menyebabkan meningkatnya resiko diabetes, terutama Diabetes Mellitus Gestasional. Diabetes Mellitus Gestational (GDM) adalah diabetes yang muncul ketika kehamilan. Seorang ibu yang menderita GDM ketika kehamilan semakin tinggi resiko Diabetes dan berdampak pada Anak yang dilahirkan.

Kanker

Lebih dari 260 pestisida berkaitan erat dengan berbagai jenis kanker. Baik itu limfoma, leukemia, sarcoma, jaringan lunak, otak, kanker hati, dan kanker paru-paru.

Anak Autis

Insektisida adalah racun untuk melemahkan dan mengacaukan syaraf hama serangga. Jika tertelan oleh ibu hamil serta terakumulasi dapat mempengaruhi janin. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 oleh Universitas Harvard menunjukkan urin yang mengandung pestisida berbahan aktif organofosfat pada anak-anak lebih mungkin mengalami ADHD dan hiperaktif dibanding urin pada anak-anak yang tidak tercemar pestisida.

Obesitas

Environmental Health Perspectives menyatakan bahwa lebih dari 50 jenis pestisida diklasifikasikan sebagai pengganggu hormon, di antaranya dapat memicu sindrom metabolik dan obesitas. Hormon adalah bagian terpenting dari tubuh untuk mengatur metabolisme. Jika terganggu maka homesostasis tubuh terganggu juga.

dan masih banyak lagi bahaya dari pestisida yang tertelan dari makanan yang kita makan.

Masih ingin makan makanan yang mengandung banyak pestisida? Bahaya Pestisida tidak hanya di generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
Berikan yang terbaik untuk keluarga Anda. Agar mereka sehat dan sebagai wujud curahan cinta dan kasih sayang Anda.

Perempuan, Pestisida dan Resiko Kehilangan Nyawa

Perempuan, Pestisida dan Resiko Kehilangan Nyawa

Perempuan, Pestisida dan Resiko Kehilangan Nyawa

Dalam beberapa kasus keracunan pestisida langsung, petani dan para pekerja di pertanian lainnya terpapar (kontaminasi) pestisida pada proses mencampur dan menyemprotkan pestisida (Pan AP,2001). Di samping itu masyarakat sekitar lokasi pertanian sangat beresiko terpapar pestisida melalui udara, tanah dan air yang ikut tercemar, bahkan konsumen melalui produk pertanian yang menggunakan pertisida juga beresiko terkontaminasi pestisida.

Pestisida bisa dikatakan sebagai pencetus timbulnya kanker, tingkat kesuburan menurun dan gangguan dari terhadap sistem kekebalan tubuh.

Peran Perempuan di Pertanian yang begitu besar membuat perempuan juga dominan dan paling beresiko terhadap dampak pestisida. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pangan Dunia di perserikatan bangsa-Bangsa (FAO), jumlah perempuan yang terlibat di sektor pertanian meningkat dari tahun ke tahun.

Di Malaysia

Para pekerja di Malaysia sangat beresiko terpapar pestisida karena hampir sehari-hari menggunakan pestisida seperti Paraquat, Methamidophos dan Monocrotophos. Akibatnya, petani perempuan dan perempuan buruh perkebunan banyak yang menderita penyakit dan mengalami gangguan kesehatan yang kronis dan akut.

Di India

Di India, pestisida menjadi penyebab utama yang telah membinasakan Hidup penduduk desa Kasargod, Kerala.  Akibatnya penduduk desa di sekitar perkebunan menderita berbagai macam penyakit dan menderita gangguan kesehatan akibat terpapar pestisida endosulfan.

Pada umumnya adalah gangguan terhadap sistem reproduksi perempuan, seperti kanker rahim dan kanker payudara.  Ditemukan fakta anak-anak yang dilahirkan mengalami cacat fisik, keterlambatan mental, serta kekebalan tubuh rendah. Mereka mengeluh mengalami gangguan mual, gangguan usus, sakit dada, sulit bernafas, infeksi kulit, ganguan penglihatan dan ganguan hormonal.

Sehingga hanya beberapa kasus keracunan pestisida maupun gangguan yang dialami yang disebabkan dampak pestisida yang terungkap. Beberapa dari kasus gangguan terpapar pestisida yang ditemukan ternyata sebagian besar penderitanya adalah petani perempuan.

Perempuan yang terkena pestisida masa awal kehamilan dapat mengakibatkan cacat pada bayi.

HATI HATI MEMILIH BAHAN MAKANAN, INILAH 10 PANGAN TERPAPAR PESTISIDA

HATI HATI MEMILIH BAHAN MAKANAN, INILAH 10 PANGAN TERPAPAR PESTISIDA

Bagi masyarakat Indonesia, hati-hati mengkonsumsi beras, kentang, atau cabai. Karena ketiga bahan pangan ini ternyata banyak mengandung paparan pestisida dan lambat laun berbabahaya bagi tubuh.

Kembalilah ke pangan organik, yang dibudidaya tanpa kimia berbahaya, arsenik, atau pestisida berbahaya lain yang sering digunakan secara berlebihan untuk memacu pertumbuhan tanaman buah, pangan, dan sayuran.

Inilah 10 makanan berbahaya, karena terpapar racun, pestisida dan arsenik. Ketika dikonsumsi sedikit, makanan berikut ini memang tidak mengganggu kesehatan Anda. Tetapi dalam jumlah besar, mereka bisa memberi dampak yang lebih merugikan dari yang Anda kira.

Jamur

Sekitar 100 spesies jamur dikabarkan berbahaya bagi manusia, dengan gejala mulai dari sakit kepala hingga kejang bahkan kematian. Pada tahun 2010 sejumlah kecil jamur yang disebut Little White dianggap bertanggungjawab atas kematian sekitar 400 orang di Cina.

Cabai

Cabai terkenal karena pedasnya, yang membuatnya sangat terkenal. Kendati begitu, ternyata kepedasan tersebut dihasilkan dari senyawa kimia (capsaicin) yang dapat menyebabkan efek keracunan seperti sakit perut, gatal-gatal, dan dalam kasus paling parah, dapat berujung pada kematian.
Bagi kebanyakan orang, mengonsumsi cabai hanya sedikit berbahaya, namun capsaicin memang paling baik dibatasi dalam konsumsinya, jadi pastikan untuk tidak terlalu banyak memakannya dan hindari kompetisi makan makanan pedas!

Minyak rapeseed

Ada banyak kontroversi tentang minyak yang tampak alami dan tidak berbahaya ini, namun anggapan umum menyatakan bahwa minyak rapeseed memiliki banyak efek negatif pada kesehatan. Laporan menyatakan bahwa tumbuhan rape, yang merupakan sumber dari minyak tersebut, sangat beracun, dan efek samping mengonsumsi minyaknya antara lain adalah masalah pernapasan dan kebutaan.

Beras non organik

Tidak diragukan lagi, beras memiliki banyak manfaat kesehatan. Kendati begitu, sebuah penelitian mengungkapkan, satu dari lima kemasan beras panjang Amerika mengandung zat beracun dengan tingkat berbahaya, sementara penelitian lainnya menemukan terdapat kadar arsenik dalam susu beras dan beras bayi.
Meskipun semangkuk nasi berisiko relatif kecil dalam menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang, konsumsi arsenik dengan kadar tinggi erat kaitannya dengan kanker.

Biji pala

Meskipun biji pala memiliki manfaat kesehatan, namun juga dapat sangat berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah besar.

Apel non-organik

Untuk meminimalkan risiko kesehatan, cobalah untuk membeli apel organik kapan pun Anda bisa, atau setidaknya kupas kulitnya sebelum makan.